Chapter 15 - Suka?

320 68 31
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.

 Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

〰️

Hening.

Tidak ada yang bersuara satupun dari kelimanya, mereka kompak terdiam dengan pemikirannya masing-masing sambil sesekali melirik satu sama lain, mencoba menebak reaksi serta pikiran rekannya.

"Kau berniat tidak memberi tahu kami sampai akhir?"

Ethan yang awalnya sedang menunduk lantas segera menoleh, melihat Diki yang sedang berdiri diujung ruangan. Pria ramping itu sedari tadi mundar-mandir gelisah karena memproses informasi yang sangat tidak disangka-sangka baginya.

Si cerewet Diki memang mood maker dan terkenal sebagai orang yang ceria, namun jika sudah membahas hal serius, ia kadang menyebalkan karena rasa ingin tahunua sangat tinggi sehingga dapat membuat lelah orang yang menjadi target penasarannya.

Berbeda dengan Agam, pria itu terlihat lebih tenang walaupun raut wajah terkejutnya memang tidak bisa disembunyikan. Namun Agam tidak mengeluarkan suara apapun sejak tadi dan dengan sabar menunggu Ethan menjelaskan lebih lanjut.

"Lagipula kalian sekarang sudah tahu."

"Tidak penting sudah tahu atau tidak, yang jadi masalahnya kau memang berniat untuk menyembunyikannya sampai akhir 'kan?"

"Bukan seperti itu. Aku hanya.."

Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bagaimana pun cepat atau lambat ia memang harus menjelaskan pada teman-temannya ini.

"Kami memang berpacaran, tapi tidak seperti yang kalian pikirkan. Hah, pada akhirnya aku yang menjadi orang jahatnya disini." Bela Ethan.

Gani yang sudah tidak tahan mendengar kalimat bertele-tele Ethan lantas bangkit dari kursinya, ia berniat segera pergi dari tempat itu.

"Kalau kau tidak mau berbicara, aku pergi."

"Tunggu, kenapa buru-buru. Sabar sebentar, Ethan sedang berusaha menjelaskan." Kai dengan cepat mencegat lalu menarik tangan Gani untuk kembali duduk. Karena tenaga dan tubuhnya lebih besar dari Gani, dengan mudah Kai membuat Gani kembali ke tempat semula tanpa banyak bicara.

Ethan kembali menghela nafasnya, "Lytha yang menyatakan perasaanya padaku terlebih dahulu. Awalnya aku menerimanya karena ingin membuat dia menyerah untuk menyukaiku, tapi ternyata Lytha menerima segala perlakuan yang kulakukan, mulai dari merahasiakan hubungan sampai tidak sering menghubungi satu sama lain. Jadi dengan kata lain, kami berpacaran hanya dalam status."

"Brengsek," Umpat Agam tertahan. Begitu pula dengan kedua teman lainnya yang menatap Ethan seperti seorang penjahat.

"Berhenti menatapku seperti itu. Aku tahu kalau aku salah, makanya aku berusaha untuk mengakhirinya. Namun lambat laun, aku yang malah tidak bisa mengakhirinya."

Secret of Twins [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora