25/25

441 46 10
                                    

11. 30 PM

Joanna baru saja pulang. Karena dia dan Asih sempat menonton film yang terakhir diputar pada bioskop mall. Sehingga mereka pulang larut malam. Toh, seluruh belanjaan sudah dikirim ke rumah. Sehingga mereka tidak kerepotan.

Ceklek...

Pintu baru saja Asih buka. Namun dia terkejut saat melihat Jeffrey sudah berdiri di depannya. Sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"Maaf, Pak. Kami kemalaman karena sempat menonton film di mall. Kita hanya berdua saja kok, Pak. Tidak ada laki———"

"Bawa dia masuk!"

Seru Jeffrey sembari membalikkan badan. Membuat Asih kebingungan. Karena biasanya, Jeffrey akan banyak mengintrogasi dirinya setelah membawa Joanna keluar. Apalagi saat pulang larut malam.

Sedangkan Joanna, dia tampak bisa saja. Bahkan, dia mulai mengunyah permen relaxa yang baru saja dibuka bungkusnya. Sedangkan sampahnya dilipat kecil dan dimasukkan pada tas selempang hitam agak usang yang sejak tadi ada di dalam pangkuan.

"Ibu, bagaimana ini? Sepertinya Bapak marah sekali."

Bisik Asih sembari mendorong kursi roda memasuki rumah ini. Dengan perasaan was-was sekali. Sebab dia takut Joanna dimarahi. Karena dia sangat sayang wanita ini dan takut Joanna disakiti. Mengingat selama ini, Asih sudah menganggap Joanna sebagai anak sendiri.

Asih membawa Joanna mengekori Jeffrey yang kini sudah berada di ruang keluarga. Di sana ada Ariana dan Jessica. Serta Teressa yang kini sudah berwajah bengkak. Karena sepertinya, dia telah menangis cukup lama.

"Ini dia! Si tidak tahu diri ini sudah datang!"

Seru Ariana sembari melipat tangan di depan dada. Lalu melirik Asih dengan sinis sekarang. Seolah meminta wanita paruh baya itu menyingkir sekarang.

Asih yang tahu diri langsung pergi dari sana. Dengan perasaan was-was. Sebab takut Joanna diapa-apakan.

"Ada apa?"

Tanya Joanna sembari menatap Jeffrey. Sebab pria itu sudah menduduki sofa saat ini. Di samping Teressa yang ingin kembali menangis. Padahal Joanna tidak merasa menyakiti.

"Kamu sengaja ingin mempermalukan Teressa di depan banyak orang tadi? Kamu tahu, kan? Kalau yang datang hari ini tidak hanya saudara dan para tetangga saja? Tapi teman-temannya juga. Lalu kenapa kamu belanja banyak barang dan mengirim ke rumah saat di sini masih ada acara? Apa kamu sengaja ingin menghancurkan hari ulang tahun Jendra!?"

Tanya Jessica pada Joanna. Dia tampak menahan amarah. Sebab dia jelas tidak hanya marah kerana Teressa dipermalukan. Namun juga marah karena Joanna tidak menuruti ucapannya untuk tidak lagi belanja barang mahal dan menghabiskan uang anaknya.

"Iya, memang. Lalu kenapa!?"

"JOANNA!"

Bentak Jeffrey untuk yang pertama kalinya. Hal itu berhasil membuat hati Joanna berdenyut sakit sekarang. Lalu menatap nanar Jeffrey yang kini mengusap bahu Teressa. Karena wanita itu sedang menangis sekarang. Sebab masih sakit hati akan apa yang telah terjadi sebelumnya.

Mengingat dia sudah menyiapkan acara ini sejak lama. Dia jelas ingin semuanya berjalan sempurna meski Jeffrey agak terlambat. Namun, Joanna justru menghancurkan semuanya. Menghancurkan kesan baik di akhir acara pada para tamu undangan.

"Aku sudah lelah melihat segala tingkah kurang ajarmu selama ini. Jika kamu memang sudah tidak bisa diatur lagi, lebih baik pergi! Bercerai dengan Jeffrey! Daripada semkain merepotkan orang-orang di sini!"

Seruan Jessica membuat Ariana tersenyum tipis. Namun tidak dengan Jeffrey yang kini justru ingin menginterupsi dan menatap tajam ibunya sendiri.

"Ma!"

TWO MOONS [END] Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ