26/26

793 61 7
                                    


Tiga tahun kemudian.

Jendra sudah masuk sekolah dasar. Dia sudah pintar berbicara. Membuat Jeffrey semakin betah di rumah meski di hari libur juga. Padahal biasanya, dia akan menghabiskan hari libur untuk menemui Joanna. Si istri pertama yang sudah tidak lagi menginginkan dirinya.

"Jadinya kapan kamu akan mengurus perceraian lagi?"

Tanya Jessica saat mengunjungi rumah Jeffrey. Sebab dia sudah didesak Teressa untuk lekas mengatakan ini. Agar Jeffrey cepat menceraikan Joanna yang sudah tidak tinggal bersama mereka lagi.

"Kenapa Mama membahas ini lagi?"

"Jeffrey sadar! Dia sudah bukan istrimu lagi! Ini sudah enam tahun lebih dan kamu masih saja seperti ini! Ingat Jendra! Anakmu itu sudah semakin besar! Lihat juga Teressa yang sudah sabar menemani kamu sejak dulu sampai sekarang! Sampai-sampai sering sakit juga kamu tidak peduli, kan? Kalau jadi dia, aku pasti tidak akan bisa!"

Iya. Dua tahun lalu Teressa memang sering sakit. Kata dokter karena efek dari transplantasi ginjal yang dilakukan pada beberapa tahun terakhir.

"Dia yang memilih, ini sudah menjadi konsekuensi. Jangan Mama pikir aku tidak tahu kalau dia yang mendorong Mama mengatakan ini. Aku tahu! Jadi tolong, Ma. Berhenti ikut campur! Aku sudah dewasa, umurku hampir empat puluh tahun! Aku akan mengurus masalahku sendiri, menjalani hidupku dengan baik dan akan aku pastikan juga Jendra tidak akan tersakiti."

Jessica menatap Jeffrey kesal. Dia tidak habis pikir pada anaknya yang masih terus saja menyukai Joanna yang sudah tidak menghargai dirinya. Atau bahkan sudah tidak mencintainya. Karena telah pulang ke rumah orang tuanya selama enam tahun tanpa sekalipun pulang meski lebaran.

Jeffrey sedang menaiki tangga. Berniat memasuki kamar. Sebab dia enggan berlama-lama berbincang dengan ibunya yang dianggap cukup mengganggu baginya.

Namun, tiba-tiba saja kepala Jeffrey terasa pusing tidak tertahan. Dia mencengkram erat pegangan tangga. Lalu mundur beberapa langkah dan pingsan. Membuat Jessica langsung berteriak dan mendekat.

"JEFFREY! KAMU KENAPA!?"

Teriakan Jessica membuat Teressa yang sedang memasak makam malam bersama Asih langsung mendekat. Lalu panik saat melihat Jeffrey sudah tidak sadar. Kemudian membawa pria itu ke rumah sakit terdekat.

Setelah dua jam menjalani pemeriksaan, Jeffrey akhirnya dibawa ke ruang perawatan. Dia ditemani oleh Jendra dan Jessica. Sedangkan Teressa yang baru saja berbicara dengan dokter tampak lemas di kursi tunggu yang ada di depan ruangan.

Dia menangis saat tahu jika satu tahun lalu Jeffrey yang mendonorkan ginjal untuknya. Karena dia memang baru saja menjalani transplantasi ginjal sebelumnya. Sebab satu ginjal yang tersisa tidak bisa bekerja secara maksimal. Akibat dari kebiasaan Teressa yang jarang olahraga, kerap menahan buang air kecil dan suka meminum minuman berwarna.

Satu tahun lalu Teressa operasi ditemani ibu dan mertuanya. Sebab Stevan Sudah meninggal dan Jeffrey tengah ada pekerjaan di Amerika. Sedangkan Jendra diasuh Asih di rumah. Karena tidak ingin anak itu sedih melihat dirinya.

"Kenapa? Kenapa Jeffrey?"

Teressa menangis sembari memukuli dadanya sendiri. Dia tidak menyangka jika Jeffrey begitu peduli padanya selama ini. Sampai rela mendonorkan salah satu ginjal untuknya secara diam-diam pada tahun kemarin.

Padahal, Teressa sudah mengira jika Jeffrey hanya akan mencintai Joanna sampai mati. Karena sampai saat ini, Jeffrey tidak pernah pernah menyentuhnya lagi. Pasca apa yang dilakukan pada saat meninggalnya Sandi.

Iya. Mereka memang tidur satu kamar. Di ranjang yang sama saat Jendra masih bayi sampai punya kamar sendiri. Namun mereka tidak melakukan apa-apa selama ini. Karena Jeffrey selalu menolak saat Teressa mulai ingin menyentuh pria ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now