Balapan

78 13 3
                                    

"Apapun hasilnya nanti, jangan lupa ucapkan terimakasih untuk diri sendiri. Karena sudah berjuang sejauh ini."

--

"Dari mana lo?" tanya Chandra yang melihat Langit baru sampai, padahal beberapa menit lagi akan ada balapan.

"Ngedate" jawab Langit seraya melangkahkan kakinya menuju atas untuk bersih bersih. Setelah melepas semua setelan yang dia pakai, dia berjalan menuju kamar mandi. Mengguyur tubuh nya dengan air hangat, setelah mengingat kejadian tadi, membuat rasa lelahnya merangsur-angsur hilang.

Setelah selesai ritual mandinya, dia berjalan mendekati ranjang king size nya, dan hanya menggunakan handuk sebagai penutup bagian bawah lelaki itu. "Gue sering ngerasa sakit di dada gue sekarang, apa gue coba periksa lagi aja yaa?" tanya Langit pada diri nya sendiri, mengingat bahwa terakhir dia periksa waktu dia smp, dan saat itu tidak diberi tahu, dia sakit apa.

"Semoga gak serius." lirihnya, setelah berdiam diri di atas kasur dia beranjak menuju walk in closetnya untuk bersiap siap.

"Ngit, serius lo ngedate?" tanya Vano yang masih tidak percaya. Langit masih belum membuka suaranya.

"Udah jadian?" tanya Keno yang makin membuat mereka penasaran, tapi dibalas dengan raut wajah Langit yang tampak kecewa.

"Gak, dia nolak gue." ujar lelaki itu, sontak membuat mereka bertanya tanya di pikiran mereka.

"Anjir seorang Langit di tolak. Padahal banyak cewek yang mau sama dia, terutama geng cabe." ujar Keno.

Sebuah bantal tiba-tiba melayang dan mengenai kepalanya, itu adalah dari Chandra. "Jelas beda bodoh, kalo geng cabe kan emang udah gatau malu." jawab Chandra.

"Iya tapi hak dia juga mau nerima apa gak, kita gabisa maksa." timpal Kenzo yang baru turun dari kamarnya.

"Nah, betul tuh." sahut Vano.

"Dia nolak karena dia dijodohin, tapi dia gatau kalo dijodohin nya sama gue." Ujar Langit yang baru membuka suaranya lagi. Lagi dan lagi membuat mereka semua tercengang dengan fakta tersebut.

"Kenapa lo baru bilang ege." protes Keno.

"Gue belum yakin dia calon tunangan gue." jawab Langit seadanya.

"Kapan lo tunangan?" Itu adalah pertanyaan yang keluar dari sekian banyaknya pertanyaan di otak Chandra.

"Selesai ujian."

"Lo harus ngundang kita di engagement day lo." ujar Keno yang diberi anggukan oleh mereka

"Hm"

"Udah cepet." Chandra langsung keluar dengan disusul yang lain menuju arena balapan. Mereka menaiki motor sport mereka masih-masing, membelah jalanan gelap yang masih banyak kendaraan berlalu lalang. Setibanya di tempat balapan, mereka berkumpul untuk menyusun sesuatu jika ada yang melakukan kecurangan.

"Lo siap, Ngit?" tanya Chandra memastikan.

"Iya" jawab lelaki itu. Sebenarnya Langit sedang menyembunyikan sakitnya sekarang, dia tidak ingin mengecewakan sahabatnya yang sudah berjuang sejauh ini.

"Ada apa?" tanya Kenzo yang melihat Langit terdiam beberapa saat,

"Gapapa, lo pada tenang aja." ujar Langit menyakinkan sahabat-sahabatnya itu.

Tidak lama orang yang akan menjadi lawan Langit pun datang, dengan gengnya.

"Lo siap kalah malam ini?" ucap Sean yang tidak terima dengan kekalahannya malam itu.

"Berisik"

"Semoga lo menang deh." ujar Kevin-tangan kanan Sean. Lelaki yang berbeda 2 tahun dari Sean itu muncul dari mobil hitam miliknya.

𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈𝐓 [ Revisi! ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن