The Sun's Rising in Your Night [5]

502 80 16
                                    

_____________________________

Happy Reading!
_____________________________

"I want to show you, I envy the person who has your smile."

°

Pandangannya kabur.

Itu yang Gressia dapatkan ketika ia membuka mata. Keningnya berkerut. Ia coba untuk mengucek matanya perlahan sembari beringsut dari sofa. Berulang kali mengedipkan mata, pandangannya kembali normal.

Hal pertama yang gadis itu lakukan setelah bangun adalah mencari ponsel. Tubuhnya merunduk hingga lututnya menempel lantai untuk mencari ponsel di kolong tetapi benda pipih itu tak dapat ia temukan.

Gressia mengusap wajah. Matanya yang masih sayu menelisik private room itu. Mata hazel miliknya berhenti mencari tatkala menemukan benda itu tergeletak di atas meja.

Siapa yang memindahkannya?

Dengan langkah yang agak terseok, ia mendatangi meja makan, meraih ponselnya, lalu menghidupkannya.

Mata yang tadi sayu akibat baru bangun itu mendadak terbuka lebar kala waktu terpampang jelas di lockscreen ponsel. Tanpa sadar, Gressia menjatuhkan ponselnya di atas meja. Sudah hampir pagi dan tidak ada yang membangunkannya.

Jantung gadis itu berdetak kencang. Meraih ponselnya, ia buru-buru berlari mengambil tas nya yang ia letakkan di loker. Dalam perjalanannya melintasi koridor, ia tak dapat menemukan siapapun. Barulah ketika ia sudah sampai di depan, di ruang utama gym, wajahnya berubah pucat.

Dreviar ada disana, sedang melakukan pull up dengan kondisi topless dan membelakanginya. Gressia melangkah pelan, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Dreviar?"

Lelaki itu menoleh, menyadari bahwa ada orang lain disana, ia berhenti melakukan pull up. "Oh, hai!"

"Kenapa kau tidak membangunkan aku? Matahari akan terbit sebentar lagi."

"Hm~" pandangan lelaki bermata hitam itu meliar. "Karena aku terlalu sibuk olahraga jadi aku lupa waktu. I'm really sorry...."

Aroma tubuh Dreviar dapat tercium olehnya, membuat Gressia percaya bahwa lelaki ini memang sudah olahraga sejak tadi.

"Oh, kalau begitu, aku harus pulang seka–"

"Kenapa buru-buru sekali, Gressia?" Dreviar memotong. Ada sinar semangat di manik hitamnya yang menawan. "Lihat, aku sudah membuatkanmu makanan yang sehat. Kenapa kita tidak makan dulu?"

Gressia berpaling ke kanan. Di meja tempat biasanya Caesar berjaga dan menerima pendaftaran, kini disesaki oleh makanan dan beragam peralatannya. Ada dada ayam dengan berbagai sayuran dan minuman berwarna hijau disana. Yang membuat jantung Gressia hampir merosot adalah saat ia menyadari, bahwa Dreviar menyiapkan makanan itu sebanyak dua porsi.

Bibir Gressia berkedut. "Kau...."

Dreviar sedikit menunduk, senyum tipis terlukis di wajahnya. "Hm? Kenapa?"

Gressia memalingkan wajah, kini menatapnya dengan tatapan kecewa. "Sejak awal, kau memang tidak mau membangunkanku ya?"

Mendengarnya, senyum Dreviar luntur seketika.

𝗗𝗼𝘄𝗻 𝗙𝗼𝗿 𝗟𝗼𝘃𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang