Chapter 33 - Karma

287 52 20
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Seluruh kesamaan nama, alur, tempat, dan kejadian tidak berhubungan dengan kehidupan nyata dan murni imajinasi penulis.


〰️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

〰️


"Ethan.."

Antony yang sudah berhasil menenangkan diri segera menghampiri anak temannya itu. Ia sedikit tidak menyangka melihat pemuda itu berada disini dan terlihat mengetahui kondisi Lytha.

Ethan menoleh, ikut mendekat kearah Rio yang kondisinya tidak jauh berbeda darinya. Kedua mata mereka memerah dengan masih menempel sisa-sisa air mata, suaranya serak karena habis akibat berteriak.

"Paman—"

"Jadi kau tahu?"

Ethan menatap Rio dengan ragu sejenak, "Aku juga baru tahu akhir-akhir ini, paman."

"KENAPA KAU TIDAK BILANG!" Gytha yang tadinya sudah dibawa duduk lada kursi terdekat langsung maju setelah melepaskan rangkulan Kelvin dengan tiba-tiba.

Gadis itu menatap Ethan tidak percaya, seolah merasa dikhianati karena pria itu tidak mengatakan apapun padanya terkait kondisi Lytha.

Ethan berdecih, mengalihkan pandanganya karena sedang tidak mood untuk adu mulut. Pria itu terlihat berusaha menahan emosinya karena kondisinya saat ini benar-benar sangat kacau.

Terlalu banyak kejadian dalam satu hari ini. Ethan bahkan tidak sempat untuk istirahat tapi jantungnya terus saja naik turun dengan cepat akibat informasi yang seperti rollercoaster.

Kebahagiaan, ciuman, perpisahan, dan kekhawatiran.

Mau sampai kapan Lytha terus saja membawa perasaanya terombang-ambing akan ketakutan seperti ini? Ethan rasanya tidak sanggup jika hal ini terus saja terjadi.

"Jawab aku, Ethan!"

"Terserah apapun yang kau pikirkan tentangku. Kau pikir cuma dirimu yang syok akan keadaan ini?"

"Tetapi setidaknya—"

"Setidaknya kau yang harusnya tahu! Sebagai saudarinya, sebagai kembarannya, sebagai orang yang tinggal serumah dengannya, sebagai seseorang yang berbagi darah dengannya!" Amuk Ethan akhirnya.

Ia bisa melihat Gytha yang mundur perlahan karena terkejut dengan suara tinggi yang Ethan keluarkan. Rio yang tidak ikut dalam pertengkaran keduanya juga entah kenapa merasa tersindir dengan kalimat menohok Ethan.

Untuk itu memilih untuk mundur dan tidak ikut campur. Benar, ini adalah salahnya, dia tidak berhak untuk menyudutkan Ethan dan bertanya macam-macam. Apalagi kondisi pemuda itu tidak jauh darinya, semuanya sedang tidak waras dalam kondisi ini.

Sedangkan Gytha sudah menangis kembali dalam kondisi ini, tubuhnya bergetar saat memikirkan semua yang Ethan katakan. Memang.. seharusnya ia yang lebih tahu kondisi Lytha. Bagaimana bisa sebagai seseorang yang tinggal bersama dan berbagi ikatan sebagai seorang anak kembar tidak merasakan apapun saat saudarinya sakit?

Secret of Twins [END]Where stories live. Discover now