The Only Owner For Me [5]

388 58 14
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"I'll give you a night you wouldn't dare to imagine."

⚠️


"Apa yang terjadi saat aku pergi?"

Rokok yang ada di genggamannya ia bakar. Begitu menyala, Hares mengisap benda itu, lalu mengembuskan asapnya santai. Tubuh Hares bersandar di salah satu pilar dekat tenda penjual seafood di pasar yang ada di Hutan Elegical.

"Oh, tetap seperti biasanya. Tidak ada yang berubah. Kau tahu kalau perekrutan anggota baru untuk Moona sudah diadakan dan itu sukses." Seorang pria paruh baya dibalik berdirinya usaha itu tersenyum. Meski tangannya sibuk menyirami seafood-nya dengan air agar tetap segar, pendengarannya tetap fokus pada anak muda di sebelahnya itu.

"Bagaimana soal pengorbanannya?" tanya Hares sembari mengisap rokok.

"Gagal," timpal Braga, sang lelaki paruh baya. "Gadis itu meninggal."

"Sudah kuduga." Hares terkekeh. "Arjun Vichai terlalu percaya diri bisa melewati ritual itu."

"Tuan Arjun memang terlalu gegabah untuk yang satu itu."

Tubuh Hares kini tak lagi bersandar. Dia berdiri tegak tetapi tangannya bergelantung di besi penyangga tenda. "Lalu bagaimana jadinya soal pengganti itu?"

Braga mengernyit. "Pengganti?"

Ekspresi Hares berubah serius. "Arjun Vichai tidak akan selamanya menjadi Lunar. Harus ada yang menggantikannya suatu hari nanti. Kira-kira, 'Sang Ketua' akan memilih anak Arjun Vichai atau anak Kavi Monroe untuk menjadi Lunar selanjutnya?"

Braga menaikkan bahu. "Tidak tahu. Hanya Sang Ketua yang tahu."

Hares mendesah sebal. "Sayang sekali aku tidak masuk dalam kriteria pencalonan."

Sang lelaki paruh baya tergelak. "Kau benar. Padahal dari kalian bertiga, aku paling mendukung dirimu. Rasanya jiwa Moona mengalir dalam tubuhmu, Hares. Kau seperti aku saat muda dulu. Sangat berdedikasi untuk Moona."

Mengetukkan ujung sepatunya ke meja yang ada di tenda itu, ekspresi Hares berubah sendu. Sembari mengisap rokok di tangannya, maniknya berulang kali mengamati para penjual di sekitarnya. Pasar yang sangat akrab dengan kesehariannya sejak kecil ini membuatnya sedikit sentimental sekarang.

"Jadi, kapan kau akan kembali ke camp?" Braga kembali bertanya. Kali ini dia fokus sepenuhnya pada remaja 18 tahun itu.

"Besok." Hares mengedip lemah. "Sepertinya malam ini hujan akan turun." Kepalanya menoleh. "Kau tahu? Aku akan membawa calon pengantinku."

Braga melebarkan mata. "Pengantin?"

Remaja itu menyeringai. "Ya. Aku sudah menemukannya."

Tepuk tangan meluncur dari Braga. Pria paruh baya itu sempat tertawa kecil, memandang Hares tak percaya. "Wah, Hares. Sepertinya aku tahu alasannya. Dari semua ritual yang ada, ritual pernikahanlah yang paling mudah kau lakukan, benar?"

"Tentu saja," jawabnya. "Sial sekali Arjun Vichai tidak mengizinkan aku masuk sekolah menengah. Kalau tidak, aku mungkin bisa menjadi kandidat Lunar berikutnya." Kaki Hares menendang bebatuan kecil disana.

"Kau tahu sendiri kenapa Tuan Arjun tidak mengizinkanmu masuk sekolah menengah, Hares." Braga menepuk pundak Hares sembari tertawa. "Kau tidak bisa menahan emosi. Saat sekolah dasar saja, entah berapa anak yang sudah kau buat babak belur. Tuan Arjun sampai kewalahan dan mengasingkanmu dari dunia luar sampai usia 17 tahun."

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Where stories live. Discover now