The Only Owner For Me [Ekstra]

383 57 16
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"There's no exit from this cruel fairy tale."

⚠️


----------•••••----------

Riley POV

8 tahun yang lalu

.

"Riley!"

Dad mengulurkan tangan padaku yang sedang bermain dengan kucing liar yang kami temukan saat berwisata di dekat vila. Maniknya yang bersinar membuat hatiku kagum. "Ya?"

"Ayo, kita jalan lagi. Nanti Mommy terlalu lama menunggu loh."

Kelengkungkan senyum lebar begitu mengingat bahwa Mom sempat berjanji akan membakarkan dua buah sosis begitu aku tiba di vila. Sebagai anak usia 9 tahun, bangun terlambat di hari libur sangat menyenangkan. Namun, Mom tidak bisa menoleransi itu. Mom selalu berkata padaku jika aku terbiasa bangun terlambat, maka tingkat kedisiplinanku akan berkurang dan aku akan gagal di masa depan.

Demi menghentikan rengekan yang aku keluarkan sejak pagi, Dad mengajakku untuk berkeliling di sekitar perkebunan strawberry di dekat vila. Sungguh pemandangan yang indah dan menyegarkan.

Sepanjang jalan, Dad terus tertawa dan bercanda. Aku nyaman sekali dengannya. Dad adalah orang yang cenderung santai dan supel, tidak seperti Mom yang cenderung kaku dan serius.

"Riley... Kenapa?" Dad bertanya padaku saat melihat aku terus merengut.

"Banyak nyamuk!" protesku sambil mengusap pipi yang memerah. "Mereka terus mengigit pipiku, Daddy...."

Dad membelai pipiku pelan, menjalarkan kehangatan di pipiku yang memerah karena gigitan nyamuk. "Nanti kita obati ya. Sebentar lagi sampai, kok. Riley tunggu saja."

Aku mengangguk, meski masih memberengut. Kami melanjutkan perjalanan menuju vila setelah menjelajahi kebun selama 30 menit. Tanganku tak lagi digenggam oleh Dad sehingga aku berjalan sendirian di belakangnya sambil menggendong ransel kecil berisi buku fabel yang selalu kubawa kemanapun.

Nyamuk lagi-lagi mengigitku. Kali ini makhluk ganas itu tak hanya menyerang pipi, tetapi juga lengan dan kakiku. Dengan marah, kutepuk lenganku cukup keras. Nyamuk itu berhasil kubunuh dalam sekali tepukan. Saat ku ambil nyamuk itu dari lenganku, kusadari hewan itu cukup besar.

Kubawa nyamuk yang telah mati itu di telapak tanganku sembari berjalan menuruni jalan setapak. Sesaat aku keluar dari kebun itu, ku melihat sebuah sarang laba-laba bertengger di sudut warung kecil yang menjual teh, kopi, dan roti.

Oh.

Laba-laba itu pemakan serangga, bukan?

Bagaimana ya, jika nyamuk dalam genggamanku ini ku lemparkan ke sarangnya? Apakah dia tetap menerima umpanku meski nyamuk ini sudah tak bernyawa lagi?

Dengan rasa penasaran membumbung tinggi, ku lemparkan nyamuk yang sejak tadi kubawa itu ke sarang sang laba-laba. Mataku membulat ketika laba-laba itu langsung menghampiri umpanku dan membungkus nyamuk itu dengan tali putihnya.

"Riley? Sedang apa?"

Saat menoleh, Dad sudah duduk di warung itu sambil memegang secangkir kopi.

"Sini duduk. Riley mau pesan apa? Kita pesan dulu sebelum kembali ke vila."

"Oke!" Aku tersenyum.

Selanjutnya, Dad kembali bercengkrama dengan pemilik warung. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sesuatu di hadapanku jauh lebih menarik.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Where stories live. Discover now