IS IT FINE (?)

457 59 39
                                    







Musim dingin berlalu. Sisa semilir angin yang dingin masih terasa meski kuncup-kuncup bunga mulai bermekaran. Di teras rumah yang tak seberapa luas, Jungkook tersenyum girang. Banyak warna di setiap sudut rumahnya. Suasanya terlihat lebih cerah.

"Sayang."

Sosok pria berbalut kemeja biru dengan almamater kebanggaannya hadir dari balik pintu. Menatap kagum pada pria kelinci yang tengah sibuk memeriksa bunga-bunga dalam wadahnya.

"Mau berangkat kak?"

"Iya. Kamu hari ini ada acara?"

"Mmmmm. Enggak."

"Hari ini ujian terakhirku. Gimana kalau nanti malam kita makan di luar?"

"Boleh."

Seokjin berjalan mendekat dan meraih tubuh sang istri yang terlihat semakin menggoda. Bagaimana tidak? Sweater rajut dengan lengan yang kebesaran serta perut yang semakin membuncit, tentu membuat siapapun gemas dengan perawakannya.

Ya, setelah satu setengah tahun pasca luruhnya calon bayi pertama mereka, akhirnya Seokjin dan Jungkook diberi kesempatan juga oleh Tuhan. Kesempatan kedua yang tak akan lagi mereka sia-siakan. Setidaknya untuk saat ini.

Banyak yang mulai berubah dikehidupan mereka. Seperti keuangan yang jauh lebih stabil, kesibukan yang membuat keduanya semakin mesra serta ah, ada berita baik lainnya, Jungkook berinisiatif untuk membuka usaha sebuah toko dessert untuk menyamai Seokjin.

Sejak ia hamil, Seokjin bersikeras untuk menekan segala kegiatannya yang berkaitan dengan minimarket karena sewaktu hamil muda, Jungkook kembali mengalami gejala mual dan pusing yang tak terkendali. Sehingga Jungkook menyerahkan semua urusan minimarket pada suaminya. Namun kini usia kandungannya sudah memasuki tujuh bulan. Gejala-gejala yang membuatnya lemas sudah menghilang sejak usia kandungannya berjalan empat bulan. Jungkook sudah bisa beraktivitas seperti biasa sehingga ia meminta ijin pada sang suami untuk membuka usaha lain. Usaha ini merupakan salah satu dari sekian banyak impian Jungkook.

"Kakak berangkat dulu. Hati-hati di rumah. Jangan pulang-pergi terlalu sering buat lihat pembangunan toko. Kakak yang akan nge-cek . Kalau ada perkembangan apapun itu, kakak kasih tau kamu. Ngerti?"

"Hng.."

Jungkook hanya bisa mengangguk pasrah. Tak ada alasan lain Seokjin melarang Jungkook untuk tak menyusahkan dirinya sendiri. Sebab hampir setiap hari dia sibuk pulang-pergi menaiki bus hanya karena tak sabar ingin melihat tokonya yang bisa dikatakan masih memasuki tahap 70% pembangunan. Bagaimanapun juga Seokjin khawatir. Disuruh naik taksi, menolak. Katanya biayanya terlalu mahal. Penghasilan dari minimarket harus dihemat sebisa mungkin sebab ada biaya kuliah Seokjin yang harus lebih dulu dikedepankan serta kebutuhan sehari-hari. Belum lagi pembangunan toko yang membutuhkan lebih banyak biaya lagi. Beginilah memang kalau tak punya kendaraan pribadi.

"Ah tunggu, kamu mau kita makan malam dimana?"

"Kedai kak Yoongi!"

"Kedai Yoongi?"

"Iya, mau ketemu Mini sekalian. Kangen sama Mini. Nanti aku suruh Mini kesana juga. Atau kalau enggak, nanti aku suruh Mini jemput."

"Terus kita ketemu disana?"

"Huum. Gimana?"

"Ya udah. Kalau dijemput Jimin boleh. Tapi kalau naik bus gak boleh."

"Heheh iyaa enggak."

"Kalau gitu cepat masuk. Udaranya masih lumayan dingin sayang. Nanti kamu demam. Aku berangkat dulu ya."

"Yapss... semangat ujiannya kakak. Muachh."

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now