8. Kinar is Calling

1.3K 87 3
                                    

"Loh, loh... tumben anak gadis jam segini sudah siap rapih wangi?"

Kinar yang menuruni tangga dengan menenteng flat shoes juga tas tangannya menggoyangkan rambut pamer. "Iya dong, memangnya cuma ibu ibu aja yang pagi-pagi harus banyak aktivitas? Aku juga dong, perbanyak jaringan dan relasi."

Mendengar jawaban diplomatis tersebut Ivana yang datang dengan segelas susu putih mencibir pelan. "Jaringan dan relasi apanya? Kerja baru satu tahun resign itu memangnya siapa yang mau kamu jadikan relasi?"

"Papa sama Mas Langit, lah! Punya keluarga sukses kok disia-sia."

Benar saja, Ivana sudah menduga kalau mental bersantai Kinar ini memang tidak cocok mengatakan jaringan koneksi atau relasi. Baru dipancing sedikit saja sudah keluar nepotismenya.

"Itu namanya KKN, neng... KKN!"

Kinar santai saja menyendok nasi goreng sebagai menu sarapannya. Terlalu lama menggalau meski sama sekali tidak dirinya niati untuk terus meratapi hubungannya yang sialan itu. Bobot tubuhnya memang sedikit menyusut meski pipinya tidak juga terlihat tetap bulat.

"Ma, menurut Mama aku kurusan nggak sih?" Kinar menaik-naikan dadanya yang dirasa cukup longgar. "Cup bra nya juga jadi agak longgaran sekarang."

"Kurus juga pipinya tetap bulat begitu mana kelihatan?" Ivana mudah saja berkomentar. Tidak peduli bahwa komentar jujurnya itu bisa saja merusak mood Kinar yang susah payah dibangunnya sejak pagi.

"Mama ini apa nggak takut aku laporin karena kasus body shiming?"

"Body shiming apa? Itu namanya komentar jujur. Lagipula aneh-aneh saja, orang komentar jujur kok mau diperkarakan. Yang ada itu anak muda seperti kamu jangan senangnya main sosial media pakai filter-filter. Penipuan itu namanya."

Bisa saja Kinar melongo atas tuduhan tidak mendasar yang Ivana sebutkan itu, tapi sayang nasi goreng yang ada dalam mulutnya nanti menjadi sia-sia. "Aku sudah 25 Ma. Sudah lewat masa-masa flexing atau pakai filter sosial media!"

"Ya bagus itu, sadar. Sudah 25 itu mulai atur aktivitas yang bermanfaat, jangan setiap hari di kamar terus. Malam-malam cekikikan menonton serial drama. Live must go on, Kin. Jangan sampai mantan tunangan kamu sudah gendong-gendong anak malah kamunya tambah kucel dekil begini gara-gara nggak pernah perawatan. Muka itu jangan di filter, tapi dirawat!"

Astaga... rasanya napsu makan Kinar sudah benar-benar menghilang sekarang. Kalau tidak diteriaki karena tidak sopan juga rasanya ingin saja Kinar melepeh nasi goreng dalam mulutnya. Ini mamanya pagi-pagi sarapan apa memangnya? Omongannga pedas sekali.

"Ma, namanya juga berbuatnya duluan ya jelas lah punya ananya duluan. Deposit nya nggak dihitung sembilan bulan sehabis menikah!"

"Deposit, deposit memangnya kamu pikir simpaman rumah?" Ivana menggeser gelas susu. "Mana sudah terlanjur jadi teman arisan, kan Mama jadi dapat undangannya. Mau nggak datang takut dikira belum move on, tapi kalau datang Mama takut malah nggak tahan jambak pengantin laki-lakinya!"

"S—serius?" Kinar benar-benar membelalak sekarang. "Mama diundang?"

Dan anggukan dari Ivana semakin membuat perut Kinar menjadi mual. Rasanya tidak ada manusia yang lebih tidak tahu diri dibandingkan dengan Rega saat ini. "Iya, akad nya di hotel minggu depan. Ck! Lagian sudah tahu itu calon menantu colongan, masih saja mau dipamer-pamerkan."

Kalau tebakan Kinar benar, itu pasti karena deposit untuk catering dan WO sudah terlanjur dibayarkan. Tapi... seriously? Rega mau menikahi selingkuhannya itu dengan tema dan konsep pernikahan mereka?

Dua tangan Kinar terkepal dan emosinya kembali membumbung. Keterlaluan!

"Minta Alex siapin gaun juga buat aku!" Geram Kinar dengan bersungut. "Yang paling cantik dan harus warna putih."

Istri Untuk Mas Langit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang