Menentukan waktu

73 13 5
                                    


••••••••••

Tidak terasa satu Minggu berlalu, ujian pun sudah terlaksana. Hanya menunggu waktu untuk melihat hasil kerja keras selama ujian.
Jika semua orang menunggu moment itu, tidak dengan Kiara. Gadis itu seperti takut akan perjodohan nya yang akan datang esok hari, mau memaksakan keadaan juga dia tidak mampu melawan takdir nya.

"Gimana ini, gue gamau dijodohin." ujar Kia sambil menahan tangis nya,

"Kalo gue dijodohin sama aki-aki kan gak lucu anjing." Tangis gadis itu akhirnya pecah, dengan memeluk kedua lutut nya di atas kasur, memikirkan hal buruk jika memang yang dijodohkan dengannya adalah sosok pedofil.

Cyra yang mengetahui anaknya menangis bergegas masuk ke kamarnya, memeluk dan mengusap pelan punggung Kiara untuk menenangkan putrinya itu. Sebenarnya Cyra sudah tahu bahwa yang akan dijodohkan dengan Kiara adalah lelaki yang gadis itu kenal, tapi dia dan Bagas sepakat untuk memberitahu saat hari itu tiba.

"Kamu kenapa sayang? Sini cerita sama Mama." ucap lembut perempuan yang sudah berkepala empat itu, tapi parasnya masih sangat cantik.

"G-gamau.." lirih gadis itu dipelukan sang Mama. Dada nya naik turun untuk mengambil nafas yang mulai tersumbat, baju tidur nya basah karena air mata, bahkan baju Cyra juga basah karena nya.

"Kenapa gak mau? Kamu belum tahu lho siapa orangnya." ujar Cyra menangkup wajah putrinya di tangan,

"Gak seperti yang kamu pikirkan sayang." imbuhnya.

"N-nanti k-kalo dia tua bangka g-gimana, Ma.." Tangisnya kembali kencang saat membayangkan jika dia akan di jodohkan dengan pria tua bangka yang sudah beristri.

"Mama mana mungkin ngebiarin kamu sama orang kayak gitu, Kiara. Dengar Mama, siapapun lelaki itu, berjanjilah untuk menjaga hubungan kalian sampai pernikahan. Mama tahu, ini terlalu cepat untuk kamu. Tapi cuma dia lelaki yang bisa Mama dan Papa percaya buat jaga kamu saat Mama dan Papa pergi nanti." jelas
panjang Cyra yang secara tidak langsung memberi nasihat untuk putrinya.

Tangis gadis itu kini sudah berhenti, hanya tersisa air mata nya saja. Cyra membawa tangan nya untuk menghapus butiran bening itu,

"Sekarang kamu tidur yaa?" ucap Cyra pada Kiara, gadis itu langsung merebahkan tubuh nya di atas kasur. Cyra kemudian menyelimuti nya dengan lembut, lalu mencium kening putri nya itu.

"Good night, sayang." ucap Cyra dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu dia mematikan lampu kamar itu, membiarkan putri kecilnya terbang ke alam mimpi yang indah.
Setelah nya, dia kembali ke bawah untuk ke kamar nya dan juga beristirahat.

"Ada apa, Mah?" Tanya Bagas saat istrinya itu baru memasuki kamar.

"Kiara, dia takut kalau di jodohin sama aki-aki katanya." jawab Cyra sambil berjalan kearah ranjang nya. Bagas terkekeh mendengar itu.

"Dia selalu takut sebelum lihat, aneh memang." sahut Bagas, dia langsung menyimpan majalah yang dia baca dan bersiap tidur.

_

Mentari telah memunculkan cahayanya, cahaya hangat menembus melalu celah-celah jendela. Membuat sepasang netra berwarna coklat itu terbangun dari tidur lelapnya. Kiara berdiam sejenak, lalu turun dari ranjang dan menuju ke arah balkon kamar nya, membuka satu persatu tirai, dan menghirup udara segar dan ditemani oleh suara kicauan burung burung di pagi itu. Setelah selesai, dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Sengaja dia memilih air yang dingin, agar menyejukkan tubuhnya, suara gemericik air terjun bebas ke tubuh gadis itu, di tambah aroma terapi yang sangat membuat nyaman. Kemudian, dia berjalan menuju walk in closet, memilih dress putih untuk dikenakan hari ini, tidak lupa dia memasang pita pada belakang rambut indahnya, dan sedikit polesan make-up agar terlihat fresh. Benar-benar membuat siapapun terpana melihat kecantikan natural yang dimiliki oleh gadis itu.
Setelah selesai, Kiara beranjak turun kebawah untuk sarapan bersama, disana sudah ada Papa dan Mama juga Briyan yang terduduk rapih menanti kedatangannya. Raut bahagia terpancar dari wajah mereka bertiga.

𝐋𝐀𝐍𝐆𝐈𝐓 [ Revisi! ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt