Eclair [2]

548 76 7
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________


Clara ingat dia meninggalkan rumah pada pukul sembilan pagi. Jika menghitung waktu perjalanan hingga sampai ke hutan Aetherwood tadi, mungkin sekarang sekitar pukul sepuluh. Weilyn pergi bekerja pukul dua siang hingga malam hari. Kalau Arylien benar, maka seminggu di Wynesword hanya akan menghabiskan tujuh jam di dunianya, itu berarti dia bisa kembali paling lama pukul enam sore dan ibunya tak akan tahu karena sebelum wanita itu pulang, Clara sudah ada di rumah.

"Aku senang jika diperbolehkan lebih lama disini." Clara tersenyum hingga matanya seperti bulan sabit. "Terima kasih, Arylien."

Arylien mengangguk. Dia melirik ke arah uluran tangannya yang menganggur. Clara peka akan hal itu dan buru-buru menggenggam tangan sang pangeran.

Dalam film fantasi atau historical, hal seperti ini sudah biasa Clara lihat. Apalagi, sepanjang jalan ke depannya Arylien terus menggenggam tangannya. Clara sempat bingung. Apakah ini wujud kesopanan atau Arylien takut Clara berbuat rusuh?

"Sebagian besar tanaman disini mirip dengan tanaman di dunia kalian." Arylien menunjuk pada beberapa semak dan rimbunan tanaman gantung maupun merambat yang tumbuh tak jauh dari tempat di mana mereka duduk sebelumnya. "Kami senang membuat teh dari Krisan. Beberapa tanaman disini ada yang sudah digunakan dan ada yang belum karena kami tak tahu apa manfaat yang lainnya."

"Ah, I see."

"Clara," panggil Arylien. Lelaki yang tadi berdiri di depan Clara itu menoleh ke belakang, memandang Clara dengan hangat. Sosoknya seperti dewa yang sangat dicintai oleh alam sekitarnya, setidaknya itu yang ia pikir ketika mengamati sang pangeran Wynesword.

"Kau bisa melihat-lihat semua tanaman disini," tambah Arylien.

Manik abu Clara berbinar. "Bolehkah?"

Arylien mengangguk. "Kami juga tidak menggunakan semua tanaman, jadi kau bisa melihat semuanya, bahkan tanaman yang belum pernah kami sentuh sekalipun."

"Terima kasih banyak." Perasaan senang amat membuncah di dada Clara. Selama di sekolah, tanaman-tanaman yang ada cukup terbatas dan semua sudah diteliti. Jika ia bisa melihat tanaman-tanaman jenis baru disini, mungkin suatu hari nanti dia bisa membuat jurnal tentang tanaman tersebut.

"Tapi, Clara...."

Kepala Clara berpaling ke Arylien. "Ya?"

Lewat sorot matanya yang sedang menatap lurus ke depan, Arylien berkata, "kau bisa menjelajah kemana pun disini kecuali dua tempat. Pertama, istana kerajaan yang ada timur Wynesword. Kedua, hutan Mistralis yang ada di barat Wynesword."

"Ah," Clara bingung harus merespon. Jika itu istana, dia paham. Namun, hutan? Di dalam hutan ada hutan? Dan kenapa dengan hutan Mistralis tersebut sampai ia dilarang pergi kesana?

Ingin menuntaskan rasa penasarannya, Clara melayangkan tanya. "Apa hutan Mistralis itu terlarang disini?"

"Mistralis adalah hutan sesat," lugas Arylien. "Jika kau masuk ke dalamnya, struktur hutan itu akan berubah. Jalan yang kau lewati sebelumnya akan berubah bentuk sendiri sampai kau lupa kau datang darimana. Pada akhirnya, kau akan tersesat disana."

"Kau pernah kesana?" tanya gadis itu tiba-tiba.

Arylien memicing, memandang Clara naik turun lalu mengacak rambut Clara gemas. "Kau sangat penasaran sekali ya?"

Bohong jika Clara tak terpengaruh dengan perbuatan Arylien. Gadis itu menunduk, berusaha menyembunyikan detak jantungnya yang memborbardir keras.

"Oh ya, disana juga ada makhluk kegelapan, kau tahu?" Arylien tersenyum miring. "Tapi tenang saja, makhluk itu sudah aku kunci disana. Dia takkan bisa datang kesini."

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu