22/22

362 51 20
                                    


2. 30 AM

Teressa terbangun dari tidurnya. Perutnya terasa mulas. Membuatnya mulai membangunkan Jessica yang memang tidur di sampingnya.

"Ma! Mama! Sepertinya aku mau melahirkan!"

Jessica yang mendengar itu langsung bangun dan bangkit dari ranjang. Menelepon Jeffrey dan mengatakan jika Teressa akan lahiran.

"APA!? MASIH DI LUAR!? ISTRIMU AKAN MELAHIRKAN! CEPAT KE RUMAH SAKIT DEKAT RUMAH! AKAN KUMINTA HANAN MENGANTAR SEKARANG!"

Teressa yang mendengar jika Jeffrey tidak pulang mulai merasa resah. Dia takut melahirkan tanpa suami di sampingnya. Karena menurut dokter dia akan melahirkan secara vaginal. Dia jelas butuh support dari suami tercinta agar bisa merasa rileks saat dalam proses melahirkan.

"Jeffrey akan datang, kan, Ma? Aku takut."

Teressa sudah berwajah pucat. Ketakutannya bertambah dua kali lipat. Takut melahirkan dan takut Jeffrey tidak bisa hadir saat dia butuh si pria.

"Kamu tenang saja, Sayang. Jeffrey sudah mengatakan iya. Dia akan datang. Tunggu sebentar, Mama telepon Hanan!"

Teressa sedikit merasa lega. Lalu mengusap perutnya yang semakin terasa sakit sekarang. Bagai tercabik dan akan terbelah. Seolah bayi kembarnya tidak sabar ingin keluar. Hingga rembesan air ketuban dapat dirasakan setelahnya.

Di hotel, Joanna dan Jeffrey panik. Mereka sedang mengemasi barang masing-masing dan ingin bergegas menuju rumah sakit. Karena mereka jelas kahwatir pada Teressa yang akan melahirkan bayi kembar saat ini.

"Ayo, Jeff! Cepat!"

Jeffrey yang masih menyipitkan mata mulai menutup resleting tas. Lalu memakai kembali jaket kulit yang sebelumnya dilepas sebelum menaiki ranjang. Sebab sebelumnya, mereka memang sudah baikan dan melakukan itu untuk yang pertama kali pasca Joanna keguguran.

"Iya, sabar! Aku cuci muka sebentar."

Jeffrey langsung menuju kamar mandi. Sedangkan Joanna tampak kahwatir. Dia juga menelepon orang tuanya saat ini. Sebab orang tuanya memang telah menganggap Teressa sebagai anak sendiri. Meski kehadirannya menyakiti anak kandung mereka sendiri.

"Ayo!"

Jeffrey sudah tidak menemukan Joanna di dalam kamar. Membuatnya lekas memakai tas dan menuju pintu yang sudah terbuka. Karena Joanna sudah berada di depan. Sembari mendekatkan ponsel pada telinga.

"Iya, Ibu dan Ayah jangan datang. Nanti kalau nekat ke sana malah diabaikan. Doakan saja semoga Teressa dan bayinya selamat."

"Ayo!"

Jeffrey merangkul pinggang Joanna setelah menutup pintu kamar. Kemudian memberikan kartu akses pada resepsionist yang masih berjaga. Lalu memasuki mobil dan menuju rumah sakit tempat Teressa lahiran.

Dalam perjalanan, Jeffrey berhenti di pom bensin sebentar. Karena ingin mengisi bahan bakar. Sekalian ingin buang aing kecil juga.

Ketika kembali dari kamar mandi, Jeffrey melihat Joanna yang sedang berdiri di luar mobil. Dia mendekatkan ponsel pada telinga sembari memainkan kartu warna biru muda yang baru saja dikandongi. Membuat Jeffrey langsung mendekat dan sedikit menguping.

"Aku sudah mengamankan KTP Jeffrey. Untuk jaga-jaga saja kalu aku butuh. Iya, thank you."

"Siapa?"

Joanna langsung mematikan panggilan. Kemudian menatap Jeffrey yang sudah berada di belakang tubuhnya. Lalu menatap dirinya pensaran.

"Temanku."

"Jordan?"

"Bukan! Ayo lanjut jalan! Kasihan Teressa!"

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now