10/10

429 44 61
                                    

Satu minggu kemudian.

Hari ini adalah hari pernikahan Jeffrey dan Teressa. Mereka tidak mengadakan resepsi seperti apa yang sebelumnya Joanna dan Jeffrey lakukan. Sebab Jeffrey meminta jika pernikahan ini dilakukan secara tertutup saja. Agar hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahuinya.

Karena Jeffrey malu juga. Jika harus dilabeli sebagai sosok suami yang tidak setia. Karena telah tega menduakan istrinya. Padahal, mereka belum ada satu bulan menikah.

Namun bukan Teressa namanya kalau tidak banyak drama. Niat awal yang sebenarnya hanya mengundang keluarga terdekat saja, ternyata diingkari pada hari H. Sebab diam-diam dia telah mengundang teman-temannya yang ada beberapa dari mereka teman Joanna juga. Sehingga wanita itu enggan turun dari kamar sejak dimulainya acara hingga malam.

Ini sudah jam sembilan malam. Para tamu mulai satu per satu pulang. Tidak terkecuali orang tua Teressa, berikut orang tua Jeffrey juga. Karena orang tua Joanna jelas tidak sudi datang di hari kesedihan anaknya.

Ya. Sebagai orang tua, Rendy dan Liana jelas terluka. Mereka sakit hati akan keputusan Jeffrey dan keluarganya.

Namun setelah tahu tentang Teressa yang mendonorkan ginjal dan perjodohan yang gagal, Rendy dan Liana tidak lagi menaruh banyak kebencian. Meski belum bisa memaafkan. Karena bagaimanapun juga, mereka manusia biasa yang memiliki perasaan. Melihat anaknya disakiti orang, jelas akan membuat mereka ikut merasa sakit juga.

Ceklek...

Jeffrey memasuki kamar. Kamar yang di dalamnya ada Joanna. Wanita itu sedang rebahan di atas ranjang. Sembari menatap televisi yang ada di depan. Sebab dia sedang menonton film Korea bergenre komedi dan survival. Sehingga kekehan tidak berhenti keluar.

"Kamu masih bisa tertawa saat dalam keadaan seperti ini?"

Tanya Jeffrey sembari melepas pakaian. Sebab dia jelas lelah karena seharian menghadapi orang-orang. Apalagi orang tua Teressa mengundang banyak tamu juga. Sehingga wacana pernikahan secara private gagal.

"Kamu berharap aku menangis saat ini?"

Joanna mulai mendudukkan badan. Menatap Jeffrey yang kini sudah mendekat. Melepas kemeja dan mengecup pipi istrinya. Seperti yang biasa dilakukan setiap akan berangkat dan pulang kerja.

"Tidak juga. Kamu tidak lapar? Kata Mbak Asih kamu belum makan."

"Mana bisa aku makan saat di bawah banyak orang? Mereka sudah pulang?"

"Sudah. Coba telepon Mbak Asih sebentar, minta antar makan. Istriku tidak boleh kelaparan."

Kini Jeffrey mulai mengecupi leher Joanna. Membuat wanita itu terkekeh pelan karena kegelian. Meski dalam hati merasa sakit jelas. Karena suaminya baru saja menikahi Teressa.

"Aku mau pesan makanan saja. Tolong ambilkan, ya? Aku malas ke bawah."

Jeffrey mengangguk cepat. Dia kembali melanjutkan acara melepas pakaian. Karena tubuhnya sudah lengket dan berkeringat.

"Baik, Ratu!"

Joanna terkekeh pelan. Lalu meraih ponsel yang ada di samping badan. Memilih makanan apa hang ingin dimakan selama Jeffrey membersihkan badan.

Ketika sedang memilih makanan, tiba-tiba saja layar ponsel Joanna basah. Iya. Air matanya turun perlahan. Karana sejak tadi dia memang berusaha tegar. Agar beban Jeffrey tidak semakin berat.

Karena Joanna yakin jika Jeffrey pasti sedang merasa terbebani sekarang. Malu juga pada orang-orang. Karena memiliki istri dua.

Di kamar lain, Teressa sedang bersih-bersih. Dia sangat senang hari ini. Karena bisa menjadi istri Jeffrey.

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now