18/18

353 44 15
                                    


Satu bulan kemudian.

Jeffrey baru saja pulang kerja. Kali ini dia tidak menemukan istri pertamanya di rumah. Hanya ada Teressa yang kini sedang menyiapkan makan malam. Bersama Asih menggantikan Joanna.

"Belum pulang?"

Tanya Jeffrey saat tiba di ruang makan. Dia tidak menemukan Joanna di sana. Padahal biasanya, wanita itu yang menyiapkan makanan untuknya.

"Belum. Lembur mungkin."

Jawab Teressa asal. Sebab Joanna memang sudah kembali kerja sekarang. Setelah membujuk Jeffrey cukup lama. Mengingat sebelum menikah, Joanna sudah setuju saat diminta berhenti kerja. Namun tiba-tiba saja dia berubah pikiran.

Jeffrey menarik nafas panjang. Dia memang sudah tidak lagi bertengkar dengan Teressa sejak satu bulan ke belakang. Begitu pula dengan Teressa yang tidak lagi mengusik Joanna dan memintanya melakukan ini itu seenaknya.

Namun, Jeffrey terus saja merasa was-was saat Joanna tidak berada di rumah. Apalagi saat dia mulai kembali kerja. Karena di tempat kerja istrinya ada pria yang pernah wanita itu suka. Atau bahkan, pria itu juga suka.

"Ayo makan sekarang! Aku masak soto ayam dibantu Mbak Asih juga. Pasti enak."

Jeffrey yang memang sudah lapar langsung menyantap makan malam. Bersama Teressa. Sesekali mereka juga berbincang. Sebab wanita itu telah banyak berubah pasca Sandi meninggal.

Teressa lebih perhatian dan tidak lagi suka menyulut pertikaian seperti biasa. Ya. Seperti Joanna yang selalu sabar jika menghadapi masalah. Meski sebenarnya, Teressa tidak menemui banyak masalah saat di rumah. Kecuali rasa cemburu yang didapat karena Jeffrey jelas lebih banyak perhatian pada si istri pertama.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Ada masalah seperti kemarin?"

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu mulai menceritakan apa yang terjadi di kantor saat jam makan siang. Kemudian ditanggapi Teressa dengan penuh minat. Membuat Jeffrey semakin semangat saat bercerita.

"Aku benar-benar tidak menyangka bisa berhasil memenangkan tender besar. Padahal, aku sempat kurang percaya diri untuk menggantikan Papa."

"Sejak awal aku percaya kamu pasti bisa. Nanti aku bantu screening beberapa berkas yang perlu kamu periksa seperti semalam."

Ucap Teressa sembari mengusap paha suaminya. Jeffrey tidak risih dan hanya mengangguk singkat. Sembari tersenyum tentu saja. Sebab dia dan Teressa telah berdamai sejak pertama kali bercinta. Tidak lagi bertengkar karena dia mulai bisa menerima wanita itu menjadi istrinya.

"Thank you!"

"My pleasure..."

Teressa menatap Jeffrey penuh cinta. Sebab dia benar-benar telah jatuh cinta pada si pria. Dia juga berencana untuk memiliki dia sendirian. Tanpa berbagi dengan Joanna.

Di tempat lain, Joanna sedang kehujanan di jalan. Dia naik ojek online dan tidak memakai jas hujan. Karena menolak memakai saat ditawari oleh si pengemudi ojeknya.

Hingga motor berhenti di depan gerbang. Membuat dua satpam langsung bergegas membuka gerbang. Lalu menatap kasihan Joanna yang sedang kehujanan.

Joanna berjalan cepat memasuki rumah. Dia sedikit menggigil sekarang. Lalu menuju kamar dan melewati ruang makan begitu saja.

"Naik apa? Kok sampai kehujanan?"

Tanya Jeffrey yang baru saja selesai makan dan langsung berdiri dari duduknya. Lalu menatap Joanna yang tengah melewati tangga. Tanpa menolehkan kepala.

"Ojek!"

Jawaban Joanna membuat Jeffrey menarik nafas. Ingin menyusul Joanna. Namun Teressa langsung menahan.

"Bagaimana kalau berikan dia mobil dan supir? Kasihan kalau dia harus naik ojek setiap hari. Tahu sendiri dia tidak mau kamu antar jemput karena jarak kantor kalian berlawanan arah dan jauh sekali."

"Ide bagus!"

Jeffrey langsung menyusul Joanna. Berniat mengatakan hal ini sekarang. Meninggalkan Teressa yang tengah tersenyum simpul sekarang.

Saat memasuki kamar Joanna, Jeffrey tidak menemukan si istri di sana. Sebab wanita itu sudah memasuki kamar mandi sekarang. Membuatnya duduk di kursi yang ada di depan kaca. Menunggu wanita itu di sana.

Hingga tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka. Joanna keluar dan sedikit terperanjat. Dengan handuk hitam yang membalut badan.

"Ada apa?"

Tanya Joanna penasaran. Sebab Jeffrey sudah menatap dirinya. Seolah sedang ada yang ingin dia bicarakan sekarang.

"Mulai besok kamu kerja pakai mobil! Diantar Pak Hanan. Aku akan pakai mobil yang satunya lagi."

"Tidak perlu, aku suka naik ojek. Lebih cepat sampai."

Joanna mulai membuka lemari. Membuat Jeffrey tersenyum tipis. Lalu bangkit dari kursi. Berniat bermanja-manja dengan si istri. Sebab sudah lama mereka tidak seperti ini.

"Lepas, Jeffrey! Nanti kotor lagi! Kamu pasti belum mandi!"

Joanna mendorong Jeffrey yang baru saja memeluknya dari belakang. Karena pria itu masih memakai setelan kerja. Sehingga tebakannya jelas benar.

"Kenapa, sih? Akhir-akhir ini kamu seperti menjauhiku! Apa salahku? Bukannya aku sudah menuruti maumu untuk kembali kerja di tempat itu!?"

Joanna enggan menatap Jeffrey. Dia masih sibuk memilih baju di dalam lemari. Mengabaikan Jeffrey yang tampak frustrasi. Sebab selama satu bulan ini, Joanna enggan didekati. Pasti ada saja alasannya untuk menolak si suami.

"Aku horny! Aku mau kamu malam ini!"

Joanna masih enggan membalikkan badan. Hingga dia merasakan tangan Jeffrey menyentuh pundak. Lalu meremasnya pelan. Sebelum akhirnya hembusan nafas si pria dapat dirasakan pada lehernya.

"Apa kamu tidak mau tidur denganku?"

"Sudah ada Teressa, kan? Kamu bisa tidur dengannya."

Joanna mulai menjauhkan badan. Sembari memeluk baju ganti yang baru saja dipilihnya. Membuat Jeffrey mulai menatapnya dengan jantung berdebar. Sebab takut Joanna tahu jika dia dan Teressa pernah tidur bersama.

"Aku tahu kalau kalian sudah pernah melakukan itu. Aku lelah, lebih baik lakukan itu dengan dia saja. Aku tidak marah. Karena kalian sudah menikah juga. Sekarang tolong keluar, aku ingin sendiri sekarang!"

Jeffrey diam saja. Raut wajahnya panik sekarang. Seperti orang yang baru saja ketahuan merampok di rumah orang.

"Kalau kamu tidak mau keluar sekarang, aku yang akan keluar!"

Jeffrey akhirnya keluar kamar. Karena wajah Joanna tampak masam. Sebab sepertinya, dia benar-benar lelah dan butuh istirahat sekarang.

Di tempat lain, Teressa sedang menampung air seni di dalam gelas kecil. Sebab dia baru saja membeli alat tes kehamilan siang tadi. Mengingat dia terlambat menstruasi bulan ini.

Ya. Meski Teressa dan Jeffrey baru melakukan itu sekali, namun kemungkinan dia hamil masih ada meskipun kecil. Membuatnya begitu bersemangat kali ini. Sebab kehamilannya jelas akan membuat Jeffrey berpaling.

Setelah meletakkan gelas di atas meja, Teressa mulai memasukkan alat tes kehamilan yang baru saja dibuka dari pembungkusnya. Tidak tanggung-tanggung karena dia memasukkan tiga alat secara bersamaan. Lalu menunggu beberapa menit dengan senyum mengembang.

Hingga tiba saatnya dia melihat hasilnya.

Iya. Positif. Tiga alat tes kehamilan ini menunjukkan dua garis merah. Teressa hamil sekarang. Anak suaminya. Karena diapun baru pertama kali bercinta dengan Jeffrey saja.

Masih mau lanjut?

Tbc...

TWO MOONS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang