0.8

1.1K 117 34
                                    

Kejadian malam itu membuat trauma yang mendalam untuk Sunghoon.

Kondisi gadis itu benar-benar tidak baik-baik saja, dia terus menangis histeris dengan ketakutan saat ada seseorang yang berusaha mendekatinya termasuk kedua orang tuanya.

Sunghoon hanya mengenal orang yang menyelamatkannya saja, sedangkan yang lainnya dia anggap jahat. Semua itu pengaruh dari halusinasi nya yang memenuhi pikirannya.

Saras terus menangis tersedu setelah mendapat kabar itu. Keberangkatannya bersama suaminya dibatalkan dan buru-buru mereka datang kerumah sakit tempat putri mereka dirawat. Dan sampai pagi ini, tidak ada perubahan apapun pada putri mereka meski dokter psikiater sudah melakukan segala cara untuk membuat Sunghoon tersadar dari halusinasi yang menguasai dirinya.

"Bagaimana ini dok? Apa putri kami bisa sembuh?" Tanya Saras penuh kecemasan. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya.

Dan jika hal yang tidak diinginkan terjadi, dirinya lah yang akan merasa bersalah seumur hidupnya.

"Trauma tidak akan pernah bisa disembuhkan mau bagaimana pun caranya. Karena semua kejadian itu sudah terekam jelas pada ingatannya dan tersimpan pada memorinya. Tapi kita berusaha membuat pasien melupakan semuanya dengan cara tidak lagi mengingatkan tentang kejadian itu pada pasien"Jelas sang dokter.

"Jadi, apa yang harus kami lakukan untuk putri kami?" Tanya Bima kemudian.

"Kita cukup selalu menghibur dia. memberi dia kenangan manis yang bisa menggantikan kenangan buruknya dan jangan membuat dia mengingat hal buruk itu lagi. Seiring berjalannya waktu pasti dia akan terbiasa dengan kehidupan sehari-hari nya" jelasnya kembali.

"Tetapi melakukan itu juga harus dibarengi dengan konsultasi setiap Minggu bersama dokter psikiater dan meminum obat" Lanjutnya lagi.

Saras dan Bima mengangguk
"Baik dokter, kami tentu akan melakukan semuanya demi kesembuhan putri kami." Ucap Saras.

Dokter itu mengangguk.
"Tolong jangan ganggu pasien, dia sedang beristirahat. Saya permisi," Saras dan Bima mengangguk paham, dokter itupun segera pergi meninggalkan kedua paruh baya itu.

Bima merangkul bahu istrinya yang masih saja menangis
"Tenanglah, putri kita akan baik-baik saja" ucapnya. Saras hanya mengangguk dengan perlahan suara isakannya mulai berhenti.

***

Motor sport merah milik Jay baru saja memasuki area parkiran sekolah disusul dengan keempat motor lainnya. Jay dan keempat temannya baru saja tiba disekolah pagi ini.

Bukan hanya mereka, ada Jungwon juga yang pagi ini datang bersama Jay.

Soobin menatap Jungwon dengan sinis, entahlah tapi dia sangat tidak suka kepada gadis itu

"Tumben? Sunghoon mana?" Tanya Soobin pada Jay.

"Gak tau" balas Jay tak berminat.

"Kalian duluan aja, gue mau nganterin dulu Jungwon ke kelasnya." Perintah Jay kemudian kepada teman-temannya.

Tanpa menjawab, Heeseung jalan lebih dulu disusul Soobin dan juga Kai. "Yaudah, kita duluan."
Pamit Jake pada Jay

"Woy tungguin gue" teriaknya kemudian seraya berlari mengejar langkah ketiga sahabatnya.

"Ayok sayang," ajak Jay pada Jungwon dengan menggandeng tangan gadis itu. Jungwon pun mengangguk dan mengikuti langkah Jay, mereka berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah menuju kelas Jungwon.

"Kak Jay" panggil Jungwon dengan lembut.

Jay dengan masih berjalan, menoleh kesamping melihat kekasihnya
"Ya?"

[✓] I'm Not Antagonis • Jayhoon •EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang