Dying For Each Other [4]

330 60 10
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"Why were you so good to me? Was I worth it, baby?"

"Xavier!"

Tanpa mengetuk, Violet langsung menerobos rumah Xavier begitu saja. Beruntung ia tahu apa kata sandinya sehingga tanpa menghubungi Xavier, gadis itu berhasil mendobrak pintunya.

"Xavier! Where are you, As*hole?!"

Mata Violet memindai sekitar sampai ia menemukan kekasihnya itu baru saja muncul dari koridor di lantai dua. Lelaki bermata hijau itu berdiri di atas sana lalu menebar senyumnya.

"Oh, aku tidak tahu kalau kekasihku datang."

Dengan emosi yang membara, Violet mulai menaiki tangga untuk menyusul Xavier. Dari ekspresinya, lelaki itu terlihat tenang dan innocent. Tidak ada sorot penyesalan setelah membuat keributan di media.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Violet geram. "Kenapa kau berkata seperti itu saat siaran?!"

"Tapi kau sendiri yang bilang kalau aku bisa melakukan apapun untuk menyelesaikannya?" bela Xavier.

Mengepalkan tangan erat-erat, Violet mulai berteriak. "Tapi bukan seperti ini caranya, bajingan!"

"Oh, oh, jangan mengumpatiku, sayang." Xavier menyeringai. Lelaki itu maju selangkah, memberi gestur pelukan untuk Violet tapi kekasihnya itu mundur tiga langkah.

"Jangan menyentuhku." Violet memicing dengan kebencian yang membara. "Kau... Kukira jika aku bersamamu, aku akan tenang. Hidupku akan sempurna, tapi kau tidak menghargai pendapatku."

"Aku selalu menghargaimu. Jangan mengarang, Violet. Aku melakukan apapun untukmu. Kenapa kau tidak pernah mengingat itu?" Xavier mendengus. "Kenapa kau tidak merasa senang saja karena sekarang publik sudah tahu kalau kau adalah kekasih Xavier Orester?"

"Apa yang bisa dibanggakan dari itu?!" Violet berteriak. Ia menghentakkan kaki kesal. "Kau...," telunjuknya mengarah ke Xavier. "Kau melakukan banyak hal gila selama bersamaku tapi aku selalu menoleransinya. Tapi kenapa sekarang aku merasa kau mau menghancurkan karirku?!"

"Stop playing victim, woman." Xavier menggertakkan gigi. "Kau juga mendekatiku karena aku adalah aktor besar di Oracle. Kau pikir aku tidak tahu?"

Violet mengerjap. Matanya menyipit marah. "Apa maksudmu?!"

"Oh, ayolah," sudut bibir Xavier melengkung remeh. "You don't love me. You love the feeling of being loved by me."

Violet tertegun. Gadis itu menipiskan bibir. Sedetik kemudian, ia mengeluarkan decakannya.

"Aku mencintaimu...," lirih Violet. "Tapi kau selalu berbuat sesukamu."

Xavier di hadapannya diam sembari bersedekap dada. Manik hijaunya menatap lurus kekasihnya itu.

"Kau melakukan segalanya dan aku menerimanya." Violet terkekeh pilu. Gadis itu menyibak rambutnya pelan. "Kau memasang CCTV di rumahku. Kau menempatkan Sean untuk jadi supir pribadiku. Kau bahkan menjadi penguntitku. Aku tetap menerimanya, tapi untuk karir... itu berlebihan, Xavier."

"Tunggu," sela Xavier. "Penguntit? Siapa yang menguntitmu?"

Violet mendengus. "Jangan mengelak. Kau menguntitku dan terus mengirimku pesan-pesan aneh."

"Aku tidak melakukannya?" Xavier membela diri. "Kenapa kau menuduhku?"

"Kau...," geram Violet. Akibat emosi yang memuncak, gadis itu maju dan langsung menampar pipi Xavier dengan keras. "Itu pasti kau!"

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Where stories live. Discover now