Chapter 21 - Sebuah alasan

309 73 30
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.

 Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


〰️


"Galau lagi?"

Ethan terdorong kaget saat Kai tiba-tiba saja sudah duduk disebelahnya sambil membawa semangkuk bakso. Pria besar itu terlihat menyendoknya dengan semangat sampai melupakan pertanyaannya yang masih belum dijawab oleh Ethan.

Gani yang baru datang juga ikut duduk di meja depan Ethan bersamaan dengan Agam dan Diki yang mengikutinya. Kelimanya dengan santai menempati sebuah meja kantin sambil menikmati makanannya masing-masing.

"Kali ini apa lagi?"

Gani membuka pembicaraan, pria itu menatap Ethan ingin tahu sambil mengigit burger miliknya sedikit demi sedikit.

Ethan sebenarnya tidak ingin berbicara masalahnya dengan Gani, karena pasti ujung-ujungnya pria itu akan memprovokasinya dan mengatai pengecut, pecundang, brengsek atau apapun itu segala julukan buruk yang membuat Ethan merasa semakin bersalah.

"Kau terus saja menyudutkannya. Mana mungkin Ethan mau cerita."

Benar, Ethan menyetujui perkataan Agam. Pada dasarnya, menceritakan kepada Gani hanya menambah masalah dan membuat mereka bertengkar saja. Pria itu memang tidak pandai dalam menasehati orang.

Lebih cocok sebagai provokator.

"Yah, beginilah jika menjadi satu-satunya yang waras."

"Berhenti memuji dirimu sendiri. Justru kau yang terus memancing pertengkaran!" Cibir Kai.

"Aku hanya kesal dengan sikapnya. Kenapa bisa ya, para gadis menyukai si brengsek ini?"

Tuh kan, Ethan sudah menduga akan seperti ini. Ia tidak berbicara saja tetap mendapatkan kalimat umpatan, apalagi jika mengatakan sesuatu. Yang ada mereka akan berakhir tonjok-tonjokan satu sama lain, mungkin.

"Semakin dilihat-lihat kau memang terasa aneh. Apa mungkin memang benar kau menyukai Lytha?" Kai menatap Gani menyelidik bersaman dengan Ethan yang juga penasaran kenapa pria itu selalu menyudutkannya.

"Berhenti mengatakan omong kosong."

"Bukan Lytha, tapi Keisha."

Gani langsung menerjang Diki yang duduk disampingnya. Pria itu memiting kepala Diki membuat pria dengan senyum ramah tersebut harus terbatuk-batuk kaget karena lehernya yang tercekik lengan Gani.

"Sialan, lepaskan aku."

"Berhenti, Gan. Lagipula kami semua sudah terlanjur mendengarnya." Ethan akhirnya berbicara, ia berdiri sambil memisahkan mereka dan tersenyum lega dalam hati karena tidak perlu bertengkar memperebutkan Lytha dengan sahabatnya.

Secret of Twins [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora