16.Janji Nggak Nakal

1.8K 111 15
                                    

Halo halo halo

Mau cerita sedikit hehe.

Setelah menulis banyak cerita yang menurutku biasa saja, rasanya tuh masih amazing loh setiap tahu ada yang nungguin Langit-Kinar ini update...
Dukungan sama komentar positif dari kalian yang buat aku semangat selalu double up <3

[Siapa tahu kan besok besok tripel up :)]

Kayak, 'beneran nih pada suka?'

Tapi yaa... aku harap kalian nggak bosan dengan ide alur yang sick male sick male mulu hehe...

Butuh semangat dari kalian nih buat nggak oleng dan Kin tetep stay waras hehe.

Pokoknya terima kasih dan selamat membaca.

.
.
.

Pagi ini setelah dua hari harus bertahan di ruang isolasi, akhirnya Langit bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Awalnya Langit akan akan dipindahkan lebih cepat tetapi karena paru-parunya yang mengalami peradangan kembali collapse bahkan hingga beresiko mengakibatkan gagal napas.

"Engghh..."

Kinar yang duduk di kursi sisi brankar langsung bereaksi dengan menaruh atensi penuh pada Langit. "Mas...?"

Kelopak Langit akhirnya terbuka. Iris hitamnya menyorot lemah. "Hnggh... hh—kinnn?"

"Iya, ini Kinar." Senyum tipis Kinar terulas lalu tangannya meraih tangan Langit untuk digenggam. "Sebentar, aku panggil dokternya dulu,"

Meski belum sepenuhnya memiliki kesadaran, nyatanya Langit sudah cukup responsif ketika dokter datang dan melakukan pemeriksaan. Napasnya masih terhela pendek-pendek dan belum mampu juga untuk lepas sepenuhnya dari alat bantu pernapasannya.

"Bagaimana Dokter?" Kinar benar-benar berharap kondisi Langit segera membaik.

"Cukup bagus. Respon peradangannya sudah menurun tetapi masih harus terus dipantau karena mungkin saja bakterinya masih beberapa tersisa. Hari ini saya juga akan mengambil sampel dahak pasien untuk dites di lab."

Setiap harinya, total Langit akan mendapatkan lima injeksi obat dan satu kali pengambilan sampel dahak. Itu sudah jauh berkurang karena ketika menempati ruang isolasi, pengambilan sampel dahak yang terlihat sangat menyiksa itu dilakukan setiap pagi dan sore.

Dua perawat mendekat dan Kinar tahu untuk sedikit memberi ruang. Masker oksigen diturunkan dan dibiarkan menggantung di dagu sementara dagu dan kepala Langit diposisikan terangkat agar membuka jalur napasanya.

Untuk bagian satu ini, Kinar masih saja merasakan kengerian. Bagaimana selang dengan pipet kecil diujungnya kemudian dimasukan kedalan mulut Langit yang diposisikan terbuka untuk mengambil sampel dahak.

"Ngh—uhukkk.... uhhukk... uhhkk..."

Desing pupet tersebut dibarengi dengan suara batuk menyakitkan dari Langit. Kedua matanya melebar dan dadanya tersentak beberapa kali. Bahkan setelahnya, Langit masih harus merasakan mual hebat meski yang berhasil dimuntahkannya hanya berupa lendir bening.

Perawat dengan cekatan membersihkan sekitaran mulut dan dagu lalu kembali memasang masker oksigennya. Napas Langit menderu kencang.

 Napas Langit menderu kencang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Istri Untuk Mas Langit [END]Where stories live. Discover now