Epilog - Bunga Krisan

319 65 34
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.

 Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

〰️

3 tahun kemudian...

[London, Inggris.]


London, kota cantik dengan pusat kota yang memiliki pemandangan kerajaan kental yang sebagian besar masih tetap dipertahankan batas-batas abad pertengahannya. Sejak abad ke-19, nama London juga digunakan untuk menyebut kota metropolitan yang berkembang di sekitar pusat ini.

Disinilah Gytha dan Rio memutuskan untuk tinggal dan pindah 2 tahun yang lalu setelah semua kenangan yang terjadi dimasa lalu. Mereka berusaha untuk mengingatnya sebagai pelajaran berharga dan berusaha untuk memulai awal yang baru.

Awal dari segala kesalahan, kemalangan, dan juga kesedihan.

Pada akhirnya, terus maju kedepan adalah hal yang penting. Walaupun kata maaf yang belum sempat terucap kini tetap menjadi bayang-bayang, tapi anggap saja itu sebagai bagian dari penderitaan yang harus mereka tanggung.

Konsekuensi dari segala perbuatannya. Rio bahkan sudah menerima kondisinya yang harus bangun dengan keringat dan nafas terengah-engah akibat mimpi buruk yang terus saja menghampirinya. Tidak seburuk pada tahun pertama, tapi selama dua tahun ini, setidaknya ia bisa bertahan.

"Pah, aku berangkat duluan ya."

Rio meletakan kopinya yang hendak diminum, mendekat kearah Gytha untuk memberikan pelukan dan sebuah kecupan pada pucuk kepalanya.

"Hati-hati ya."

Gytha mengangguk lalu tersenyum dengan membalas pipi ayahnya itu. Dan saat gadis itu menghilang dibalik pintu, kini rumah menjadi terasa sangat sepi. Tinggal berdua saja sudah terasa, apalagi saat Gytha harus berangkat kuliah. Rio yang memang bekerja dari rumah, merasakan kesepian itu.

Dirinya berjalan pada sebuh rak tempat barang-barang pajangan. Mendekati sebuah kotak kecil hitam, membukanya dan menemukan sebuah foto polaroid yang sudah menguning dan sedikit buram.

Foto dua bayi kecil yang tersenyum.

Dibaliknya tertulis Lily dan Gigi. Nama panggilan keduanya saat masih dalam kandungan. Nancy dan Rio saat itu masih belum memiliki nama yang pantas dan memutuskan membuat nickname.

Ia sedikit mengusap ibu jarinya pada potret bayi Gigi sebelum beralih pada bayi Lily. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat kejadian 3 tahun yang lalu.

Hari ini kah?

Kejadian yang terasa seperti kemarin baginya.

〰️

[New York, Amerika Serikat.]

Secret of Twins [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat