ME, YOU + (SHE)

489 58 24
                                    








Beberapa waktu berlalu dan hubungan sepasang suami istri semakin membaik. Meski di awal sempat terjadi canggung antara keduanya, namun Seokjin berhasil membuat Jungkook kembali ceria disaat dirinya sendiri belum bisa menerima kenyataan pahit yang terjadi padanya beberapa waktu silam.

Hari ini tepat delapan bulan usia kandungan Jungkook yang berarti tinggal satu bulan lagi perkiraan si jabang bayi akan lahir. Untuk Seokjin sendiri, masa perkuliahannya telah selesai untuk semester genap ini dan akan memasuki semester ganjil dimana ia hanya akan menggarap tugas akhir berupa professional project yang berisi ujian tulis untuk mahasiswa semester akhir. Tapi ada satu hal yang membuat Jungkook selalu bertanya dalam diam. Seperti Seokjin yang jadi pemurung secara tiba-tiba dan bagaimana tentang ia yang menjadi malas mengecek pekerjaannya di minimarket atau bahkan survey lapangan terhadap toko kue milik Jungkook yang sudah selesai pengerjaannya. Ia menjadi lebih sering berada di rumah dengan alasan, "mau temenin kamu takutnya kamu butuh sesuatu."

Ya, Jungkook bisa apa? Jika disinggung perihal 'apa terjadi sesuatu(?)' Jawabnya selalu tidak terjadi apapun dan ia hanya ingin menjadi suami siaga. Namun pagi ini Jungkook kembali menemukan suatu kejanggalan. Ah, lebih tepatnya ini sudah berjalan beberapa waktu belakangan. Seperti sebuah teror, ponsel Seokjin tak berhenti berkedip setiap kali itu menyala. Lalu Jungkook berhasil mengecek siapa peneleponnya saat suaminya tengah membersihkan diri akibat cumbuannya semalam.

"Namjoon? Teman kakak?"

Jungkook hendak menekan tombol terima namun panggilan tersebut terputus lebih dulu. Setelahnya ia membuka pesan yang ternyata berisi ratusan pesan yang bertuliskan kata maaf dan kapan kita bisa bertemu. Namun terlihat tak satupun pesan tersebut Seokjin balas.

Lalu sebuah pesan kembali masuk...

'Tolong Jin, aku akan jelaskan semuanya. Kita bisa bicarakan baik-baik. Aku tau kamu gak akan tega laporin kejadian kemarin ke pihak berwajib kan? Ijinin aku buat ke rumahmu ya? Siang ini aku akan kesana. Kalau perlu aku berlutut biar kamu mau maafin aku dan adikku.'

Melaporkan? Melaporkan kejadian apa? Berlutut? Minta maaf? Demi adik? Ada apa ini?

Tanpa bermaksud lancang, Jungkook membalas pesan dari orang yang tak ia kenal. 'Kamu boleh kesini.' Jungkook tak tau apa ini akan menjadi sebuah kesalahan atau mungkin malah akan membuat sebuah masalah terselesaikan. Entah apapun itu, tapi orang yang telah mengirim pesan ini sepertinya sangat menyesal akan perbuatannya.

"Sayang. Aku lupa handuknya!"

"Iya kak, sebentar."

Hampir saja jantungnya keluar. Jungkook pikir suaminya memergoki ia bermain dengan ponselnya. Ya meskipun Seokjin tak mungkin marah jika Jungkook memakai ponselnya namun tetap saja rasanya Jungkook sungkan jika harus ikut campur dengan urusan pribadi sang suami.

Setelah mengambil handuk kering untuk sang suami, Jungkook menyiapkan meja makan untuk mereka sarapan. Hari ini Jungkook bosan berada di rumah. Ia ingin bertemu dengan Jimin, itupun kalau mendapat ijin dari Seokjin. Sebab sudah beberapa kali ia minta Seokjin agar mengantarkannya menemui Jimin, tapi Seokjin selalu menolak dengan berbagai alasan.

"Tumben kamu masak banyak gak tunggu kakak Kook? Nanti kalau capek gimana?"

"Apa sih kak? Gak akan capek kok kalau cuma masak aja."

Pagi ini Seokjin lebih banyak tersenyum. Jungkook pikir suasana hati suaminya sedang baik. Jadi ia memberanikan diri menyampaikan keinginannya saat suapan pertama selesai masuk kedalam mulut.

"Kak, Kookie boleh ketemu mini? Kookie bosen di rumah pengen main."

Ah, ternyata Jungkook salah. Senyum suaminya memudar. Matanya menunjukkan kegelisahan seperti sebelumnya saat ia secara terang-terangan menyebut nama Jimin.

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now