1/1

1.5K 59 14
                                    

21+

Joanna sedang menyesap pelan bibir bawah pria yang ada di depannya. Mereka sudah berkencan. Ya, meski baru jalan enam bulan, namun keduanya sama-sama saling damba.

Maklum saja, ini karena mereka masih muda. Usia mereka masih awal kepala tiga. Perasaan seperti ini jelas sedang menggebu-gebu dan sulit padam. Apalagi ini adalah kali pertama mereka berjumpa pasca si pria melakukan perjalanan bisnis di Amerika selama satu bulan.

"Pelan-pelan..."

Lirih si pria dengan senyum yang sudah mengembang. Membuat si wanita tampak malu karena merasa yang paling antusias. Maklum saja, ini karena masa menstruasinya sudah dekat. Sehingga perasaan horny kerap datang.

Seperti sekarang. Joanna tengah menjauhkan badan dengan perasaan tidak rela setelah ciuman terlepas. Karena ponselnya berdering pelan.

"Angkat dulu."

Joanna mengangguk pelan. Lalu meraih ponsel yang ada di dalam tas. Tas hitam pemberian si pria saat ke 100 hari pacaran. Karena keduanya memang sedang sama-sama dimabuk cinta. Sehingga kerap merayakan hari jadi seperti anak remaja.

"Halo? Iya, aku sedang di luar. Kenapa tiba-tiba? Ya sudah, langsung masuk saja. Aku pulang masih lama."

Setelah mematikan panggilan, Joanna melirik Jeffrey yang tengah menatapnya. Pria itu masih tersenyum dan membuat Joanna salah tingkah. Hingga tidak sadar jika hujan turun perlahan. Membasahi mobil si pria yang sedang terparkir di tepi jalan.

"Siapa?"

"Temanku."

"Teman yang mana? Temanmu kan banyak."

Joanna terkekeh pelan. Lalu memasukkan kembali ponsel pada tas. Kemudian menyentuh tangan Jeffrey yang mulai mengusap pipi kanannya. Sesekali juga menekan pelan sudut bibirnya. Karena terkena residu lipstick yang pudar akibat ciuman mereka sebelumnya.

"Teman masa kecilku, dia tiba-tiba saja datang dan ingin menginap. Mungkin ingin curhat tentang masalah hidupnya. Jadi kusuruh langsung masuk kosan. Biar saja menunggu lama."

Joanna terkekeh pelan. Jeffrey juga sama. Dia mulai mendekatkan wajah. Kembali melanjutkan ciuman yang sempat terjeda.

Disusul dengan usapan pada paha oleh si wanita. Membuat suatu di bawah sana kian menegang. Seolah tahu jika sedang digoda.

Dua jam kemudian.

Joanna baru saja tiba di kontrakan, dia menatap Teressa, teman baiknya yang sedang tiduran di atas ranjang. Sembari memainkan ponsel dengan raut bosan. Karena menunggu si pemilik kamar terlalu lama.

"Ke mana saja, sih!? Lama sekali! Aku hanya datang setahun sekali! Bisa-bisanya diabaikan seperti ini!"

Gerutu Teressa karena kesal. Dia merasa cemburu pada Joanna yang dikira tengah bermain dengan teman barunya. Karena wanita itu belum cerita jika sudah ada pacar dan baru saja selesai berkencan.

"Ya, sorry. Lagu pula, salahmu juga datang tiba-tiba! Kalau tahu kamu mau datang lebih awal, aku tidak akan pergi sepulang kerja!"

Joanna langsung memasuki kamar mandi. Bebersih dan mengabaikan Teressa yang kini mulai mengerucutkan bibir. Lalu bangkit dari ranjang dan mengikuti ke kamar mandi.

"Aku kencing!"

Pekik Joanna yang sedang duduk di closet. Dia sudah melepas celana dalam dan merapatkan kaki. Sembari menatap Teressa kesal sekali. Karena kegiatan buang airnya diinterupsi.

"Siapa teman barumu di sini? Apa dia lebih baik dariku? Sampai-sampai kamu tega meninggalkanku? Dasar pengkhianat! Aku menahan lapar dua jam!"

Pekik Teressa frustrasi. Karena dia memang sengaja tidak makan dan menunggu Joanna pulang agar mereka bisa makan bersama nanti. Namun wanita itu justru pulang jam dua belas lebih sedikit. Membuat Teressa geram dan ingin menjambak si teman baik ini.

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now