17. Sebuah Janji

1.5K 97 23
                                    

"Nah, kan ganteng

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nah, kan ganteng."

Senyuman Kinar melebar. Diusapnya lembut kening Langit yang sudah bersih dari keringat. Bagian anakan rambut yang sebelumnya lepek juga sudah ditatanya hingga mirip penampilan Langit seperti biasanya yang selalu rapih.

"Oh, Mas Langit jarinya begerak." Gumam Kinar lalu saat diperhatikan bulu matanya juga bergerak karena kelopaknya yang mengerjap pelan. "Pelan-pelan bangunnya Mas..."

Saat akhirnya netra hitam Langit kembali menyorot Kinar dengan lemah, bibirnya bergerak. "Ternyata masih mimpi..."

Satu alis Kinar terangkat, "jadi Mas Langit suka mimpiin aku diam-diam? Wah..."

Garis bibir Langit dibalik masker oksigennya melengkung meski samar. Uap tebal bergumul. "Aslinya... pasti lebih cerewet."

"Enak aja!" Kinar langsung menunjukan raut wajah merengutnya. "Mana ada aku cerewet!"

Langit mengekeh pelan. Terlihat lebih lega dalam manarik dan menghembuskan napasnya. Kinar juga menjadi turut melega menyaksikannya. Iseng saja, tangannya mengelus pipi Langit dengan pelan. Membiarkan saat tatapan mata Langit mengikuti gerakannya.

"Mas Langit ganteng kalau senyum," gumamnya begitu saja.

Perlahan, kerutan muncul di kening Langit. Matanya yang cekung sedikit menyipit sampai akhirnya menyadari bahwa Kinar yang ada dihadapannya ini adalah nyata. Jemarinya berkedut pelan, membuat gerakan meremas lalu membuka.

"Kinar?"

Dan Kinar mengangguk masih dengan senyum bodoh di wajahnya. "Iya, ini beneran Kinar Mas. Bukan mimpi. Asli. Real."

Kepala Langit bergerak-gerak mencari keberadaan Lingga yang tidak juga ditemukannya dimanapun. Uap tebal dari napas Langit yang meningkat membuat Kinar menghentikannya dengan menahan wajah kebingungan Langit.

"Jangan gerak-gerak begitu, belum boleh banyak bergerak sama dokternya."

Alis Langit yang berkerut diusap lembut dengan menggunakan ibu jari oleh Kinar. Butuh beberapa saat sampai akhirnya Langit benar-benar yakin bahwa Kinar yang ada dihadapannya ini adalah nyata.

"Kenapa... kamu disini?" Meski terhalang lingkupan masker oksigen, suara Langit kali ini cukup terdengar oleh Kinar.

"Buat kejar calon suami aku. Habisnya diajak menikah malah kabur ke Jerman." Seloroh Kinar. Menikmati raut kebingungan yang saat ini Langit tunjukan.

Langit meneguk ludah karena selain kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing, tenggorokannya juga kering. Sedangkan Kinar justru tersenyum-senyum memperhatikan raut wajah Langit tersebut.

"L—lingga mana?" Matanya mencari-cari keberadaan sang asisten yang belum juga terlihat.

"Nggak ada. Lagi cariin aku makan." Kinar menjawab santai. "Jangan mengalihkan terus kenapa sih. Mas, sini lihat aku."

Istri Untuk Mas Langit [END]Where stories live. Discover now