Dying For Each Other [Last Part]

449 64 8
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"Waiting for you here for a happy ending."

Suara tapak kaki yang ringan itu terdengar seperti lagu kematian di telinga Violet. Sosok yang tak pernah ia duga sebelumnya, dengan berani mengungkap jati diri, memutus atmosfer damai di ruangan dapur yang luas itu.

Alister berjalan mendekati gadis yang tengah berdiri bak patung itu. Violet yang merasa ancaman mendekatinya, merapatkan langkah ke belakang hingga pinggangnya bersenggolan dengan ujung meja makan.

Langkah Alister berhenti. "Kenapa? Kenapa kau menghindar, babe?"

Violet mengatupkan bibir, tak menjawab. Matanya masih bergetar dan debar kekhawatiran di dadanya kian menggila.

Alister bersedekap dada lalu terkekeh pelan. "Violet, kau tidak perlu takut padaku. Aku tahu caraku mendekatimu itu bukanlah cara yang normal. Percayalah, itu karena aku sangat menyukaimu. Aku ingin kau mengerti...."

Kata-kata Alister menciptakan kegeraman dalam diri Violet. Gadis itu mengepalkan tangan. Emosi yang sejak tadi terpendam, kini mulai meluap. Manik biru gadis itu dipenuhi kemarahan yang luar biasa.

"Kau pikir aku menyukai itu?!" bentak Violet tajam. "Orang gila! Siapa juga yang akan menyukaimu, hah?! Jangan halusinasi, bajingan!"

Lelaki itu melebarkan mata, terkejut akan luapan kemarahan gadis di depannya. "Kenapa kau sangat marah...."

Violet menggertakkan gigi geram. "Kau–" gadis itu menarik napas dalam-dalam. "Kau yang ada di balik semua ini kan?! Kau menerorku lewat pesan dan kau juga melibatkan adikmu dengan semua rencanamu, kan? Olivia yang tidak pernah tertarik dengan kehadiranku, tiba-tiba saja mendekatiku. Dia juga yang merekomendasikan Justin sialan itu untuk berpura-pura menjadi stylist-ku. Kau pengecut! Kau pikir aku mau dengan pecundang sepertimu?!"

Ekspresi Alister yang semula nampak tenang, mulai menampakkan kegelapan yang mencekam. Sebuah smirk terpatri di bibirnya, mengisyaratkan sisi gelap yang selama ini terpendam dalam pribadinya.

"Violet~" panggil Alister dengan tenang tapi sarat akan kegilaan. "Kau tidak tahu berapa lama aku merencanakan semua ini. Berapa lama aku harus memendam perasaanku. Berapa lama aku harus bersabar saat tahu kalau kau–" Alister mengetatkan rahang. "Mengencani laki-laki payah itu."

Sorot mata tajamnya memandang Violet lurus. Alister maju dengan percaya diri. Ekspresinya berubah drastis. Lelaki itu menggeram marah dengan sudut bibir mengetat.

"Sudah saatnya kau harus ikut denganku," bisik Alister dengan nada rendah yang mencekam.

Suara langkah Alister membuat Violet menggila. Gadis itu mencoba menghindar tetapi berujung pada dirinya terjebak di sudut dapur yang sempit. Aura lelaki itu memanggil semua ketakutan dari dalam diri Violet.

"Kau kira kau bisa menolakku?" Alister tertawa gila. "Aku akan membebaskanmu dari kekasihmu yang payah itu, babe. Seorang Violet Lee yang sempurna pantas mendapatkan pasangan yang lebih dari laki-laki itu." Alister lalu mengulurkan tangan. "Ikutlah denganku. Come on."

Violet yang terdesak akan rasa takut, geram, dan jarak yang kian menipis, mengambil sebuah pisau dari dekat wastafel lalu mengacungkannya ke arah Alister. Pisau itu adalah pisau pemberian Xavier di hari anniversary mereka.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Onde histórias criam vida. Descubra agora