THE SISTER (2)

536 53 26
                                    


Sekuat apapun seseorang menolak kehadiran orang lain, dimana mereka telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk bersatu maka tak akan ada siapapun yang bisa mengelak. Berbeda dengan Seokjin yang selalu percaya dengan takdir, Jungkook adalah seorang hamba yang lebih percaya terhadap pilihan. Seperti halnya saat ini. Ia bisa berada di tengah kehangatan sebuah keluarga yang rasanya Jungkook telah mengenal mereka sejak lama, meski hal itu bertolak belakang dengan Seokjin, merupakan sebuah pilihan yang ia tentukan.

Namun entah mengapa pilihan tersebut tak lantas membuat Jungkook berpuas hati. Terlebih lagi ia merasa Seokjin semakin tertekan saat tinggal di kediaman keluarga Kim. Awalnya ia mengira bahwa keputusannya untuk menerima tawaran tinggal bersama bibi Kim dan anak-anaknya, akan membuat hati sang suami menjadi luluh dan bisa lebih dekat lagi dengan 'keluarganya'.

Ya, hasil laboratorium baru akan mereka terima esok pagi. Tapi entah mengapa Jungkook sudah merasakan 'positif' adalah hasil yang akan mereka terima. Ia sangat berharap keluarga Kim adalah sebenar-benarnya keluarga yang selama ini Seokjin cari keberadaannya. Setidaknya Jungkook akan merasa sedikit terbantu jika sewaktu-waktu terjadi hal buruk padanya.

"Jin. Kamu mau ikut ambil hasil lab-nya?"

"Kayaknya enggak Joon. Aku sama Kookie harus siap-siap pulang. Kamu bisa hubungi aku aja bagaimana hasilnya nanti."

Pagi ini Jungkook tak sengaja mendengar percakapan suaminya dengan Namjoon. Awalnya ia berniat menyiapkan sarapan sebab tak enak hati sejak menginap kemarin, Jungkook sama sekali tak melakukan apapun. Hanya tiduran dan bersantai.

"Jin boleh aku tanya sesuatu?"

"Hm."

Terdengar jawaban Seokjin yang masih berusaha memberi batasan terhadap Namjoon.

"Aku lihat kamu kayak gak ada antusias sama hasil tes ini. Apa kamu merasa gak yakin? Atau kamu sebenarnya gak mau kalau hasil lab nanti ternyata 'positif' ?"

Yang lebih tua memutat bola matanya jengah. Entah mengapa rasa emosi di hati Seokjin masih belum bisa ia redakan.

"Mau itu positif atau negative, aku rasa gak akan berdampak banyak buat aku. Selagi aku punya Jungkook, aku gak menuntut hal lain lagi."

"Sebesar itu rasa cintamu ke pasangan kamu itu? Buatku juga gak masalah kalau kamu mau abai. Tapi aku minta tolong satu hal. Kalau nanti hasilnya 'ya', tolong kamu buang sikap kamu yang kayak gini ke Jennie ya Jin. Karna kalau memang kamu bayi yang hilang itu, artinya kamu adalah kakak kandung Jennie. Sebesar apapun kesalahan yang pernah dia buat ke kamu, tolong maafin itu Jin!"

"Kamu pikir aku orang jahat yang gak mau terima kenyataan kalau ternyata dia adikku? Aku bisa bilang semua ini nantinya gak akan berpengaruh banyak buatku, bukan berarti aku bakal mengabaikan kalian semua. Apalagi Jennie. Setelah ku pikir lagi, aku yang salah disini. Seharusnya aku-"

"Kak Seokjin." Itu Jennie. Sama halnya dengan Jungkook, sedari tadi ia bersembunyi dibalik tembok dekat tangga karena tak sengaja mendengar percakapan dua pria dewasa yang terdengar sangat serius. Gadis tersebut berlari dan memeluk Seokjin secara spontan.

"J-Je, tolong lepas."

Seokjin berusaha melepas pelukan Jennie terhadapnya namun gadis tersebut tetap bersikeras tak mau melepaskan.

"Aku mau peluk kakak. Jennie mohon kak, maafin Jennie. Kalau perlu Jennie mau bersujud di kaki kalian agar kalian memaafkan Jennie. Kak, ini adikmu. Apa kamu gak mau mengakui itu? Lihatlah!"

Jennie mengulurkan tangannya yang tengah memegang sebuah ponsel lipat. Ia membuka sebuah pesan dari bibi Kim yang ternyata lebih dulu pergi ke rumah sakit untuk meminta hasil lab dua hari lalu. Terdapat sebuah hasil jepretan surat bertanda resmi dari salah satu rumah sakit terbaik di Seoul. Dalam surat tersebut tercatat bahwa tes DNA yang dilakukan Seokjin atas penyocokan terhadap Jennie adalah positif. Kim Seokjin adalah Kim Jung Su yang selama ini dicari keberadaannya oleh keluarga besar Kim.

Bukannya rasa bahagia yang amat besar karena telah menemukan keluarganya, melainkan rasa pening kembali Seokjin derita. Kali ini lebih sakit hingga mampu membuat lututnya lemas seakan tak bertulang. Jantungnya berdebar kencang kala kenyataan yang ditunggu sekaligus menjadi momok menakutkan bagi Seokjin terungkap sudah. Kini ia benar-benar malu dan merasa sangat bersalah terhadap Jennie. Trauma yang masih menghantui beberapa waktu ini, tak kunjung dapat ia sembuhkan sebab terlalu sakit kepedihan yang adik kandungnya tersebut berikan pada Seokjin.

Seokjin tak mampu lagi menghadapi dunia setelah ini. Ia bahkan tak yakin apakan ia mampu bertahan sekalipun ada Jungkook disisinya. Kenapa harus adik kandungnya sendiri? Kenapa tak dari awal ia berterus-terang? Kenapa setelah tiga tahun lebih baru ia memberanikan diri untuk mengatakan sebuah kebenaran? Kenapa ia terlalu pengecut? Bukan! Bukan adiknya yang salah tapi ia. Ia yang membuat Jennue merasa mendapat kesempatan untuk melakukan hal bodoh pada dirinya. Ya, Seokjin terlalu munafik dan bodoh.

"Jadi, ini karma buatku? Apa karena aku terlalu bodoh? Aku pasti udah buat Kookie kesakitan jadi Tuhan kasih balasan ini buatku."

Dua bola mata terus bergerak gelisah. Suara-suara aneh terlalu menusuk pendengaran Seokjin. Suara tawa orang-orang yang sibuk menertawai kebodohannya karena pernah menyakiti Jungkook, pun olokan dari mereka yang mengatakan bahwa ia terlalu munafik menjadi seorang manusia. Baik? Baik seperti apa? Ia bahkan selalu merasa memiliki Jungkook hanya karena ia selalu menjadi yang pertama untuk Jungkook. Ia yang selalu menganggap bahwa ia adalah malaikat untuk Jungkook. Ia juga ingat bagaimana egoisnya saat Jungkook mencoba memberikan pertolongan. Ia merasa tak butuh akan hal itu. Apa itu yang ia sebut dengan 'baik'?

Ingatan masa lalu terus berputar bagaimana ia membatasi setiap gerak Jungkook. Tak boleh sama sekali Jungkook melewati batas teritorinya. Karena jika Jungkook melawan, maka ia akan kehilangan Jungkook. Ya.... semuanya tentang Jungkook, hanya Jungkook.

Sebelum akhirnya sesuatu yang gelap seperti menyerang tubuhnya. Rasa sakit yang bertubi-tubi seakan menggerogoti jantungnya hingga ia memilih untuk menyerah. Seokjin tak sadarkan diri tak lama setelah lengannya bertumpu pada meja dapur dan membuat semua orang panik. Terlebih Jungkook yang tengah sembunyi seketika berlari saat mengetahui sang suami yang tiba-tiba saja ambruk.

















-tbc-

Haiiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiiii. Maaf ya partnya dikit 🥲. Soalnya g tau kenapa klo panjang2 tiba2 aku jadi bosen nulisnya. Ceritaku terkesan bertele2. Maaf ya 🙇‍♀️🙇‍♀️

Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang