NO, IT IS NOT FINE

568 62 28
                                    

Seokjin melahap sarapannya kali ini tanpa sisa. Bersih. Setitik noda saos pun tak terlihat. 'Enak banget yang.' , katanya. Nyatanya, steak yang Jungkook pesan lewat media online memang enak menurut Jungkook.

Beruntunglah, kali ini Jungkook merasa puas sebab suaminya makan dengan lahap. Ia semakin berpikir bahwa ya, mungkin saja memang ada yang salah dengan masakannya. Lalu mulai dengan ide konyolnya untuk memesan makanan saja jika Seokjin ingin makan di rumah. Mengenai kemeja warna biru, Jungkook tak lagi mengingatnya. Jadi biarkan saja Seokjin menyimpan cerita semalam seorang diri.

"Kak."

"Iya Kook."

"Kurasa aku ingin sesuatu."

Apa ini? Masih pagi tapi Jungkook sudah menginginkan sesuatu?

"Ingin apa sayang?"

"Mau harumanis yang di sungai Han kak."

"Jam segini? Mana ada Kook?"

Jungkook mengedikkan bahunya. Rasanya seperti ingin tapi tak ingin.

"Besok malam ya. Sekalian mampir kedai buat balikin mobil Jimin. Hari ini mau yang lain dulu?"

"Apa ya?"

Jungkook terlihat seperti tengah berpikir hal aneh apa lagi yang akan ia ucapkan.

"Mau buah kesemek deh yang di rumahnya nenek Anh."

"Nenek? Beli aja mau gak Kook? Soalnya Nyonya Anh kan~"

Seokjin mendekatkan bibir tebalnya pada telinga si manis.

"Galak-"

"Enggak kok, kata siapa. Kakak aja yang gak pernah mau kenal. Pokoknya mau itu terus nanti kakak panjat sendiri ya. Terus Kookie yang tangkap dari bawah buahnya."

Jungkook melihat jam dinding sejenak lalu kembali berujar -

"Mumpung masih jam segini, ayo kak keburu telat berangkat ke kampus kamu nanti!"

Maka tak ada alasan lagi bagi Seokjin untuk menyanggah. Ia masih mengenakan piyama tidurnya dan berjalan tanpa semangat. Mana yang katanya 'akan memberikan seluruh isi dunia untuk Jungkook dan bayi mereka.' (?) Apa itu hanya bualan?

Ini pertama kalinya - pertama kali Jungkook menginginkan sesuatu secara tiba-tiba. Kalau kata orang tua - mengindam.

Jungkook mengikuti langkah sang suami. Awalnya Jungkook kira Seokjin akan berjalan sendiri di depan dan meninggalkannya. Tapi Jungkook salah. Ternyata Seokjin berjalan lebih dulu untuk mempersiapkan sendal yang akan Jungkook pakai.

"Terimakasih."

"Sama-sama sayang."

Mereka pun berjalan perlahan dengan lengan yang saling bertautan menuju rumah yang hanya berjarak sepuluh langkah. Sebuah rumah dengan halaman depan yang luas dimana hanya dihuni oleh satu orang yang telah renta. Nyonya Anh. Seorang wanita tua yang usianya mungkin lebih dari enam puluh tahun. Terkenal angkuh dan tak suka bertetangga.

"Kamu tunggu disini dulu. Nanti kalau nyonya Anh marah-marah, jangan kamu ambil hati ya. Tapi kakak pastikan, kakak bisa ambil buah kesemek itu dengan tangan kakak sendiri."

Seokjin besar kepala. Berbicara dengan menuding ke arah pohon seakan ia adalah musuh.

"Hng."

Dengan langkah pasti, Seokjin memberanikan diri berjalan menuju pintu pagar lalu menekan bel rumah yang tersedia disana.

Merasa tak mendapat sahutan, Seokjin mencoba mendorong pintu pagar yang ternyata tak terkunci. Ia celingukan. Mulanya biasa saja. Tapi semakin ia masuk lebih dalam, suara anjing menggonggong menyapa indra pendengaran Seokjin. Seekor anjing yang tingginya hampir sama dengan tinggi pinggang Seokjin itu berlari dari dalam rumah nyonya Anh. Seokjin pun terkejut dan berlari tanpa arah hingga menemukan sebuah pohon yang tinggi. Pohon kesemek. Ia memanjat dengan sekuat tenaga sampai ke ujung sementara dibawahnya si anjing sudang menunggu dengan wajah garangnya.

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now