2. Obat Patah Hati

3K 144 6
                                    

Halo halo...

Up lagi dong, kata Kinar biar pada kenalan dulu sama kesayangannya Mas Langit ini.

Selamat membaca.

.
.
.

"Loh, Kin mau kemana pagi-pagi sudah rapih?"

Kedua mata Kinar masih sedikit menyisakan sembab tetapi setidaknya raut wajahnya sudah tidak semuram hari sebelumnya. Lebih terlihat manusiawi dengan cardigan kuning gading yang melapisi tshrit pendeknya.

"Mau nagih janji," dan Kinar menunjukan jam di pergelangan tangannya, "ini sudah jam sepuluh ya Mamaku sayang jadi masuknya bukan pagi lagi. Orang-orang juga sudah pada ngantor jam segini ini. Cuma kita aja pengangguran yang jam segini masih dibilang pagi."

Satu tangkup roti tawar dengan selai kacang kesukaannya memang sudah disiapkan Ivana sebelumnya untuk Kinar diambilnya. Menaruh tas tangan disisi meja dan meraih gelas susu.

"Itu susunya biar dibuatkan yang hangat sama Mbok. Lagian Mama pikir kamu masih mogok makan makanya sengaja mau diantar ke kamar nanti." Lalu Ivana geleng kepala, "dan Mama bukannya pengangguran seperti kamu, ya. Memangnya kamu yang belum apa-apa sudah menurut saja diminta resign cita-cita jadi istri berbakti tapi ujung-ujungnya kemakan janji?"

Gerakan mengunyah Kinar mendadak terasa berat. Mau ditelan yang ada di dalam mulut juga sepertinya cukup serat. Memang omongan Ivana ini kadang-kadang bisa lebih tajam dari silet. Pintar sekali kakau sudah me-roasting anak sendiri.

"Apanya yang tiba-tiba? Aku pacarannya sudah 7 tahun ya, Mi!"

"Tapi ujung-ujungnya diselingkuhin juga kan?" Ivana menunjukan jurus andalannya. Sesuatu yang sudah pasti membuat Kinar langsung diam karena kalah. "Makanya dengar nasihat orangtua kamu, jangan buru-buru memutuskan menikah. Baru juga 7 tahun."

Baru katanya?! Wah... rasanya napsu makan Kinar sudah menguap entah kemana sekarang. "Mama ih! Bisa nggak sih bilang yang baik-baik sama anaknya?"

"Ya habisnya Mama gemas sama kamu. Dari awal juga Mama bilang tunggu dulu, lihat dulu, jangan langsung apa-apa iya-iya aja kamu. Duh... punya anak satu kok ya cuma menang cantik aja. Kalau cinta logikanya dipakai dong Kin."

Sepertinya akan semakin panjang saja pembicaraan tidak mengenakan ini. Lebih baik Kinar buru-buru kabur saja daripada harus menahan-nahan di depan Ivana yang ujung-ujungnya akan merusak mood nya sepanjang hari. Sia-sia saja nanti dirinya sudah mandi lebih pagi dan bersiap-siap seperti ini.

"Terserah Mama lah, memang paling bener aku nggak usah menikah aja selamanya." Kinar mengusap sudut matanya yang tiba-tiba saja berair.

Sisa roti selai ditangan Kinar kemudian dilemparkan keatas piring dan Kinar bahkan pergi tanpa mengabiskan susu miliknya. Tas tangan ditarik begitu saja dan dirinya melenggang pergi dibandingkan duduk disana lebih lama. Kenyang tidak, pengang telinga iya.

Aktivitasnya semenjak lima bulan terakhir adalah sibuk mempersiapkan acara pernikahan sampai-sampai lupa untuk merawat si lulu mobil kesayangannya. Dulu Kinar ingat selama satu minggu penuh terus memamerkan mobil honda jaz berwarna hitam tersebut kepada Ivana dan para sepupunya karena berhasil membelinya dari uang miliknya pribadi.

Entah kemana perginya semua kebanggaan itu karena setelah diingat lagi memang dirinya yang bodoh sampai mau-mau saja diminta resign oleh Rega dengan mudahnya. Sekarang, hanya mengingat hal tersebut saja sudah membuat bibirnya merapal doa tolak bala puluhan kali.

Untung saja si Lulu kesayangannya tidak menunjukan masalah serius meski selama lima bulan terakhir tidak mendapatkan service rutin. Ini juga bukan pertama kalinya Kinar menyambangi kantor milik Langit yang ada di sekitaran sektor pusat BSD sehingga mulus saja dirinya diizinkan memasuki parkiran khusus direksi.

Istri Untuk Mas Langit [END]Where stories live. Discover now