IS IT FINE (?) pt 2

434 52 38
                                    






Seolah bertahun-tahun lamanya Jungkook tak bertemu dengan sahabat centil-nya . Atasan dengan sweater yang tak pernah ia lupa sebab suaminya itu tak akan berhenti mengoceh saat melihat ia memakai pakaian tanpa outer yang membantu menghangatkan si jabang bayi.

Cantik- bukankah Jungkook dianugerahi wajah yang cantik meski ia terlahir sebagai laki-laki? Wajahnya yang manis serta lesung pipi yang membuat pahatan diwajahnya tampak semakin rupawan. Wah, Seokjin harus berkali-kali lipat mengucapkan terimakasih pada Tuhan karena telah menjadikan seorang malaikat tak bersayap ini menjadi pasangan hidupnya.

Tinnn...tinn.....

Suara deru mesin serta bising klakson memenuhi keheningan hunian Jungkook. Itu pasti Jimin, memangnya siapa lagi?

Jungkook bergegas dengan tas mini yang ia sampirkan di bahu kirinya. Menahan diri untuk tak berlari sebab Seokjin melarang keras ia berlari atau bahkan sekedar berjalan cepat. 'Ingat! Ada baby disini.' Begitu katanya.

"Aaaaaa, Kookie!!!! Gemes banget!!! Si baby udah gede di perut!"

Jimin hendak turun dari mobil sport-nya namun dengan segera dicegah oleh Jungkook.

"Mini jangan turun! Disana aja!"

"Kenapa?"

"Udah jam segini nanti telat. Kasian kak Seokjin kalau lama nunggu. Dia pasti lapar."

"Ish~ "

Sedikit kelabakan karena Jungkook membuka pintu penumpang tanpa menyamping terlebih dahulu. Lupa kalau perutnya semakin besar.

"Perlu bantuan?"

"Bisa kok."

Meski perlahan tapi Jungkook masih bisa mengatasinya.

Setelah selesai dengan sabuk pengaman, Jimin segera melajukan kendaraan kesayangannya perlahan. Masak iya harus mengebut? Kalau nanti Jungkook tiba-tiba kontraksi gara-gara dia, bisa mati sudah Jimin. Ia akan memastikan Jungkook nyaman selama perjalanan menuju kedai suami-nya. Suami? Ya -ya -ya suami. Jimin dan Yoongi sudah resmi menikah sejak dua tahun lalu.































*
*
*
"Jin, pulang nanti mau langsung pulang?"

"Enggak, aku ada acara di luar. Ada apa Joon?"

"Lupa ya?"

"Lupa?"

"Kita ada tugas kelompok akhir semester yang harus dikumpulin besok. Aku udah kerjain kok tenang aja. Tinggal finishing. Tapi aku butuh campur tangan kamu sekalian biar kamu tau materinya. Karena kira bakal ada presentasi juga."

"Astaga Joon aku lupa."

"Gak apa. Aku tau kamu sibuk sama kerjaanmu kan? Jadi gimana?"

"Bakal lama gak ya Joon?"

"Kalau kita cepet kerjain, harusnya sih bisa cepet selesai juga."

"Ya udah kalau gitu ayo."

Huh! Bagaimana bisa Seokjin bisa lupa dengan tugas kelompok dari salah satu dosen killer yang sudah sangat baik hati tak memberikan ujian tulis? Seokjin terlalu sibuk. Pikirannya terbagi untuk Jungkook, minimarket serta permbanguna toko dessert milik sang istri. Lelah? Jangan ditanya. Tapi bukannya ia sudah terlatih? Benar, namun Seokjin juga kan manusia. Tempatnya salah, lupa dan khilaf.

Segera ia mengikuti langkah Namjoon menuju perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan, Ah jika saja Seokjin bisa berkata kasar, maka segala umpatan akan ia lontarkan. Untuk siapa? Tentu saja untuk dirinya sendiri. Ia yang tak pernah bisa menolak saat Namjoon selalu membawa adik sepupunya dalam segala kegiatan dan jujur saja itu sangat mengganggu Seokjin. Jujur saja Seokjin bukannya tak ingin berkawan dengan Jennie. Namun entah mengapa ada sedikit perasaan tak nyaman saat berada di dekat gadis demgan marga yang sama dengannya tersebut.

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now