DIA MILIKKU (!) 3

515 71 30
                                    

Sepulangnya Jungkook dari rumah sakit, Seokjin lebih ekstra lagi dalam memberi perhatian. Sudah dua hari bahkan ia masih harus cuti bekerja.

Di hari pertama kepulangan Jungkook, kekasih tampannya itupun mulai membicarakan perihal kemundurannya disalah satu pekerjaan beratnya sebagai kuli. Tentu hal itu membuat Jungkook semakin lega. Tak apa jika setelahnya ia harus rela mengurangi jatah uang saku asalkan ia tak lagi melihat luka-luka di tubuh sang kakak.

Tak hanya itu, Jungkook pun juga meminta maaf atas pekerjaan yang ia lakukan secara diam-diam. Bukan karena ia tak menghargai Seokjin tapi karena ia yang tak tega jika harus terus menerus merepotkan Seokjin. Sekalipun status mereka saat ini adalah sebagai sepasang kekasih, namun mereka bukanlah suami istri yang mengharuskan Seokjin menanggung seluruh biaya hidup Jungkook. Tapi dengan perkataan lembut Seokjin yang meyakinkan Jungkook bahwa selamanya ia akan tetap menjadi wali Jungkook, membuat pria manis bergigi kelinci itupun mengerti. Ini soal harga diri. Juga, status Jungkook yang sudah jelas resmi menjadi milik Seokjin entah itu sebagai kekasih ataupun nanti kembali berubah menjadi kakak beradik.

"Kakak libur lagi? Ini kan udah hari ke-3. Kookie gak apa kok kalau harus ditinggal. Kookie juga udah sehat."

"Kamu yakin?"

"Seratus persen yakin. Lagipula kalau nanti kakak tunda terus kerjanya, Kookie jadi gak bisa minum susu. Susu di kulkas habis."

Jungkook pura-pura cemberut. Bibirnya dimajukan sekian senti terlihat begitu manis dan imut di mata Seokjin.

"Oh, jadi tega nih menukar kakaknya sendiri sama susu?"

"Kalau menukar kakak sih tega. Tapi kalau menukar pacar, baru gak tega."

Skakmat...

Sekali lagi, Seokjin lupa jika status hubungannya dengan adik manisnya ini sudah berubah menjadi sepasang kekasih. Sebenarnya Seokjin akan sangat bahagia jika ia dianggap sebagai pria (pasangan) oleh Jungkook. Namun perasaan ragu akan apa yang dimiliki oleh dirinya sendirilah yang membuat Seokjin sering menolak kebenaran bahwa saat ini mereka adalah sepasang kekasih.

Ding...dong...

Huh.... Untung saja suara bel berbunyi disaat yang tepat. Namun sepertinya, tamu yang datang bukanlah orang yang tepat.

"Jimin."

"Hai kak Seokjin."

"Kok gak bilang dulu kalau mau kesini."

"Hehe kejutan buat Kookie. Boleh masuk?"

"Boleh silakan."

Pria manis yang senyumnya dapat memikat siapapun orang yang melihatnya, langsung berhambur memasuki kontrakan kecil milik Seokjin dan Jungkook. Tak lupa kedua tangannya dipenuhi oleh gundukan kantong plastik juga paperbag yang berisi banyak makanan berat juga makanan ringan kesukaan Jungkook dan - Seokjin tentu saja.

Wah, sepertinya Jimin dan Seokjin sudah semakin dekat ya?

"Kookieeee!!!"

"Ah, dia lagi."

"Kook lihat! Aku bawa kentang goreng kesukaan kamu. Dan ini juga ada pizza buat kak Seokjin."

"Repot banget Jim. Terimakasih ya."

"Gak repot kok kak. Ini buat ngerayain kepulangan Kookie."

"Ya udah, kalian bincang-bincang aja dulu. Kakak buatin minum dulu ya sama bubur buat Kookie. Kook jangan makan snack terlalu banyak. Kamu belum makan siang soalnya."

"Iya kak."

Kini Seokjin meninggalkan kedua pria manis itu di ruang tengah. Sementara ia pergi ke dapur untuk membuatkan bubur dan sup bihun untuk Jungkook. Perihal makan, Jungkook masih sering memuntahkan makanan-makanan kasar sepulangnya dari rumah sakit. Lambungnya masih belum cukup kuat untuk mencerna makanan-makanan bertekstur kasar. Ia hanya bisa menelan makanan yang lembut saja. Seperti bubur, nasi tim dan sup berkuah bening.

Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang