KERAGUAN

582 70 33
                                    









Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Rumah menjadi hening semenjak Jimin pergi dan Jungkook yang masih bergeming tak ingin menampakkan batang hidungnya. Tak tau bagaimana khawatirnya sosok pria jangkung yang terus mencoba untuk membujuk kelinci manisnya agar keluar dari sarang.

"Kamu lupa sama janjimu kemarin Kook? Aku gak tau kesalahan apa yang dilakuin sama Jimin tapi gak seharusnya kamu lampiasin ini ke diri kamu sendiri. Kalau kamu masih bersikeras gak mau keluar dari kamar, oke. Setelah ini semua terserah sama kamu. Kakak angkat tangan buat ngurus kamu."

Seokjin kepayahan. Beragam ultimatum ia keluarkan namun tak satupun berhasil membuat Jungkook takut - ah maksudnya menurut - atau ya terserah bagaimana kalian menilai perangai Seokjin.


Ceklekk...


Pintu kamar terbuka namun pemiliknya tetap tak mau keluar. Tak apa. Seokjin tak cukup gengsi untuk masuk ke dalam dan membujuknya sekali lagi. Daripada kekasihnya itu tak makan dan sakit lagi, lebih baik ia mengemis bukan?

"Kakak udah boleh masuk?"

Seokjin mengintip dari balik pintu yang masih tertutup setengah dan sebuah anggukan berhasil Seokjin dapatkan.

"Kamu telat makan Kook. Kakak siapkan makan dulu."

Lagi dan lagi Jungkook hanya mengangguk.

Tanpa menunggu lama, Seokjin berjalan menuju dapur dan menghangatkan sup bihun yang akan menjadi makan siang Jungkook. Ya walaupun sekarang menjadi makan sore.

Tak lupa sepotong tahu kembali ia rebus agar teksturnya melembut. Tak ada garam, msg atau bumbu apapun yang berlebihan. Semua terasa hambar sesuai anjuran dokter namun Jungkook sudah terbiasa dengan makanan-makanan seperti itu sejak dulu.

Seokjin kembali ke dalam kamar dan meletakkan nampan yang berisi tiga macam makanan.

"Kakak suapi ya!"

"Kak. Sebentar Kookie mau ngomong."

"Boleh. Tapi setelah beberapa suap."

Kali ini Jungkook tak bisa menolak sebab Seokjin benar-benar memasukkan beberapa suap ke mulutnya tanpa jeda.

"Kak udah."

"Masih enam sendok. Dikit lagi."

"Iya tapi mau ngomong dulu."

"Ya udah ngomong dulu."

"Jimin suka sama kakak."

Pernyataan itu cukup membuat Seokjin terkejut. Suka? Suka yang bagaimana? Suka sebagai seorang pria? Atau bagaimana? Ia memilih tak menjawab sebab ia tau Jungkook pasti akan meneruskan kalimatnya.

"Jimin - Jimin mau rebut kakak dari Kookie."

"Sebentar-sebentar Kook. Merebut yang bagaimana?"

"Jimin bilang kakak juga mempersilakan Jimin untuk lebih dekat."

"Ha?"

"Dan sebentar lagi kakak pasti akan suka sama Jimin."

"Tunggu-tunggu kamu mulai ngelantur. Ayo habiskan ini dulu. Nanti kita bicarakan lagi setelah kamu makan dan istirahat."

"Kak enggak! Kookie mau ini semua jelas."

"Soal apa lagi Kook?"

"Soal perasaan kakak ke Kookie."

"Kamu mau kita bagaimana?"

Pertanyaan ini, sungguh bukan jawaban yang Jungkook inginkan. Harusnya Seokjin berkata 'aku mencintaimu' bukan?

Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang