Flower in Darkness [2]

247 42 2
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"It seems like you live in a legend. I will fight time and look for you."


Seonggok ikan tuna tergeletak di dekat kaki George begitu ia bangun di keesokan paginya. Lelaki bermata biru itu mengucek mata, sekadar untuk menyadari bahwa apa yang ia lihat bukanlah imajinasi semata. Perlahan ia merangkak mendekati tumpukan ikan itu lalu menjulurkan tangan untuk menyentuhnya.

Asli. Ikan itu masih basah dan kenyal.

Sungguh mengejutkan. Bagaimana tuna dapat berkumpul begitu saja disini sementara George tidak pernah mencoba menangkap mereka?

George meraih seekor tuna, memperhatikannya lamat-lamat sebelum mulai mengigitnya. Rasa lapar yang teramat membuatnya tak peduli lagi dengan apapun. Selama kesempatan ini ada, maka ia akan mengambilnya tanpa pikir panjang.

Untuk beberapa waktu ke depan, George masih mengonsumsi ikan yang ia dapatkan itu. Hingga ia merasa perutnya penuh dan akalnya kembali, penyesalan lalu menjangkiti hatinya.

"Apa mereka tidak mencariku?" George menggumam. Lelaki itu berbaring di atas karang yang ternyata lebih lebar ukurannya saat pagi hari. Dia memandang langit sembari menumpukan lengannya di belakang kepala. Sinar matahari belum terlalu menyengat. Angin laut masih menerpa wajahnya, mengirimkan aroma asin yang menusuk indra penciuman.

George kembali mengamati sekeliling, berusaha menemukan tanda-tanda makhluk lain selain dirinya seperti burung ataupun ikan, tetapi tak ada satupun yang terlihat. Bahkan kapal sekalipun juga tidak ada. Hanya hamparan air tak berujung dan riak ombak yang berulang kali menghantam karang. Tubuhnya sudah kedinginan sejak kemarin. Jika sampai besok ia tak ditemukan, kemungkinan hipotermia berat akan melandanya.


----------

Deburan ombak masih terdengar menghantam-hantam tepi karang. Air laut mulai kembali naik seiring dengan bumi yang bergerak untuk meninggalkan matahari. Senja akan menjelang. Seharian ini George hanya berbaring disana dengan putus asa meskipun sinar matahari menyengat kulitnya tanpa ampun dan air laut menyiprat tubuhnya tanpa permisi.

Lelaki itu tak peduli lagi dengan air pasang. Dia tetap merebahkan dirinya di atas karang meskipun ujung kakinya sudah tenggelam di air.

Come closer now oh lonely sailor...
Into the sea's eternal, our voices call...
Forget your world, forget your sorrow...
Sail with us, follow this tune...
In the deep sea, we always await you...
Come with us my dear...
In our embrace, love is always near...

George membuka mata ketika mendengar suara itu. Sejauh mata memandang, ia hanya menyaksikan kilauan permukaan air laut. Suasana hening dan damai. Lalu, suara nyanyian siapa itu tadi?

Di senja hari yang kian menggelap dengan deburan ombak sebagai irama latar belakang yang monoton, George kembali memejamkan mata. Namun kali ini, dia tak benar-benar tidur. Lelaki itu hanya memejamkan mata tetapi samar-samar ia mengamati keadaan sekitar di balik celah kelopak mata.

Saat itulah, di dekat pahanya, sesuatu muncul dari dalam air. Itu adalah kepala manusia. George tercekat dalam diam.

Kepala itu kian timbul dan ia bahkan menampilkan wajah seorang perempuan. Makhluk itu mengulurkan tangan dan menjejerkan beberapa ikan tuna di dekat kaki George. Saat itu George sadar bahwa dialah sosok yang membantunya agar tidak kelaparan.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Where stories live. Discover now