Saling Mengungkapkan

71 12 0
                                    


••••••••••

Matahari perlahan memunculkan cahaya, membuat sepasang netra berwarna coklat muda itu terbangun dari tidur lelapnya. Hari ini, dia sangat bersemangat untuk pergi sekolah. Ntah karena dia sudah memecahkan hal yang dia pikirkan atau tentang hal lain.

"Dua hari lagi gue selesai ujian, kayanya dua hari lagi papa dan mama ngasi tau gue deh kejadian selanjutnya." gumam Kiara seraya melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Gemiricik air yang turun menyegarkan tubuhnya, senandung indah juga terdengar dari bibirnya, menikmati setiap tetes air yang mengguyur nya.

"Lo napa senyam senyum, stres?" tanya Briyan yang melihat Adeknya turun dengan wajah sumringah.

"Gak, mood gue lagi bagus aja." sahut Kia, dia menarik kursi dan mendudukinya.

"Kirain, tadinya mau gue telpon pihak RSJ." ujar Briyan santai.

"Sialan lo bang!" ketus Kia, dia ga abis pikir kenapa abangnya itu super duper ngeselin?

"Aihh masih pagi kok udah pada ribut sih." ujar Cyra menengahi mereka berdua, lalu mengambil nasi untuk suami dan anak anaknya.

"Tau tuh, merusak hari aja." ucap Kia menatap sinis ke arah Briyan.

"Mama, bawain Kia bekal yaa." Pinta gadis itu.

"Lho tumben sayang."

"Yauda mama siapin yaa." ucap sang mama.

Setelah selesai makan, dia mengambil kotak bekal yang sudah mamanya siapkan dan menyimpan nya kedalam tas.

"Kia, berangkat yaa! Assalamualaikum!!" salam Kia setelah menyiumi punggung tangan orang tuanya.

"Walaikumsalam" jawab Mereka serempak.

Gadis itu melajukan motornya nya dengan kecepatan normal, tidak seperti biasanya yang diatas rata-rata.

Setibanya di sekolah, dia berpapasan dengan Langit. Jujur, dia belum siap. Saat Kiara ingin melangkah kan kakinya berpura-pura tidak melihat lelaki itu, tapi..

"Lo ga liat atau pura-pura galiat gue, Kia?" Suara serak khas Langit membuatnya menoleh kearah lelaki itu dengan perasaan gugup, tidak seperti biasanya!

"G-gue liat kok." jawab Kia yang langsung membuang wajahnya ke arah lain.

"Terus, lo mau ngehindarin gue? karena lo udah tau siapa gue?" tanya Langit yang membuat gadis itu makin gugup, jantungnya berdetak kencang. Apalagi ini, pikirnya..

Dia memberanikan diri mendongakkan kepalanya, tatapan mereka bertemu kembali.

"Gue udah tau siapa lo" lirih gadis itu sambil tetep dengan wajah yang enggan menatap Langit.

"Benarkah?" Shitt! Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Kiara. Membuat nya benar-benar tidak bisa mengontrol jantungnya nya saat ini.

"Lepasin" Kia langsung berlari menuju kelas sebelum jantungnya benar benar gak berfungsi saking cepatnya berdetak, fiuhhh..

Sedangkan lelaki itu hanya tersenyum menatap kepergian gadis kecilnya.

"Dasar perempuan munafik! Dia bilang gaakan rebut Langit dari gue." umpat Cilla yang ternyata sudah kembali bersekolah.

"Lo percaya omongan dia?" tanya Jenny yang memang selalu jadi provokator.

"Brengsek!!! Liat aja nanti." Amarah nya semakin menjadi jadi, benar adanya jika Cilla terobsesi dengan pesona Langit.

"Ayo, ngapain disini?" tanya Cecil. Mereka juga kembali ke kelas.

Tringgggggggg...

"Selamat pagi anak-anak! Siapkan pulpennya yaa." ujar seorang guru yang memasuki kelas.

𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈𝐓 [ Revisi! ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang