Extra Chapter - Saat ini

277 60 19
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.

 Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

〰️


Alytha.

Hanya itu.

Tanpa marga ataupun nama belakang.

Itulah nama yang dipilih Lytha pada kehidupan keduanya. Ya, gadis itu menganggap bahwa hidupnya di New York saat ini adalah kehidupan keduanya.

Berbekal keajaiban, 3 tahun yang lalu, saat tubuhnya dibawa ke kamar mayat. Saat itu tanpa disangka-sangka, bertepatan dengan Antony yang berniat mengucap salam terakhir, sang dokter ternyata melihat perubahan wajah Lytha yang mulai kembali berwarna.

Dan seolah tidak kehilangan harapan, Antony memastikan sekali lagi, mengeluarkan stetoskop yang selalu berada di kantung jasnya dan mendapati sebuah detakkan kecil. Tidak terlalu terdengar, namun ia yakin itu ada.

Tanpa banyak berpikir, Antony segera memindahkan Lytha keruang rawat pribadi dan dengan bantuan penopang alat-alat, Lytha berhasil bertahan.

Namun saat itulah perjuangannya dimulai, pria itu memutuskan untuk mengikuti rencana awal Lytha yang memang berniat meninggalkan keluarga. Makanya Antony dengan berani memutuskan untuk membuat kematian palsu Lytha.

Menolak Rio dan yang lain melihat mayat Lytha, memasukannya ke peti dan mempercepat pelaksanaan pemakamannya. Dan tidak disangka-sangka semuanya berhasil, seminggu kemudian ia berhasil membawa Lytha menjalani pengobatan di New York walaupun dengan kondisi yang masih kritis.

Dalam 2 tahun ini lah Lytha menjalani pengobatan, lalu 1 tahun kemudian ia mendapatkan donor. Gadis itu senang dan kini sudah bisa beraktifitas seperti biasa walupun tetap tidak boleh berlebihan.

Mengenai keluarganya, bagimanapun mereka adalah orang terdekat dan juga keluarga kandungnya, Lytha belum berencana memberitahukan keadaanya tetapi suatu saat nanti, mungkin ia akhirnya bisa berdamai dan menemui mereka.

Benar, nanti.

Tidak tahu kapan, tapi sepertinya akan lama.

"Lytha, kau tidak akan berangkat?!" Suara teriakan Antony dari lantai bawah segera menyadarkan gadis itu. Ia mempercepat kegiatan berkemasnya lalu berlari menuruni tangga menuju dapur tempat Antony dan Jasmine yang sudah duduk sambil menyantap sarapan mereka.

"Pagi, paman." Lytha mencium pipi Antony kilat lalu beralih pada Jasmine. "Pagi, Kak Jass."

"Aunty Jass. Kenapa kau memanggilnya Kaka sedangkan aku Paman?!" Protes Antony.

Lytha hanya memeletkan lidahnya sejenak lalu duduk disalah satu kursi sambil menyantap roti panggang buatan Jasmine.

"Kak, sebenarnya jujur saja padaku. Pria tua itu mengancam kakak kan sampai kak Jass mau menerimanya?"

Secret of Twins [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu