12/12

292 46 20
                                    

Selama acara, Teressa terus saja menggandeng tangan suaminya. Meski Jeffrey kerap menariknya. Sebab dia risih tentu saja. Karena dia masih menganggap jika Teressa bukan siapa-siapa.

"Lepas!"

Jeffrey lagi-lagi menarik tangan saat dia baru saja menyapa beberapa kolega. Dia jelas mendapat godaan karena membawa istri yang lainnya. Karena biasanya, Joanna yang selalu dibawa ke mana-mana.

"Kita sudah menjadi suami istri! Tidak perlu merasa risih!"

Teressa mengapit tangan Jeffrey kembali. Membuat pria ini kesal sendiri. Lalu berakhir diam saja karena ada beberapa orang yang mulai mendekati untuk menyapa dan berbasa-basi. Guna memperkuat relasi.

"Lebih cantik yang ini daripada yang biasa kamu bawa!"

"Iya, pantas kamu menikahi dia!"

"Kalau jadi kamu, aku pasti akan betah di rumah!"

Teressa terus saja tersenyum saat mendapat pujian. Jelas saja orang-orang berkata demikian. Karena dia sangat percaya diri dengan penampilan. Joanna, jelas bukan apa-apa jika dibandingkan dengannya.

"Terima kasih!"

Ucap Teressa saat itu. Karena Jeffrey memang tidak mengatakan apapun. Dia hanya tersenyum meski dalam hati merasa marah dan malu.

Ya. Bukan keinginannya melakukan poligami. Memiliki dua istri dalam kurun waktu berdekatan seperti ini. Gila sekali.

"Setelah ini kita pulang!"

Bisik Jeffrey setelah menyingkir dari kerumunan orang-orang di sini. Lalu mendekati mempelai yang sedang berbahagia hari ini. Guna mengucapkan selamat sebelum pamit.

Teressa menurut saja, dia juga tidak berhenti mengapit tangan Jeffrey agar tidak terlepas. Karena kapan lagi dia punya kesempatan untuk berdekatan dengannya. Sebab jika di rumah, Jeffrey benar-benar tidak ingin berdekatan dengan dirinya.

Ya. Karena ada Joanna. Jeffrey takut istri pertamanya. Itu yang ada di pikiran Teressa.

9. 10 PM

Jeffrey dan Teressa sudah berada di mobil sekarang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang. Diantar oleh supir yang baru bulan ini dipekerjakan.

"Langsung pulang, Pak?"

Tanya Hanan, si supir yang kini sedikit menoleh ke belakang. Menatap Jeffrey yang sudah memejamkan mata dan melipat tangan di depan dada. Berbeda dengan Teressa yang sedang mengutak-atik ponselnya. Berniat memposting sesuatu di sosial media. Agar dilihat Joanna. Karena dia ingin membuat wanita itu cemburu sekarang.

"Iya!"

Jawab Jeffrey tanpa membuka mata. Dia benar-benar sudah mengantuk sekarang. Itu sebabnya dia lebih memilih untuk lekas pulang dari acara. Karena ingin bergegas istirahat sekarang.

Di rumah, Joanna sedang berendam di kamar suaminya. Karena di kamarnya sendiri tidak ada bath up seperti yang ada di sana. Mengingat kamar yang dipakai sebelumnya adalah kamar tamu sama seperti milik Teressa.

Joanna mulai memejamkan mata. Dengan kepala yang sudah ditenggelamkan dalam air hangat yang sudah penuh busa. Sebab dia benar-benar tengah bingung sekarang. Namun tidak tahu harus berbuat apa.

Ya. Joanna merasa jika pernikahan ini tidak sehat. Pernikahan yang seharusnya membahagiakan justru berjalan sebaliknya. Karena kehadiran Teressa, teman baiknya.

Joanna sadar, jika dia ikut andil dalam hal ini juga. Dia mengizinkan dan bahkan pernah meminta Jeffrey menikahi si teman. Namun setelah dijalani selama dua bulan, ternyata rasanya benar-benar menyiksa.

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now