5/5

535 49 44
                                    


Pelukan Joanna dan Jeffrey terlepas. Lalu sama-sama menatap ke belakang. Atau lebih tepatnya pada mobil hitam yang baru saja menabrak mereka.

"Kamu tidak apa-apa?"

Tanya Jeffrey dengan raut wajah panik. Karena tubuh mereka sempat terpental sedikit. Bahkan, siku dan kepalanya terasa sakit. Karena sempat terbentur saat mobil Ariana menghantam tadi.

"Tidak apa-apa."

Ucap Joanna meski merasa sakit. Karena tidak ingin membuat Jeffrey khawatir. Sebab rahang pria itu sudah mengeras saat ini. Sebelum akhirnya keluar dari mobil dan berniat melabrak siapa pemilik mobil ini.

Tok... Tok...

Jeffrey mengetuk kaca mobil Ariana. Ya, dia sudah tahu jika orang yang di dalam adalah mantan calon mertuanya. Dia tidak takut sama sekali padanya. Toh, orang itu yang bersalah. Karena sudah masuk rumahnya diam-diam dan menabrak dari belakang.

"Keluar, Tante!"

Pekik Jeffrey tidak sabar. Membuat Joanna ingin ikut keluar sekarang. Karena dia juga sudah tahu jika yang ada di belakang adalah Ariana. Sebab kaca mobilnya transparant.

"Jeffrey, tidak perlu teriak-teriak!"

Tegur Joanna setelah keluar dari mobil. Lalu menarik lengan Jeffrey agar menjauh saat ini. Membuat Ariana mulai menurunkan kaca mobil. Lalu melirik mereka dengan tatapan jijik.

"Masih punya nyali kalian bermesraan di depanku seperti ini? Apa kalian tidak merasa bersalah karena telah membuat Teressa sakit?"

Ucapan Ariana membuat Joanna terkejut di tempat. Karena dia tidak tahu jika Teressa sakit sekarang. Mengingat dia teman terdekat si wanita. Sehingga kabar jika wanita itu sakit tidak sampai ke telinga jika bukan keluarganya sendiri yang cerita.

"Teressa sakit apa, Tante?"

Tanya Joanna setalah melepas tangan suaminya. Dia mulai mendekati jendela. Dengan wajah khawatir tentu saja.

"Datang ke rumah sakit Medika! Lihat sendiri buah dari apa yang telah kalian buat!"

Ariana langsung memundurkan mobil. Pergi dari sana tanpa mengatakan apapun lagi. Membuat Joanna yang sudah berkaca-kaca langsung menoleh pada si suami. Berharap diantar ke rumah sakit saat ini.

"Iya, kita ke sana. Tapi apa harus sekarang? Kamu tidak mau istirahat sebentar?"

"Aku belum lelah. Boleh, ya? Aku tidak akan bisa istirahat dengan tenang jika belum tahu apa yang sedang terjadi pada Teressa sekarang."

Joanna sudah menumpahkan air mata. Membuat Jeffrey jelas tidak tega. Membuatnya mulai mengangguk singkat dan mengusap air mata istrinya dengan ibu jarinya.

"Fine, kita ke sana sekarang. Jangan menangis lagi. Aku ikut sedih kalau kamu seperti ini."

Joanna mengangguk singkat. Lalu memeluk erat pria yang sudah menjadi suaminya. Pria yang begitu baik dan sabar padanya. Meski kerap direpotkan olehnya.

Setengah jam kemudian mereka tiba di rumah sakit yang Ariana sebutkan. Jeffrey langsung bertanya pada resepsionis di mana pasien atas nama Teressa dirawat. Karena Joanna masih tampak begitu sedih sekarang. Meski tidak lagi menangis seperti sebelumnya.

"Di lantai lima belas. Ayo!"

Jeffrey merangkul pinggang Joanna. Dibawa menuju lift berada. Agar bisa cepat menemui Teressa.

Hingga mereka tiba di kamar yang telah si resepsionis sebutkan. Dengan perasaan was-was Joanna membuka pintunya. Ditemani Jeffrey yang masih setia berada di sampingnya.

TWO MOONS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang