23/23

408 53 22
                                    

Yah, udh mulai sepi. Cerita ini udh nggak seru lagi?

"Jangan banyak bicara sayang, hemat tenaga."

Jeffrey mengusap pelan kepala Joanna. Dengan air mata yang terus saja membasahi wajah. Sebab dia benar-benar takut Joanna tidak selamat. Meski petugas medis sudah mengatakan jika Joanna akan baik-baik saja.

Bahkan, saat ini dia sudah mendapat infusan. Dengan wajah pucat. Karena masih shock akan apa yang sedang terjadi padanya.

Jessica sudah tiba di sana. Dia melihat Jeffrey yang tengah menangis dari dekat. Dengan mata merah dan bengak juga.

"Jeffrey, ayo ke rumah sakit! Teressa butuh kamu saat ini!"

Joanna dan Jeffrey menatap ke arah sumber suara. Hingga Jeffrey langsung menghentikan tangisnya. Lalu menatap nyalang Jessica.

"TIDAK! AKU TIDAK AKAN MENINGGALKAN JOANNA!"

Jessica menatap Rendy dan Liana yang sudah menangis di sampingnya. Sebagai orang tua, mereka jelas terluka. Mereka takut kehilangan Joanna yang saat ini sudah berwajah pucat karena tubuh bagian bawahnya tengah tertimpa barang berat.

Jeffrey mulai mendekatkan wajah pada Joanna. Berusaha mendekapnya semakin erat. Karena takut dia ditarik oleh Jessica untuk beranjak dari tempat duduknya.

Joanna yang sudah menangis jelas semakin merasa bersalah. Dia terus saja meminta Jeffrey untuk pergi sekarang juga. Namun lagi-lagi pria itu menolak. Sebab dia adalah prioritasnya. Bukan Teressa, meski wanita itu sedang berjuang nyawa untuk melahirkan anaknya.

"Aku mohon, Jeffrey... Pergi! Temani Teressa di rumah sakit!"

Lirih Joanna yang masih didekap Jeffrey. Dengan wajah yang sudah basah sekali. Tidak hanya terkena air matanya sendiri. Namun juga terkena air mata si suami.

"Tidak! Aku akan menemani kamu di sini! Sampai jamu keluar dari sini!"

Jeffrey mendekap Joanna semkain erat. Kedunya sama-sama menangis sekarang. Membuat Jessica yang sejak tadi berkaca-kaca ikut menangis juga. Sebab dia tidak tahu jika anaknya begitu mencintai Joanna. Sampai-sampai begitu tega mengabaikan Teressa yang sedang berjuang melahirkan cucunya.

Stevan yang tidak tega melihat mereka langsung mendekati orang-orang SAR. Memantau pergerakan mereka guna memastikan agar Joanna cepat bisa dikeluarkan.

"Ini bagaimana? Kapan truknya diangkat?"

"Setalah ini, Pak. Tadi mesin dereknya bermasalah. Baru saja diperbaiki oleh teknisinya."

Steban menarik nafas panjang sembari berkacak pinggang. Lalu menatap Joanna dan Jeffrey dari kejauhan. Membuat dirinya jelas merasa kasihan. Meski dalam hati agak jengkel juga, karena Jeffrey lebih peduli pada Joanna daripada anaknya.

Setengah jam kemudian truk berhasil diangkat. Joanna berhasil dikeluarkan dan Jeffrey dengan sigap langsung mengangkat. Dibawa menuju ambulans. Diikuti oleh Rendy dan Liana di belakang. Sedangkan Jessica kembali ke rumah sakit bersama Stevan.

6. 20 PM

Matahari sudah tenggelam. Teressa baru saja bangun dari tidur panjang pasca melahirkan. Dengan mata bengkak. Karena sebelum terlelap, dia sempat menangisi salah satu bayi kembarnya yang tidak selamat.

Iya. Teressa hanya berhasil melahirkan satu bayi saja. Bayi laki-laki yang diberi nama Jendra. Sedangkan bayi perempuan yang telah meninggal diberi nama Jelita.

Dia sudah dimakamkan. Oleh Stevan dan Jeffrey juga. Setelah operasi Joanna selesai tentu saja. Sebab Jeffrey enggan meninggalkan rumah sakit jika Joanna masih berada di ruang operasi dan belum sadar.

Ceklek...

Pintu ruangan terbuka. Jeffrey datang. Dengan pakaian serba putih dari ujung kaki sampai kepala. Pertanda jika dia baru saja pulang dari makam.

"Bagaimana keadaanmu?"

Teressa menangis saat mendengar suara Jeffrey. Dia sedih. Karena Jeffrey baru datang kemari. Dengan keadaan kepala yang masih diperban putih. Pertanda jika dia mendapat luka yang cukup parah tadi. Meski tidak separah Joanna yang harus dioperasi. Karena kaki yang terjepit patah parah sekali.

Jeffrey mengusap air mata Teressa. Sedangkan Ariana yang baru saja dari kamar mandi langsung keluar ruangan. Tidak ingin mengganggu kemesraan mereka.

"Kenapa baru datang!? Kamu tahu betapa takutnya aku saat melahirkan!? Aku takut Jeffrey! Sampai-sampai tidak bisa menyelamatkan satu anak kita tadi!"

Air mata Teressa mengalir semakin deras. Membuat Jeffrey kembali mengusapnya. Sebab bagaimanapun juga dia tidak tega. Sedikit menyesal juga karena tidak bisa menemani selama melahirkan.

"Maaf, karena tidak bisa menemani kemarin."

Ucap Jeffrey sembari mengusap pundak Teressa. Membuat wanita itu mulai mendudukkan badan. Lalu menarik Jeffrey agar semakin mendekat. Lalu memeluknya erat-erat.

Jeffrey membalas pelukan Teressa. Mengusap punggungnya pelan. Hingga isakan wanita itu keluar.

Tbc...

TWO MOONS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang