KUNCI

456 55 19
                                    





"Gugup?"

Seokjin meraih bahu kekasihnya yang berdiri tepat di depannya. Hari ini adalah pertama kalinya Jungkook mengikuti audisi untuk masuk agency yang diincarnya. Salah satu agency terbesar dan diminati oleh banyak aktris seni teater di Seoul. Jangan ditanya bagaimana gugupnya Jungkook saat ini. Bahkan ia merasa lututnya bergetar cukup kuat hingga tepukan lembut pada bahu berhasil ia jadikan sandaran.

"Gimana kalau Kookie gak lolos?"

"Masih ada hari esok. Kamu udah lakuin yang terbaik hari ini Kookie. Jadi tinggal serahkan semua pada Tuhan."

Dua hari sudah Seokjin cuti bekerja dan menemani sang kekasih mulai dari tahap pendaftaran, tes, hingga pengumuman sore ini. Jantungnya tak kalah berdebar seperti saat pertama kali mendengar Jungkook memasuki rumah sakit beberapa tahun silam. Namun Seokjin harus tetap tenang. Jika ia ikut menunjukkan kegelisahannya, maka Jungkook sudah pasti akan menangis saat ini (karena takutnya).

"Peserta dengan nomer 53!"

Seorang perempuan dengan kemeja garis-garis dan tablet ditangannya berteriak untuk mencari atensi peserta dengan nomer dada 53. Itu milik Jungkook. Dengan segera pemuda bermata bambi yang sedari tadi sudah tak sanggup menahan keringat dinginnya berlari menuju ruangan yang memang disediakan untuk penilaian pribadi dari para pemilik saham agency.

Jungkook melangkah ragu. Sebelum memasuki ruangan, ia sempatkan menoleh ke tempat Seokjin berada. Dan sebuah anggukan Seokjin berikan.






****

Cukup lama waktu yang Seokjin tunggu hingga kekasihnya keluar dari pintu kaca dengan sebuah gorden gelap menutupi bagian dalamnya. Ia sudah menyiapkan senyum yang begitu sempurna. Entah apapun hasil yang akan Jungkook dapatkan, senyum itu akan berguna untuk si manis.

"Sayang.."

Jungkook menggeleng. Nafasnya terdengar berat dan dapat Seokjin lihat matanya memerah.

"Tak apa. Masih ada hari esok."

Jungkook memeluk erat sang kakak yang sudah tiga tahun lamanya merangkap sebagai kekasihnya. Sungguh, bahu luas Seokjin adalah obat.  Cukup lama ia berdiam dalam dekapan pria tampan itu. Tak ada isakan sebab candunya berhasil terobati sebelum air matanya merembes keluar.

"Kookie hebat, hanya belum waktunya. Pasti dikesempatan esok kamu berhasil."

Kalimat itu terucap berulang kali disaat Jungkook benar-benar frustasi. Tapi kalimat itu pula yang berhasil menjadi mantra untuknya percaya pada diri sendiri. Kunci dalam hidup Jungkook hanyalah keyakinan dari Seokjin. Jadi saat Seokjin mengatakan esok bisa, Jungkook akan meyakini bahwa esok pasti bisa.

Lima menit sudah Jungkook memantapkan hatinya kembali dan ia kini siap menghadapi pahitnya kehidupan dunia selanjutnya. Sebelum melepaskan diri dari pelukan Seokjin, ia menyempatkan untuk menata senyum dan menatap wajah prianya yang lebih tinggi sekian senti darinya.

"Udah ngerasa baikan?"

"Hng."

"Kalau gitu kita pulang?"

"Hmmm." Jungkook hanya berdeham dengan gelengan kepala.

"Terus?"

"Mau odeng!"

"Odeng?"

"Hng!" Menganggukkan kepala mantap, Jungkook semakin merekahkan senyuman ketika dibalas cubitan gemas pada pipinya.

"Let's go!"






























____

Stay With You ✅️Where stories live. Discover now