17/17

415 42 11
                                    

6. 10 PM

Matahari sudah tenggelam. Joanna masih di dapur bersama para ART dan ibunya. Sebab kehadiran mereka memang tidak terlalu diharapkan di sana. Mengingat Jessica masih tidak menyukai Joanna sekeluarga setelah tahu jika ginjal Teressa didonorkan pada Liana diam-diam.

"Kamu ngantuk, ya? Tidur sana! Sejak semalam kamu belum tidur, kan? Ibu tadi tidur sebentar, jadi sudah segar."

Pinta Liana pada anaknya. Karena Joanna tampak terus saja mengerjapkan mata. Sembari menumis kentang.

"Iya, setelah ini."

Liana mulai menarik nafas panjang. Lalu mendekati anaknya. Menepuk pundaknya pelan. Kemudian pamit pulang.

"Ibu pulang sekarang, ya? Sudah selesai juga. Besok Ibu dan Ayah akan kembali kerja."

Joanna mengangguk singkat. Berniat mengantar ibunya keluar. Sebab dia tahu jika orang tuanya tidak mungkin pamit pada Jessica yang tengah berkumpul dengan teman-temannya yang baru saja datang.

"Maaf, ya, Bu. Karena mertuaku seperti itu."

Ucap Joanna saat berjalan beriringan dengan ibunya melewati pintu belakang. Sebab dia tahu jika semalam, pelukan ibunya ditolak oleh Jessica. Sedangkan pelukan Ariana tidak.

"Tidak apa-apa. Dari sana kita bisa tahu jika kamu memang sudah tidak dihargai oleh mereka. Lihat saja, apa suamimu peduli padamu setelah seharian tidak terlihat? Tidak, kan? Ibu harap, kamu bisa membuat keputusan dengan cepat. Tidak apa-apa menjadi janda. Ibu tidak tega jika melihatmu direndahkan oleh mereka. Kalau hanya Ibu saja, sih, tidak apa-apa. Tapi ini kamu, anak Ibu yang berharga. Kamu layak bahagia, Nak!"

Liana mengusap pundak anaknya saat berjalan. Membuat air mata Joanna menggenang di pelupuk mata. Sebab dia benar-benar sudah menahan tangis di depan ibunya seharian.

"Setelah ini istirahat. Tidur saja. Toh, tidak akan ada yang sadar."

Joanna mengangguk singkat. Lalu menyeka air mata. Agar ibunya tidak tahu jika dia sedang menangis sekarang.

"Ibu dan Ayah juga istirahat. Aku akan baik-baik saja."

Liana dan suaminya pergi dari sana. Sedangkan Joanna kembali memasuki rumah. Meminta Asih dan dan beberapa ART di sana untuk istirahat secara bergantian setelah pekerjaan dibereskan. Sebab dia juga akan istirahat sekarang.

10. 20 PM

Joanna meniduri salah satu kamar tamu. Namun tidurnya tidak tenang malam itu. Karena terus memikirkan apa yang dilihat pada beberapa jam yang lalu. Saat suami dan temannya bercumbu.

Joanna menangis saat membuka mata. Sembari memegangi dada. Dia juga memeluk guling yang ada di sampingnya. Sembari digigit kencang. Guna menyalurkan rasa kesal.

Di teras, Jeffrey sedang berbincang dengan beberapa orang. Di sana ada Stevan juga. Pria itu tampak begitu menguasai percakapan. Membuat orang-orang di sana menatap kagum dirinya. Meski tahu jika dia memiliki selingkuhan.

Ya. Bukan rahasia lagi jika Stevan memiliki selingkuhan. Bahkan sudah menikah siri kabarnya.

"Lebih baik kamu istirahat saja. Karena ada orang-orang kantor tadi siang, kamu jadi gagal istirahat."

Ucap Stevan sembari menepuk pundak Jeffrey. Sebab dia kasihan pada si menantu saat ini. Karena dia tampak lemas sekali. Apalagi kedua matanya terus berkedip cepat sekali.

Jeffrey akhirnya menurut saja. Dia langsung pamit ke kamar. Karena dia juga butuh istirahat. Sejak tadi dia berusaha bertahan karena sungkan pada si mertua. Namun sekarang, tidak ada alasan lagi untuk dirinya tetap tinggal.

Ceklek...

Jeffrey membuka pintu kamar, dia hanya menemukan Teressa yang sudah tidur di sana. Membuatnya kembali keluar kamar dan menuju dapur di lantai dasar. Sebab ingin mencari keberadaan Joanna yang sejak kemarin tidak mendekati dirinya.

"Ibu Joanna sudah istirahat, Pak."

Ucap salah satu ART yang masih terjaga. Sebab Jeffrey baru saja bertanya. Sembari mengucek mata. Karena dia benar-benar sudah mengantuk sekarang. Namun dia ingin tidur bersama si istri pertama.

"Di mana?"

"Kurang tahu, Pak. Tapi kalau tidak ada di kamar Bapak, mungkin ada di salah satu kamar tamu."

Jeffrey mengucap terima kasih setelahnya. Lalu mengetuk satu per satu kamar tamu yang ada di rumah orang tuanya. Karena dia ingin bertemu Joanna segera.

"Cari istrimu, ya? Ada di kamar sebelah."

Ucap Jira yang baru saja membuka pintu kamar. Dia yang ingin tidur jelas terkejut akan kedatangan Jeffrey sekarang. Namun dia langsung bisa tahu apa yang si keponakan inginkan. Karena mereka sudah tidak ada urusan.

"Iya, Tante. Terima kasih."

Jeffrey langsung menuju kamar yang ada di sebelah. Lalu menempelkan kunci master berbentuk kartu yang baru saja diambil dari saku celana. Sebab dia memang sengaja mengetuk satu-satu kamar tamu sebelum tahu keberadaan Joanna untuk menjaga privasi mereka.

Ceklek...

Tangis Joanna terhenti saat mendengar pintu terbuka. Dia melihat Jeffrey yang mulai memasuki kamar. Tidak lupa menutup pintu rapat-rapat.

"Aku tahu kamu belum tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tahu kamu belum tidur. Kenapa sejak kemarin tidak mendekatiku? Aku benar-benar butuh kamu."

Tanya Jeffrey saat menatap Joanna yang sudah memejamkan mata. Sembari memeluk guling yang sudah basah pada beberapa bagian. Sebab terkena lelehan air mata.

Joanna tidak menjawab. Membuat Jeffrey lekas melepas sandal dan menaiki ranjang. Lalu ikut rebahan dan memeluk istrinya dari belakang.

"Jangan tinggalkan aku."

Bisik Jeffrey sembari mendekap Joanna begitu erat. Dia menyembunyikan kepala pada ceruk leher istrinya. Dia juga menangis di sana. Membuat wanita itu tahu jika Jeffrey sedang ingat si ayah dan takut jika dia akan pergi juga.

Joanna diam saja. Namun tangannya mulai mengusap tangan Jeffrey yang sudah memeluknya. Membuat isakan si pria mulai terdengar.

Teressa diam-diam mengintip dari pintu kamar yang baru saja sedikit dibuka. Sebab Jeffrey tidak menguncinya dari dalam.

Tes...

Teressa mulai meluruhkan air mata. Dia cemburu tentu saja. Padahal sebelumnya, dia berhasil membuat Jeffrey menyentuhnya. Meski hanya sebentar. .

Lihat saja, aku akan membuat Jeffrey membencimu segera!

Batin Teressa sembari menyeka air mata. Lalu menutup pintu perlahan. Pergi dari sana dan kembali menuju kamar Jeffrey yang sempat ditiduri sebelumnya.

Teressa menggeledah isinya. Mencari tahu segala hal tentang Jeffrey yang tidak dia tahu selama dua bulan menikah. Sebab dia akan mulai mengambil hati Jeffrey perlahan. Agar posisi Joanna tersingkirkan.

50 comments for next chapter!!!

Tbc...

TWO MOONS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang