Chapter 22 - Awal dari Kesalahpaham

300 64 26
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.

 Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


〰️

Jantung baru?

Sial.

Itu pasti tidak akan mudah.

Antony menelungkupkan wajahnya ke meja kerja, ia menghela nafasnya berkali-kali. Rasanya sangat stres sekali memikirkan masalah ini. Tidak mudah untuk menemukan jantung baru tentunya, karena tidak seperti organ lain, Jantung adalah organ paling vital diantara lainnya.

Jika tidak ada jantung, manusia tidak bisa hidup. Tidak seperti paru-paru, ginjal atau hati yang masih bisa didonorkan selagi pendonor sehat, jantung hanya bisa didonorkan melalui pasien mati otak. Tidak hanya itu, keluarga pasien juga tentunya harus setuju dengan pendonoran tersebut selagi jantung masih berdetak. Yang mana kasusnya sangat langka.

Beberapa kelurga pasien kebanyakan tidak mau mendonorkannya karena berpikir pasien masih hidup walaupun harus ditopang dengan alat-alat rumah sakit. Saat pasien sudah mati, jantung tidak bisa didonorkan.

Ambil contoh dari Gytha, gadis itu bahkan menunggu sampai 13 tahun hingga akhirnya mendapatkan donor jantung. Tapi Lytha beda dengan Gytha, saat ini gadis itu tidak bisa menunggu. Dari awal, Gytha sudah melakukan pengobatan intensif sejak kecil. Walaupun itu tidak menyembuhkan, tetapi dapat memperlambat penyakit yang dideritanya.

Sedangkan Lytha, jangankan diobati, hanya untuk minum obat saja gadis itu pasti menunggu kambuh dan tidak minum dengan teratur.

Pada akhirnya semua ini menemui jalan buntu. Mendapat donor jantung adalah hal yang penting bagi Lytha saat ini.

"Paman,"

Antony mendongkak kaget, ia melihat Lytha yang kini sudah rapi dengan baju pasiennya. Yah walaupun memang harus dilakukan donor, tapi Antony berusaha untuk memperlambat parahnya penyakit Lytha dengan melakukan pengobatan.

Walupun ini hanya bersifat sementara.

Hah..

Apa ia harus mendonorkan jantungnya sendiri?!

"Paman, ada apa? Kenapa terus melamun?"

"Oh, tidak. Hanya sedikit lelah saja." Antony segera mengelak, "Bagaimana pengobatannya?"

Lytha pun segera duduk di kursi terdekat, ia melirik curiga pada Antony yang tumben sekali tidak mengomelinya karena masuk tidak mengetuk. Biasanya pria tua itu akan selalu saja mencari bahan ribut yang membuat mereka akhirnya bertengkar kecil.

Secret of Twins [END]Where stories live. Discover now