2.0

1K 102 19
                                    

Satu minggu sudah berlalu
sedari sore tadi Jay masih terdiam terduduk disudut ruangan kamarnya.

Ditangannya ada permainan rubik yang sedari tadi dia coba susun warnanya, Hatinya benar-benar sakit, dan pikirannya benar-benar kacau.

Satu minggu tidak bisa bertemu dengan Sunghoon membuatnya merasa tidak memiliki semangat untuk hidup.

Hari-harinya menjadi terasa sangat sepi, tidak biasanya dia merasakan hal seperti itu, dulu hari-hari Jay akan terasa sangat berisik karena gadis itu. Tapi sekarang ini lah yang dia rasakan.

Jay hanya bisa diam merenungkan semua kesalahannya pada Sunghoon. Gadis yang selalu memperlakukannya dengan baik selalu mencintainya dengan tulus tanpa henti walau berulangkali Jay menolak dengan kata-kata kasarnya.

Namun gadis itu tidak pernah hilang dari pandangannya, selalu tersenyum walaupun senyuman itu penuh dengan luka, bahkan senyuman yang tidak pernah dia harapkan dulunya kini senyuman itulah yang sangat dia rindukan.

Jay sangat tahu, semua kebahagiaan pada gadis itu palsu, dia hanya berusaha memaksakan dirinya untuk terlihat bahagia walaupun hatinya berulang kali terluka olehnya.

Dan kini Jay terjebak pada rasa bersalah yang mendalam, rasa penyesalan yang semakin hari semakin bertambah, membuat hidupnya terasa semakin kacau.

Mengurung diri seperti sekarang bahkan tidak membuatnya bisa berpikir jernih untuk memikirkan bagaimana caranya agar Sunghoon bisa memaafkannya.

Jika boleh egois meminta lebih, Jay sangat ingin sekali lagi dicintai oleh Sunghoon seperti dulu, hidup bahagia bersama gadis itu.

Namun kini semuanya mungkin hanya halusinasi, hanya pikiran fantasinya yang tidak akan pernah terwujud.

Berulangkali Jay menyadarkan dirinya, bahwa sekarang ia sudah tidak pantas bersanding dengan Sunghoon.

Gadis baik dan penuh kesabaran itu terlalu sempurna untuk dirinya si pengecut ini.

Tetapi hatinya dan alam bawah sadarnya menolak untuk ia tersadar, hatinya terus menerus berteriak meminta agar si pemilik hati menyuruhnya untuk tetap bersamanya. Namun semua itu hanya menjadi angan-angannya, semua telah terlambat. Sunghoon benar-benar sudah membencinya.

"Jay sayang...dari sepulang sekolah kamu belum makan nak. Ayo turun kita makan malam dulu," Rina masuk kedalam kamar putranya yang tidak terkunci.

Namun sepertinya Jay belum menyadari kedatangan ibundanya, dia masih hanyut dalam kesedihannya.

Rina mendekat dan ikut terduduk disamping putranya pada ubin dingin itu "Jay. bunda tahu dan mengerti dengan kesedihan kamu, Tapi kamu tidak bisa terus menerus menyiksa dirimu kamu seperti ini. Semua sudah terjadi, dan kamu yang seperti ini tidak akan pernah bisa membuat semua kembali seperti dulu"

Jay mulai menatap ibundanya, air matanya kini menetes "Gimana caranya agar Jay mendapatkan maaf dari Sunghoon Bun? Jay mau menyembuhkannya dan buat dia kembali,"

"Perlahan, dan dengan lembut, Bunda yakin Sunghoon anak baik, dia akan memaafkan kamu, tapi jika harapan kamu ingin dia kembali mencintai kamu, bunda rasa itu sulit." Ucap Rina seadanya.

Seketika mendengar ucapan bundanya tentu membuat harapan Jay kembali hanyut tenggelam dengan kenyataannya.

"Sekarang tugas kamu berusaha dulu untuk mendapatkan maaf, Jangan inginkan lebih, karena Sunghoon mau memaafkan kamu saja itu sudah harus kamu syukuri." Ucap Rina telak.

Rina tidak ingin membuat putranya berharap lebih pada gadis yang dengan sengaja dan dalam keadaan sadar telah putranya lukai habis-habisan, Jay kembali merenung dengan semua ucapan ibundanya.

[✓] I'm Not Antagonis • Jayhoon •EnhypenWhere stories live. Discover now