Naluri

90 7 2
                                    


⚠️Budayakan vote sebelum membaca dan komen setelah membaca⚠️


Yeji menikmati segarnya udara pagi di taman dekat apartemen sambil menunggu Beomgyu yang sedang jogging. Udara pagi ini terasa lebih menyegarkan karena sudah masuk musim semi. Bunga-bunga juga sudah mulai bermunculan sehingga taman ini sekarang penuh dengan warna-warni bunga yang indah. Yeji tidak menyangka, melakukan aktivitas di luar seperti ini ternyata menyenangkan sekali. Biasanya Yeji jogging saat di rumah mama Seulgi dulu karena di dekat sana ada taman yang besar sekali. Walau taman disini tidak sebesar di dekat rumahnya dulu, tapi taman ini cukup ramai. 

Bruk!

Yeji terkejut saat mendengar suara terjatuh dan dia langsung menoleh ke belakangnya. Seorang balita berusia sekitar 3 tahun terjatuh namun anak itu menahan tangisannya, mungkin karena malu. Yeji langsung beranjak dari duduknya dan mendekati balita laki-laki itu. 

"Aigo kau anak yang kuat, ayo sini berdiri,"Yeji tau jika Yeji panik, anak itu mungkin akan menangis. Yeji berusaha untuk menahan dirinya agar anak itu tetap tenang. Seorang ibu berlari mendekati mereka dan Yeji hanya memberikan isyarat bahwa ibu itu tidak boleh panik jika tidak ingin anaknya menangis. Yeji tau hal ini dari ibunya Jamjam, sepupu Yeji yang masih kecil. Dulu Jamjam menangis karena jatuh, karena semua anggota keluarga panik. Tapi di kemudian hari ibu Jamjam yaitu Dahyun memperlakukan Jamjam persis yang dilakukan Yeji saat ini. Dia mencoba membuat suasana tetap tenang.

"Boleh kakak lihat? Wah...lututnya jadi kotor. Tapi tidak apa, ini tidak luka kok. Kau hebat sekali. Kalau sakit kasih tau ya..,"

Anak itu menggelengkan kepalanya.

"Tidak sakit?"Yeji mau tertawa karena jelas anak itu menahan sakitnya.

"Kau memang jagoan, tapi kalau memang sakit tidak apa bilang saja ya,"Yeji membalikkan tubuh anak itu agar melihat ibunya.

"Jihan sayang, apa Jihan terluka?"tanya ibu tersebut. Balita berusia 3 tahun itu mendongakkan wajahnya dengan bangga, dia menggeleng. Mendadak anak itu merasa tangguh, membuat ibunya tersenyum senang.

"Kau pintar sekali mengendalikan anak-anak, apa kau punya adik kecil?"tanya ibu tersebut. 

"Ya, tapi adik sepupu,"jawab Yeji dengan senyum manisnya. Tak lama Beomgyu menghampiri dan memberikan ekspresi penuh tanya pada Yeji.

"Kau yang tinggal di lantai 15 kan?"tanya ibu itu pada Beomgyu.

"Ah iya,"Beomgyu membungkukkan badannya. Ternyata mereka satu apartemen dan sepertinya Beomgyu dan ibu itu pernah bertemu entah di lobi atau di lift.

"Ah, kalau begitu apa aku boleh menitipkan Jihan sebentar pada kalian? Sebenarnya tadi aku sedang menemani anak sulungku ke toilet disana. Melihat Jihan jatuh, aku langsung kesini. Aku titip sebentar saja, aku mau menjemput anakku yang sulung,"

"Ah baiklah, ayo sini Jihan,"Yeji mengulurkan tangannya pada Jihan. Tidak sulit bagi Yeji mengurus anak-anak. Walau dia bungsu di keluarga Hwang, tapi di keluarga Kang dia punya sepupu kecil. Lalu karena sering dipelakukan baik dan dimanja oleh semua orang di keluarga Hwang, Yeji tau apa yang disukai anak-anak. Beomgyu cuma tersenyum lembut melihat istrinya mengajak Jihan bermain ayunan. Diam-diam dia memotret momen itu dengan hp-nya. Hari ini dia melihat Yeji tersenyum karena anak orang lain, beberapa bulan lagi Yeji akan tersenyum karena anak mereka sendiri.

"Bagiku mau laki-laki atau perempuan, semua sama saja. Aku menyukai mereka semua,"Yeji menatap Jihan yang sudah dibawa pulang ibunya tidak lama setelah itu. Jihan adalah balita laki-laki yang lincah namun penurut. Dia sangat menggemaskan. 

Stuck With U [BEOMGYU YEJI]Where stories live. Discover now