7/7

382 46 35
                                    

Teressa sedang menatap rumah Jeffrey dan Joanna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teressa sedang menatap rumah Jeffrey dan Joanna. Dalam hati dia terus saja memujinya. Padahal seharusnya, dia tidak seterkejut ini karena orang tuanya juga kaya. Juga, dia sudah tahu jika Jeffrey anak dari orang yang dihutangi orang tuanya saat akan gulung tikar. Sehingga, tidak heran jika dia bisa memiliki rumah yang begitu besar seperti sekarang.

"Beruntung sekali dia! Seharusnya aku yang merasakan ini semua!"

Gerutu Teressa setelah memasuki rumah. Dia menatap tiga ART yang sedang bersih-bersih sekarang. Ada yang menyapu, mengepel dan bahkan mengelap berbagai perabotan juga.

Mereka menatap Teressa kebingungan. Hingga salah satu dari mereka ada yang mendekat. Guna bertanya ada keperluan apa dirinya.

"Permisi, Bu. Sedang cari siapa, ya? Ada keperluan apa?"

Tanya Asih dengan hati-hati. Karena dia memang yang paling tua di sini. Sehingga dua ART lain tidak ada yang berani mengambil aksi untuk menanyai si tamu tidak diundang ini.

"Pemilik rumah. Bilang saja ada Teressa datang, aku sudah ada janji sebelumnya."

Bohong Teressa sembari mendekati sofa. Dia langsung duduk dan melepas kacamata hitam yang sejak tadi dikenakan. Membuat Asih langsung memanggil dua ART yang lainnya. Meminta mereka untuk menyiapkan makanan ringan dan minuman. Sedangkan dia akan memanggil Jeffrey dan Joanna di kamar.

Tidak lama kemudian si pemilik rumah datang. Jeffrey menuruni tangga dengan tergesa. Diikuti oleh Joanna dan Asih di belakang. Karena pria itu tampak marah sebab Teressa datang tanpa izin darinya.

Apalagi satpam yang akan dipekerjakan belum datang. Sehingga tidak ada yang menjaga gerbang. Tidak heran jika wanita itu bisa masuk dengan mudah tanpa ada yang mencegah.

"Siapa yang mengizinkanmu kemari!?"

Tanya Jeffrey dengan nada lantang. Sebab semalam, Joanna sempat cerita akan pesan yang Teressa kirimkan. Sehingga dia bisa semurka sekarang. Tidak rela jika rumahnya diinjak oleh wanita yang telah menyakiti istrinya.

"Wow! Santai, Jeff! Aku hanya ingin bicara dengan istrimu. Karena nomorku diblokir oleh wanita itu!"

Teressa langsung bangkit dari duduknya. Lalu melipat tangan di depan dada. Sembari menatap Joanna yang rambutnya masih basah dan berantakan. Karena handuk yang sebelumnya melilit kepala langsung dilempar setelah Asih mengatakan ada tamu datang.

"Apa maumu?"

Tanya Joanna dengan mata memanas. Kedua tangannya mengepal. Sebab dia baru saja akan memulai hidup barunya dengan tenang. Namun tiba-tiba saja ada gangguan datang. Dari Teressa si teman baiknya.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Kenpa memblokir nomorku? Karena kau tidak mau Jeffrey juga menikahiku? Jadi kau lebih takut membagi Jeffrey denganku daripada azab yang---"

"Berenti bicara omong kosong! Tuhan tidak tidur! Tuhan tahu mana yang baik dan buruk! Silahkan saja doakan yang buruk-buruk! Aku tidak takut!"

Pekik Jeffrey dengan wajah merah padam. Dia begitu marah karena tidak terima jika harus menikahi Teressa juga. Karena dia begitu mencintai istrinya dan tidak mungkin menduakannya.

TWO MOONS [END] Where stories live. Discover now