💜

504 61 36
                                    






Sejak peristiwa nahas yang membuat hati Jungkook hancur, Seokjin melarang nya untuk bekerja dengan semua hal yang berhubungan dengan media masa. Karena setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata luruhnya calon bayi yang bahkan belum mereka ketahui kehadirannya adalah buntut dari rasa cemas Jungkook yang berlebihan. Hormon yang dimiliki seorang yang tengah mengandung, akan sangat cepat meningkat. Belum lagi sejak awal Jungkook memang sudah memiliki sifat perasa yang berlebihan.

"Jadi setelah ini Jimin bakal stay di Korea sayang?"

"Hmm, iya kak."

Dua bulan sudah sejak kepulangannya dari rumah sakit, Jungkook menjadi jauh lebih pendiam. Jadi sekarang tugas Seokjin bertambah. Komunikasinya dengan si manis tak boleh terabaikan. Saat di rumah, Seokjin akan terus mengalihkan perhatian Jungkook yang lebih sering menonton televisi. Padahal yang Seokjin lihat, tatapannya hanya kosong.

"Hari ini mau makan malam di luar?"

"Ha?"

Seperti orang linglung, Jungkook menjawab pertanyaan sang suami dengan pertanyaan pula.

"Hari ini, mau makan di luar? Kakak udah pamit sama Yoongi. Resign. Pembangunan minimarket kita udah selesai dari dua hari lalu. Makanya kakak kelihatan lebih sering di rumah kan? Dan besok kamu harus ikut lihat keadaan minimarket kita. Kookie mau kan?"

"Benarkah?"

Oh Tuhan. Ini dia. Seokjin melihat senyum tipis dengan mata yang berbinar. Akhirnya Jungkook menunjukkan sedikit perubahannya.

"Benar sayang. Semua bahan dan barang yang akan kita jual di minimarket, besok juga akan datang secara bertahap. Kira-kira kita sudah bisa grand opening tiga hari lagi."

Kalimat terakhir yang Seokjin ucapkan ternyata mampu membuat senyum si manis semakin lebar. Jungkook memeluk suaminya erat sebagai tanda bahwa ia begitu bahagia saat ini.

"Tapi aku kelupaan sama satu hal Kook."

"Apa itu?"

"Pembukaan lowongan kerja. Jadi kita belum dapat karyawan."

"Biar Kookie aja kak."

"Kamu yakin? Tapi jangan deh sayang. Kamu harus banyak istirahat. Biar nanti bukanya setelah kakak pulang kuliah aja ya."

"Enggak kak. Kookie gak apa. Udah sehat. Kookie juga bosan di rumah."

"Kalau gitu nanti aku bicarain dulu sama dokter ya. Maaf bukannya gak percaya sama kamu sayang, cuma kakak gak mau terjadi hal yang buruk lagi sama kamu."

Benar juga apa yang dikatakan sang suami. Jungkook tak boleh ceroboh lagi. Kesehatannya adalah yang utama walaupun sebenarnya tak mungkin juga Jungkook akan kembali mengandung dalam waktu dekat. Sebab rasanya ia sedikit trauma.

Satu bulan lalu setelah kepulangan Jungkook dari rumah sakit dan setelah memastikan dengan dokter yang sempat merawat Jungkook, Seokjin yakin untuk kembali mencoba. Namun sejauh yang ia lakukan hanya mendapat penolakan dari Jungkook.

Pernah suatu waktu sedari pagi hingga sore menjelang, Seokjin mengajak Jungkook untuk berkutat di dapur. Hal baru yang sangat disukai kelincinya adalah mencoba resep masakan baru dan semuanya berjalan baik-baik saja. Hal itu pun tak serta merta Seokjin lakukan atas kemauannya sendiri melainkan saran dari dokter agar hal tersebut mampu membuat suasana hati Jungkook membaik untuk menghadapi malam hari.

Setelah malam tiba, secara perlahan Seokjin meminta untuk melakukan hubungan suami istri , namun yang terjadi hanya tangisan Jungkook yang terdengar begitu ketakutan. Ya, benar. Jungkook belum siap.















Stay With You ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang