Monster Lives Forever [1]

716 54 6
                                    

[Inspired by: Red Velvet IRENE & SEULGI - Monster]

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"I stood up among the ashes on the cold ground, from twilight to dawn, I still exist."

°

Starquest Agency dikenal masyarakat sebagai agensi penyedia talenta-talenta luar biasa. Banyak jebolannya yang melancong hingga ke luar pulau untuk mengejar mimpi mereka di kota-kota metropolitan seperti Oracle dan Saint Halley. Starquest memberi mimpi pada anak-anak muda untuk keluar dari Brighton dan berkarir di tempat lain. Menghadapi kenyataan bahwa kota mereka berbatasan langsung dengan Darkensight, banyak masyarakat Brighton terkhusus para kawula muda berkeinginan pergi dan melanjutkan hidup di kota lain.

Salah satunya adalah Queensha Manthe. Gadis yang hari ini menginjak umur 20 tahun itu tengah menghadapi hari mendebarkan dalam hidupnya.

Evaluasi bulanan.

Pada dasarnya, evaluasi selalu mendebarkan. Namun bagi Queensha, kali ini jauh lebih mendebarkan lagi karena ia akan menari dengan iringan lagu dari kekasihnya sendiri, Brandon Evans. Seorang penyanyi muda yang merintis karir di Oracle.

"Queensha, kau siap?"

Mendengar salah satu senior yang sekarang telah berkarir menjadi koreografer, kegugupan menyelimuti Queensha seketika. Gadis yang berdiri di atas stage itu menelan ludah getir sebelum mengangguk yakin.

Dingin menjalar dari ujung kakinya saat dentuman bass lagu milik Brandon mulai menggelegar. Queensha hampir mati rasa, tapi wajah Brandon terbayang di benaknya sehingga ia terus berusaha menguatkan diri.

Beat yang kuat dimulai, irama hiphop mendominasi, dan Queensha melangkah maju dengan gerakan tegas. Kepalanya bergerak mengikuti irama, lalu kakinya melibas lantai dengan gesit, mencipta kesan bahwa musik mulai meresapi dirinya. Queensha memutar pinggang, mencipta presisi apik, lalu menahan gerakannya. Kontras yang timbul membuat beberapa rekannya membelalak. Tangannya meliuk-liuk dengan indah pada setiap peralihan yang terjadi.

Beat makin intens. Queensha mulai mempercepat gerakan kakinya. Manik baby blue-nya melirik tajam ke arah penonton, memberi kesan akan kekuatan dan ketegasan dalam tiap langkahnya. Ketika musik masuk pada bagian puncaknya, tubuh Queensha mulai menciptakan gerakan popping.

Menuju alur bridge, intensitasnya menurun. Queensha memperlembut gerakannya dengan berbagai transisi halus. Menjelang outro, gadis itu mulai menampilkan signature andalannya, mengekspresikan kelelahan dengan gaya artistik untuk mencipta akhir yang dramatis. Langkahnya memudar seiring dengan irama musik terakhir dan keheningan yang hampir terkikis.

Musik sudah mati. Sambil berusaha mengatur napas, Queensha tidak melepaskan pandang dari senior dan instruktur tari yang sejak tadi duduk dan menilainya.

"Queensha, sudah berapa lama kau berlatih disini?"

"Sudah sebelas bulan, Senior."

Senior perempuan yang bermata seperti kucing itu menatapnya tajam. "Entah kenapa, tubuhmu seperti amatir karena kesan kaku yang masih kau miliki."

Queensha mengigit bibir.

"Dia benar," sahut instruktur tari mereka selama ini. Seorang laki-laki dengan rambut abu dan choker di lehernya. "Queensha, apa kau masih jarang melakukan olahraga? Aku sudah sering menyuruhmu untuk berlatih peregangan. Oh ya, transisimu agak buruk. Aku tahu kau penyuka hiphop, tapi kau juga pasti tahu transisi seperti apa yang harus ditampilkan untuk musik hiphop, bukan?"

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Where stories live. Discover now