KEHIDUPAN PERNIKAHAN

562 64 46
                                    



Satu bulan berlalu. Tak ada hari yang terlewati tanpa kebahagiaan sedikit pun. Jungkook yang semakin manja, lebih mudah cemburu tapi dalam diam, juga ia yang tak lagi punya keinginan untuk bekerja. Hal itu tentu membuat suami merasa cemas. Pasalnya sejak menikah, Jungkook lebih memilih untuk duduk manis di rumah dan hanya melayaninya. Mengabaikan cita-cita yang selama ini ia impikan. Katanya, "pencapaian terbesar dalam hidup udah aku dapetin. Yaitu jadi pasangan kamu seutuhnya kak."

Lagipula Jungkook tak hanya diam. Ia masih sibuk mengurusi kegiatannya yang menjadi model iklan untuk beberapa produk tertentu yang dirasa cocok untuknya. Jungkook bukan tipe orang yang 'asal sikat'. Sekalipun demi uang dan menambah penghasilan untuk membantu keuangan keluarga, namun Jungkook tak akan memaksa moodie-nya yang memang sering berubah-ubah. Itulah mengapa ia hanya menerima produk yang dirasa menarik perhatiannya. Jadi ia tak perlu pembohongan publik sebab dirinya sendiri yang merasa nyaman dan bersedia menggunakan produk itu sendiri.

"Kook, kakak berangkat kerja dulu ya. Kamu gak apa kan ditinggal?"

"Hu'um."

Jari-jarinya masih sibuk dengan laptop yang bersarang di atas pahanya. Ia menanggapi pertanyaan sang suami namun enggan untuk melihat sebab hari ini adalah batas terakhir untuk pengerjaan projectnya.

"Sayang.."

Seokjin yang melihat Jungkook begitu serius dengan benda persegi dihadapannya pun segera berinisiatif untuk mengganggu fokus si manis. Baru saja Jungkooknya sehat tapi sudah bekerja lagi di depan komputer lipat? Itu sungguh tak bisa dibiarkan. Bisa saja nanti pening di kepalanya serta mual kembali datang sebab matanya yang hanya berfokus pada tulisan-tulisan yang dipenuhi 'blue light' tersebut.

"Kook. Jangan dipaksakan ya."

"Hari ini hari terakhir buat pengerjaan project brand lokal kak. Aku gak enak kalau telat ngerjainnya walaupun mungkin boleh aja kalau aku ijin karena sakit. Tapi Kookie gak mau dianggap gak profesional."

"Tapi kamu baru sembuh Kook."

"Iya tau. Kookie gak apa kok. Ini juga mau selesai. Kakak berangkat kerja aja ya. Oh iya mhh nanti jangan pulang malam karena aku mau ngobrolin soal serius sama kakak. Oke!"

Seokjin hanya bisa tersenyum dan mengangguk menanggapi tingkah sang istri. Ia tau bahwa Jungkook memang tipe orang yang pekerja keras sama seperti dirinya.

"Sarapannya di meja makan, jangan lupa dihabiskan. Kalau nanti kamu pusing dan mual lagi, kamu langsung telepon kakak ya."

"Hu'um."

Entah mengapa, Jungkook terlihat semakin menggemaskan sekarang. Seokjin saja sampai malas berangkat bekerja setiap kali melihat pipi bulat kelincinya. Tubuh Jungkook pun juga terlihat semakin membuntal. Entahlah tapi kelinci nakal Seokjin terlihat semakin menggoda.

















****











Tak ada angin tak ada apa, tepat keesokan harinya setelah acara bulan madu, Jungkook tiba-tiba saja mempunyai ide untuk membuat sang suami bersedia mendaftar sebagai mahasiswa. Seokjin itu punya kepandaian di atas rata-rata. Sayangnya ia harus merelakan masa depannya sendiri demi memberi kesuksesan pada sang adik. Dan setelah si adik berhasil menjadi seorang yang 'sukses', ia menginginkan Seokjin untuk mengikuti jejaknya.

Tentu saja Seokjin menolak. Usianya sudah tak muda lagi. Jika Jungkook saja sudah hampir dua puluh empat maka artinya usia Seokjin sudah hampir menginjak kepala tiga. Namun Jungkook terus meyakinkan bahwa tak ada yang namanya terlambat untuk menimba ilmu. Kesuksesan ada di tangan kita sendiri dan kitalah yang harus membuka jalan untuk kesuksesan tersebut. Jungkook rasa setidaknya Seokjin membutuhkan sebuah gelar agar bisa memimpin sebuah perusahaan. Bukan usaha yang besar karena kembali pada 'darimana ia memiliki modal banyak?' . Namun setidaknya Jungkook masih mempunyai sedikit tabungan yang bisa digunakan untuk membuka sebuah minimarket sederhana.

Stay With You ✅️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora