63. Bermimpi Terlalu Tinggi

2.5K 92 13
                                    

"Langit, selama bertahun-tahun aku menyimpan ini semua. Jadi... boleh aku egois sekali saja."

Beeep... beeep...

Beeep... beeep...

Hanya deru monitor vital Langit yang terdengae menyahuti kalimat lirih Atiana. Perlahan, diraihnya tangan Langit dalam genggaman dan Atiana mengelusinya di pipi dengan harapan laki-laki dihadapannya ini lekas bangun dan mendengarkannya.

 Perlahan, diraihnya tangan Langit dalam genggaman dan Atiana mengelusinya di pipi dengan harapan laki-laki dihadapannya ini lekas bangun dan mendengarkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gerakan samar dari jemari yang ada dalam genggaman hangatnya membuat Atiana meluruhkan air mata. Ditatapinya bola mata Langit yang bergerak-gerak di dalam kelopak matanya yang tertutup.

Beeep... beep-niit...

Gerakan kelopak mata Langit yang mengerjap lemah membuat Atiana menatapinya dengan tidak sabar. Perlahan, netra Langit dibaliknya terlihat menyorotinya lemah.

"Kihhnar..."

Gumaman lemah yang langsung memupuskan harapan Atiana satu-satunya. Bahkan dalam keadaan terendahnya sekalipun, Langit tetap hanya mencari Kinar. Atiana merasa sudah benar-benar gila ketika memutuskan membuang harga diri terakhirnya dan bergerak menangkup wajah Langit.

Bola mata Langit berotasi lambat, "kinn... haar..."

"Langit, ini aku Tia. Atiana." Bisiknya lembut. Tangannya terus mengusap-usap kedua pipi Langit yang masih terlihat separuh sadar dan linglung. "Lupakan Kinar, ya? Lupakan Kinar dan menikah sama aku?"

Gumaman-gumaman lemah Langit membuat uap tebal bergumul pada permukaan masker oksigennya. Pandangannya terlihat bingung semebtara sesekali bola matanya bergulir atau mengejang juling ke atas.

"Kinnn... haar..."

Sedikit gugup, Atiana menangkup wajah Langit lebih lekat dan sendirinya juga mendekatkan wajah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sedikit gugup, Atiana menangkup wajah Langit lebih lekat dan sendirinya juga mendekatkan wajah. "Langit, please... sekali ini aja tolong bantu aku. Cuma kamu yang bisa menolong aku. Tolong... selamatkan Ibu."

Langit yang tidak dalam keadaan stabil terus menggumamkan nama Kinar. Tekanan dari Atiana yang dianggapnya sebagai sesuatu ancaman langsung direspon dengan bergerak kaku dan kepalanya melesak menekan bantal dibawahnya.

"Heukkhhh...."

"Langit, dengar. Dibandingkan Kinar aku lebih mengerti kamu. Kita sudah mengenal lama dan aku janji akan menjadi istri yang baik. Aku... lebih bisa menjaga kamu dibandingkan anak manja itu!"

Nada suara sedikit tinggi yang Atiana gunakan semakin memicu kegelisahan dalam diri Langit. Bola matanya bergerak-gerak acak dan perlahan mulai mengejang keatas. "Heukkk.... ahhk..."

"Please..."

Dua tangan Langit disatukan dan Atiana benar-benar menekannya sekarang. Dua kaki Langit menjejak kaku dan disusul dengan bibirnya yang membuka lebar seolah berusaha menarik napas kuat-kuat. Dadanya juga mulai mengembang tinggi.

"Kheeeukkkh!!"

"Kheeeukkkh!!"

"Langit?" Karena terlalu shock, Atiana sempat terpaku sebelum dengan cepat menekan tombol emergency. "Langit, sadar!"

Langit menggerakan kepalanya dengan gelisah, kemudian mulai mengerang hingga dengkur sumbang terdengar dari dalam tenggorokannya. Bola matanya bergerak tidak fokus sebelum iris hitamnya tenggelam digantikan bola mata berwarna putihnya saja.

"Langit! Bertahan..." racau Atiana yang histeris atas serangan tiba-tiba tersebut. Tangannya sibuk menekan bahu Langit yang mengembang kaku. "Jangan begini, please... "

"Kheeuhhkk....!" Erangannya berubah ditambah suara gigi saling bergemelatuk.

Tangan kirinya yang sebelumnya terkulai mulai mengepal. Gerakannya menguat dan kejang otot akibat serangan stroke sebelumnya kembali terlihat ketika tubuh Langit meliuk ke kiri dan posisi lengan menekuk kedepan dada.

"Heung!—aaahhhkkk!!"

"Kheukkhhh...."

Tubuh Langit mulai mengejang hebat dan meliuk ke kiri. Bibirnya bergemelatuk membuka dan karena gerakannya sampai membuat masker oksigennya melorot ke dagu. Dadanya menegang dan menyenggal sementara kepalanya melesak dan lehernya kaku keatas.

"Suster! Dokter!" Teriakan Atiana karena tim medis tidak juga muncul. "Tolong cepat! Tolong!" Karena dalam situasi kacau seperti ini rasanya kemampuannya sebagai dokter turut menguap.

Derap langkah cepat para petugas medis terdengar dan tidak lama pintu ruangan menjerembab terbuka. Kesiap semua orang segera teredam oleh sikap tegas hingga meminta Atiana menyingkir dan menberi ruang untuk memeriksa.

Beeep... beeep—tit—tit—tiiiiiiiiiiiiiiiiiit———

Tiiiiiiiiiiiiiiiiittt———

Tubuh Langit yang mengalami kejang hebat mulai mengentak-entak. Busa putih dengan campuran lendir mulai keluar diantara senggalan kepalanya melalui sudut bibir. Takut hal tersebut sampai membuat tersedak dan menutupi jalur napas, seorang perawat cukup sigap menarik lepas masker oksigen Langit hingga kini menggantung di leher.

Atiana menggigil ketakutan sekaligus shock saat melihat tim medis mulai menekan dada Langit dan ambu bag di pompa untuk membuka jalur napasnya.

"Tekan lebih kuat!"

Pssssshhhtttt....shhhhhh...

Pssssshhhttt.....shhhhhh...

Psssshhhtttt.....shhhhhh...

Ambu bag dipompa lebih kuat dan setiap tarikannya dada Langit akan mengembang tinggi. Kali ini kejangnya benar-benar buruk dan tim dokter sampai mengubah posisi berbaring Langit beberapa kali.

"Tekanan darahnya menggi, dokter!"

Dokter yang menangani menggeleng kaku, "konvulsi otaknya memburuk. Jangan gunakan Electropad, itu bisa memicu kerusakan yang lebih buruk." Lalu kembali berteriak sewaktu busa dari mulut Langit menghalangi jalur napas, "Suction!"

Kejang yang terjadi masih belum mereda hingga tubuh Langit masih terus mengentak-entak. Khawatir lidahnya sampai tergigit akhirnya posisi berbaringnya dibuat menyamping. Injeksi dua ambul obat anti konvulsi diberikan setelah tekanan darahnya sedikit turun dan butuh beberapa waktu sampai kejangnya benar-benar mereda.

Tubuh Langit terkulai lemas sementara perawat masih terus melakukan prosedur suction.

■■□■■

CERITA INI SUDAH PERNAH DITAMATKAN DAN PART LENGKAP BISA DIBACA DI KARYAKARSA

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Istri Untuk Mas Langit [END]Where stories live. Discover now