15/15

360 51 74
                                    


BRAKKK...

Jeffrey menggebrak meja makan dengan kencang. Membuat semua orang yang ada di sana terperanjat. Tidak terkecuali Joanna yang baru saja datang sembari membawa kresek yang berisi bubur ayam.

"BUAT SENDIRI! JANGAN MEREPOTKAN ORANG LAIN! SIAPA KAMU BERANI MENYURUH-NYURUH ISTRIKU DI SINI!?"

Jeffrey menatap Teressa garang. Sedangkan yang ditatap hanya terkekeh saja. Lalu mendorong piring isi nasi goreng yang baru saja disajikan.

"Aku hanya bercanda. Mana buburku?"

Teressa langsung merebut kresek yang Joanna bawa. Kemudian meraih piring dan sendok yang ada di meja. Sebab dia memang sengaja melakukan ini untuk menggoda suaminya. Karena dia bosan jika harus melewati sarapan penuh keheningan seperti biasa.

Jeffrey baru saja akan bersuara. Namun hal itu segera diurungkan karena Joanna langsung berjalan meninggalkan ruang makan. Dia menuju kamar. Karena ingin segera mandi dan sarapan. Sebab dia baru saja selesai joging di sekitar dan sebelum berangkat Teressa sempat menitip bubur ayam.

"Kurang kerjaan kamu, hah!? Pagi-pagi sudah mempermainkan orang! Lebih baik kembali ke Australia! Lanjutkan kuliahmu saja! Daripada di sini merepotkan banyak orang!"

Seru Jeffrey sebelum lanjut makan. Sedangkan Asih mulai membawa pergi piring nasi goreng sebelumnya. Meninggalkan meja makan dan dua orang di dalamnya.

"Aku malas. Bagaimana, ya? Jadi istrimu lebih enak ternyata. Hanya rebahan tapi tetap dapat uang jajan."

Jeffrey yang ingin langsung makan langsung terdiam. Dia tersadar akan sesuatu sekarang. Membuatnya ingin melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

8. 00 AM

Joanna baru saja menuruni tangga. Ingin sarapan. Di ruang makan tidak ada siapa-siapa. Karena Jeffrey sudah berangkat kerja. Sedangkan Teressa mungkin sedang menonton sesuatu di ruang keluarga.

"Mau sarapan, Bu?"

"Iya, tidak usah hangatkan."

Joanna mulai sarapan dengan tenang. Tanpa ada gangguan. Karena dia memang tengah butuh ketenangan. Untuk memikirkan keputusan yang akan diambil ke depan.

"ANJING!!! DIBLOKIR!"

Pekik Teressa dari ruang keluarga. Dia langsung mendekati Joanna. Dengan wajah merah padam. Sebab kartu yang Jeffrey berikan setelah menikah sudah tidak lagi bisa digunakan.

"KARTUKU DIBLOKIR! MANA PUNYAMU!? PASTI HANYA PUNYAKU YANG DIBLOKIR!"

Joanna diam saja. Hanya lanjut makan tanpa mengatakan apapun pada Teressa. Karena kartu yang Jeffrey berikan ada di kamar dan dia malas mengambil sekarang.

"MANA!?"

"Bu, Ibu Joanna sedang sarapan. Nanti, kan, bisa."

Tegur Asih pada Teressa. Karena baginya ini sudah keterlaluan. Dia juga kasihan pada Joanna yang kini sedang didorong kasar di pundak. Hingga membuat wanita ini hampir tersedak.

Teressa langsung menaiki tangga. Berniat mencari sendiri kartu Joanna di dalam kamar. Sebab dia sudah tidak sabar. Ingin mengadu pada Jessica jika Jeffrey kembali pilih kasih pada mereka.

"Ibu kenapa bisa berteman dengan Ibu Teressa dulunya? Jahat begitu orangnya."

Tanya Asih penasaran. Sebab dia jelas tahu bagaimana kisah rumah tangga Joanna yang begitu berantakan menurutnya. Sebab hampir setiap hari dihiasi pertikaian di dalamnya.

"Dulu dia tidak seperti itu."

Joanna lanjut menyantap sarapan. Dia tidak khawatir kamarnya dimasuki Teressa. Karena dia sudah menguncinya dari luar dan kuncinya sedang dikantongi sekarang.

Di atas, Teressa tampak kesal saat tidak bisa membuka pintu kamar Joanna. Dia langsung menelepon Jessica. Guna mengadu tentu saja.

"Mama! Jeffrey memblokir kartuku, Ma. Sepertinya hanya punyaku saja, sedangkan punya istri pertamanya tidak!"

Kamu serius? Cek dulu! Kalau sudah pasti seperti itu, Mama yang akan turun tangan langsung!

Teressa mengiyakan ucapan si mertua. Lalu kembali mengganggu Joanna yang sedang sarapan. Meminta kunci kamar karena dia ingin memeriksa apakah kartu pemberian Jeffrey miliknya diblokir juga.

6. 10 PM

Jeffrey baru saja pulang kerja. Dia langsung menuju ruang makan karena malas bolak-balik turun untuk mandi dan makan seperti biasa.

"Di mana?"

Tanya Jeffrey pada Asih yang sedang menyiapkan makan malam. Sedangkan Teressa yang sudah duduk di salah satu kursi makan hanya diam. Karena siang tadi baru saja bertengkar dengan suaminya, dii kantor si pria bersama Jessica. Guna menuntut keadilan karena kartunya diblokir sedangkan milik Joanna tidak.

"Keluar, Pak. Sejak sore, tidak tahu ke mana. Ibu tidak bilang."

Jeffrey menarik nafas panjang. Lalu mengutak-atik ponselnya. Berniat menelepon Joanna. Namun sayang, panggilannya tidak diangkat. Atau justru tidak menyambung sekarang.

"ANJING!"

Maki Jeffrey pada dirinya sendiri setelah ingat ponsel Joanna yang dirusak kemarin. Membuatnya lekas keluar rumah lagi. Guna meminta supir untuk membeli satu unit ponsel untuk si istri.

"Pak Hanan, tolong belikan Hp seperti ini di iBox terdekat. Gambarnya saya kirim di WA. Pakai kartu ini. Sekarang. Warna putih, kapasitas satu tera."

"Baik, Pak!"

Hanan langsung pergi menjalankan tugas. Sementara Jeffrey kembali memasuki rumah. Dia langsung ke kamar. Karena tidak nafsu makan.

Di tempat lain, Joanna sedang makan mie ayam di pinggir jalan. Sendirian. Sembari menatap orang-orang yang sedang berlalu lalang.

Ada beberapa pasangan yang sedang jalan bersama juga. Membuat Joanna kembali mengingat masa-masa pacaran bersama suaminya. Saat belum menikah dan hanya berdua saja.

Joanna makan di sana cukup lama, dia habis tiga porsi karena pagi tadi muntah setelah sarapan. Siangnya dia juga tidak makan karena terus merasa mual. Hingga sorenya, dia memutuskan jalan-jalan dan mencari mie ayam yang sudah diidam-idamkan sejak lama.

Joanna tidak bodoh. Dia jelas tidak mau punya anak sekarang. Selama ini dia memakai alat kontrasepsi diam-diam. Tanpa sepengetahuan suaminya. Mengingat sejak awal, mereka memang sepakat untuk tidak menunda. Namun Jeffrey juga tidak pernah membahas anak karena tidak mau Joanna tertekan.

Aku tidak mungkin hamil. Dua bulan ini aku sudah menstruasi.

Batin Joanna saat otaknya mulai memberi peringatan. Mulai menerka-nerka akan apa yang terjadi padanya. Karena dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mual berkepanjangan dan tidak nafsu makan hampir seharian. Apalagi sampai kuat menghabiskan tiga porsi mie ayam dalam waktu singkat.

Setelah dirasa kenyang, Joanna akhirnya pulang. Namun saat tiba di rumah, dia melihat Jeffrey tampak panik dan memasuki mobilnya. Disusul oleh Teressa di belakang.

"Papa sakit! Ayo masuk!"

Seru Jeffrey setelah menyadari Joanna tiba. Dia langsung turun dari mobil dan pindah duduk di depan bersama Hanan. Membuat Joanna lekas memasuki mobil juga. Lalu duduk di belakang bersama Teressa.

Namun baru saja duduk di sana, tiba-tiba saja rasa mual kembali terasa. Joanna langsung keluar mobil dan memuntahkan isi perutnya. Karena bau mesin mobil benar-benar terasa menyengat baginya.

Jeffrey yang sudah panik semakin panik karena istrinya. Sedangkan Teressa yang sejak tadi diam saja mulai mencibir pelan. Mengatai Joanna yang masih saja norak sejak dulu hingga sekarang. Karena terus saja muntah meski naik mobil bagus seperti sekarang.

Kali ini serius. 50 comments for next chapter!!!

Kalo rame, bakalan aku tamatin malem ini.

Tbc...

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now