DIA MILIKKU (!) 2

550 65 20
                                    

Pagi ini cuaca begitu cerah. Jungkook yang baru saja terlelap, harus rela membuka mata saat mendengar suara ricuh di sekelilingnya. Ya, semalaman kelinci kecil itu sulit sekali untuk memejamkan mata sebab begitulah Jungkook, tak akan bisa tidur satu atap dengan banyak orang kecuali dengan pelukan Seokjin. Masih sama seperti beberapa tahun silam saat berada di panti. Itulah sebabnya Seokjin sering berbagi tempat tidur dengannya. Kalau tidak, maka semalaman ia akan menangis dan merengek karena kesulitan terbang ke alam mimpi.

Semalaman pula Seokjin berjaga di sebelah ranjang si manis. Namun tetap saja tak dapat membuat Jungkook tertidur lelap. Sebentar terbangun karena ketidaknyamanannya.

Malam kemarin sewaktu mendaftar di bagian administrasi, Seokjin sempat menanyakan biaya untuk satu kamar yang hanya ditempati oleh satu orang. Namun biayanya begitu mahal. Bukan salah Seokjin, juga bukannya ia terlalu perhitungan. Namun sejatinya Jimin membawa Jungkook masuk ke dalam salah satu rumah sakit mewah di Seoul. Maklum saja, Jimin berasal dari keluarga kaya raya. Tentu tak akan terpikir untuknya membawa kerabat yang sakit ke rumah sakit biasa.

"Sayang. Udah bangun?"

Degh.....

"Sayang(?) Aku gak salah dengar?"

Lucu sekali. Wajah kelinci manisnya Seokjin sampai menyala. Merah seperti saus tomat tapi bedanya, yang satu ini sangat manis.

"Hei, Kookie ditanya kok diem aja kenapa? Masih ada yang sakit?"

Jungkook mengerjap. Matanya berkedip beberapa kali. Ia yakin tak salah dengar. Tapi kenapa setelahnya Seokjin tak lagi memanggilnya 'sayang' ?

"Iya. Udah kak. Disini ramai. Aku gak bisa tidur. Kookie mau pulang boleh?"

"Nanti ya. Tunggu apa kata dokter siang ini. Sekarang karena Kookie udah bangun, Kookie sarapan dulu."

"Gak mau masakan rumah sakit. Mau masakan kak Seokjin aja."

"Memangnya Kookie mau ditinggal kakak pulang buat masak dulu?"

"Gak mau! Makanya ayo pulang aja!"

"Jangan rewel Kook. Kamu udah besar. Harusnya kamu tau mana yang baik buat diri kamu sendiri."

Raut muka Seokjin berubah ketika Jungkook mulai merengek meminta untuk segera dipulangkan. Sementara yang ditatap kembali terkejut dengan perlakuan dingin sang kekasih. Bukan maksud Seokjin untuk berbicara ketus, tapi mungkin karena keadaan tubuh yang lelah disertai pikiran yang selalu dipenuhi kekhawatiran terhadap Jungkook, sontak membuat Seokjin sering lepas kendali.

Namun kali ini Seokjin tak mau ambil pusing. Ia hiraukan si manis yang terdiam di tempat dan terlihat sedikit ketakutan sebelum akhirnya Seokjin memilih untuk memberi satu suapan bubur pada Jungkook.

Sebuah penolakan terjadi saat benda cekung berisi nasi lunak sudah mendekati bibir si pasien. Dengan segera Jungkook memalingkan muka sedikit melawan arah. Kemudian ia meraih mangkok berisi masakan rumah sakit dari tangan Seokjin.

"Kookie bisa sendiri. Kookie bukan anak kecil."

Seokjin menghembuskan nafasnya cukup kasar. Jungkook ini - sifatnya sangat kekanakan. Padahal usianya sudah legal dan ia sudah mengerti cinta-cintaan sampai pacar-pacaran. Tapi mengapa kalau soal sifat manja dan gampang mengambeknya tidak bisa berkurang sedikitpun? Seokjin juga sebenarnya tak mempermasalahkan sikap manja Jungkook. Malahan ia terlampau sering merindukan rengekan-rengekan manja dari kelinci manisnya. Tapi tidak dengan kali ini. Badan sudah ringkih, masih tak mau mendengarkan perkataan Seokjin.

"Ya udah Kookie makan dulu ya. Kakak tinggal beli cemilan dulu soalnya tadi Jimin bilang sedang di jalan mau kesini."

"Mini? Mau kesini? Tadi dia kirim pesan ke Kookie? Kakak pakai ponsel Kookie?"

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now