Monster Lives Forever [2]

364 51 0
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"I'm bothering you, making you dream only about me."

°

"Damn, haruskah aku membongkar pakaian lamaku untuk mencari uang yang tertinggal?" Pandangan Queensha mengarah pada kotak-kotak di atas lemari. Selanjutnya gadis itu menggeleng. "Ck. Kenapa aku malas sekali bersih-bersih." Gadis itu kembali menghalangi wajahnya dengan ponsel, memblokir pandang ke makhluk di atas lemari itu, dan pura-pura fokus pada ponsel kembali.

Padahal dia takut setengah mati.

Oh, Tuhan. Apa selama ini aku kurang berdoa sehingga Kau menghadirkan hantu untuk menyadarkanku? Queensha meringis. Meski layar ponselnya menyala, dia sama sekali tak fokus ke benda itu. Sudut matanya justru melirik ke arah makhluk transparan itu.

Kenapa dia turun?! Queensha memekik dalam hati saat makhluk itu sudah tak ada di atas lemari, melainkan melayang mendekati ranjangnya.

"Queensha... kau bisa melihatku. Akuilah."

Namun Queensha tetap pura-pura melihat ponsel. "Wah, gila. Alexa punya tas baru yang harganya sangat mahal. Kenapa dia begitu kaya dan aku begitu miskin?" Gadis itu kembali bermonolog untuk mengusir rasa takutnya.

"Aku akan membelikanmu tas mahal itu jika kau mau bicara padaku."

Apa dia gila? Queensha mengernyit. Memangnya bagaimana cara hantu membeli tas?

"Hoam...." Queensha menguap. Gadis itu meletakkan ponselnya di samping bantal. "Sebaiknya aku tidur."

Dia memejamkan mata meski tahu makhluk itu masih ada di dekatnya. Masa bodo. Toh, dia bisa pura-pura tak tahu. Lagipula, apa yang bisa hantu lakukan?

Menutup mata untuk waktu yang cukup lama membuat Queensha benar-benar tertidur. Kamar itu hening. Queensha mulai terlelap dan hampir masuk ke alam mimpinya, hingga tanpa sadar dia mengalami ketindihan.

Semua mulai memburuk. Queensha dapat membuka mata, tapi tubuhnya tidak dapat digerakkan sama sekali. Dia ingin melontarkan teriakan, tapi mulutnya seakan terkunci. Yang dapat Queensha lakukan hanya memindai dan mengawasi ruangan kamarnya.

Hingga tatapannya jatuh pada laki-laki transparan itu.

Dia masih ada di sana. Duduk di tepi ranjangnya sambil memperhatikan Queensha dengan intens. Sesekali lelaki itu melayang ke atas tubuhnya, sekadar untuk menyeringai, lalu kembali ke atas lemari dan duduk di sana.

"Uh, oh, ada yang sedang ketindihan sekarang."

Queensha hampir menangis mendengarnya. Dia terus berusaha menggerakkan tubuhnya. Usahanya itu lama-kelamaan membuat dirinya lelah. Di penghujung lelah yang mendera, Queensha akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya kembali.

Gadis itu terengah-engah, meringkuk, dan mulai menyeka keringat di keningnya. Ia memejam sebentar. Sialan, kenapa aku harus ketindihan?! Queensha benci sekali ketindihan.

"Ah, nasibku malang sekali, kenapa aku terus-terusan bernasib sial padahal aku sudah berusaha menjadi orang ba – aaaaaaaahh!" Ketika gadis berambut cokelat itu kembali membuka mata, dia sontak menjerit saat wajah hantu laki-laki itu sudah berada tepat di depan wajahnya.

"Kau bisa melihatku." Laki-laki itu tersenyum miring.

Queensha mengedip sekali. "Argh! Kenapa aku terus bermimpi buruk?! Ini sudah hampir pagi dan aku tidak bisa tidur?! Aish!" Gadis itu kembali meringkuk dan memejamkan mata.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang