Pisahkan Arum

263 38 13
                                    

Di depan pintu ruang kerja Raja Zhang yang tertutup, Huang Shong menghirup nafas sebanyak-banyaknya. Walaupun sudah bertahun-tahun menemani Raja Zhang, namun rasanya tetap seperti taruhan nyawa jika berhadapan dengan Raja Zhang. Dan ruangan yang akan ia masuki ini dijuluki orang-orang sebagai 'pintu neraka'. Siapa yang mendapat pengampunan bisa keluar dengan selamat, namun siapa yang bernasib buruk maka akan berakhir tinggal nama.

Setelah mengumpulkan semua keberanian, Huang Shong mengetuk pintu. Tiga detik setelah dirinya mengetuk pintu, pintu pun terbuka dengan sendirinya. Percayalah, ini bukan mesin canggih.

Engsel pintu berdecit perlahan, bersamaan dengan masuknya cahaya dari luar. Sebelum menginjakkan kaki ke dalam, Huang Shong menghela nafas sekali lagi. Jika sudah menginjakan kaki ke ruangan itu, ia tidak bisa kembali lagi sesuka hati.

Karena takut dikira membuang waktu, Huang Shong segera masuk ke dalam. Dan lagi-lagi secara otomatis pintu tertutup bahkan terkunci.
Tidak melihat ke depan, Huang Shong langsung membungkuk hormat.

"Hormat hamba, Yang Mulia Raja."

Tiga meter di depan Huang Shong, duduk Raja Zhang mengenakan hanfu putih berlapis jubah hitam. Raja Zhang sedang duduk santai bertumpang kaki, membaca buku yang ada di tangannya. Kehadiran Huang Shong tidak ia lihat, matanya hanya fokus pada tulisan.

"Yang Mulia, hamba membawa sebuah kabar." Huang Shong masih membungkuk. Tapi karena tidak ada jawaban, Huang Shong memberanikan diri untuk melirik sedikit.

Selalu seperti ini, Raja Zhang selalu terlihat sangat tampan, bahkan sangat-sangat tampan. Pahatan rahang, bentuk bibir, bentuk hidung, bentuk mata, bentuk alis, semuanya berpadu dengan sempurna. Banyak orang berkata bahwa ketampanan Raja Zhang tidak nyata dan tidak manusiawi. Dan Raja Zhang tidak menyanggah hal tersebut. Ketampanannya tidak manusiawi karena Raja Zhang tidak bisa dibilang manusia. Dia adalah keturunan Iblis Naga Hitam.

"Yang Mulia, hamba membawa kabar baik dan buruk," ucap Huang Shong lagi. Dia sempat ragu untuk mengatakannya.

Jari Raja Zhang bergerak membalik lembar buku. "Sayang sekali aku tidak suka berita buruk."

Huang Shong menelan ludah. Suara lembar kertas yang dibalik sudah seperti suara pedang di telinganya. Ruangan yang minim cahaya, bertumpuk-tumpuk buku di rak buku dan di meja sudah seperti mata yang sedang melototi dirinya.

"Izinkan hamba menyampaikannya, Yang Mulia." Huang Shong tidak berani mengangkat kepala.

"Hm," jawab Raja Zhang singkat dengan suara dalamnya.

"Kabar baiknya, hamba telah berhasil menyingkirkan para bandit dari perbatasan. Kabar buruknya ...." Huang Shong takut untuk menyampaikan. "Jumlah gadis yang berhasil dibawa hanya delapan orang."

Jemari Raja Zhang Zou yang hendak bergerak membalikkan lembar kertas berhenti. Matanya masih berfokus pada kertas, namun tampak jelas raut wajah Raja Zhang menunjukkan rasa tidak senang dan tidak puas atas kabar yang dibawa Huang Shong.

"Hamba menyampaikan berita ini karena kepala prajurit terlalu takut untuk menghadap Anda, Yang Mulia. Seharusnya dia berhasil mengumpulkan sepuluh gadis, namun ada seorang gadis dari negeri jauh yang mengacaukan semuanya."

Mendengar penjelasan Huang Shong, mata Raja Zhang bergerak samar dan tiba-tiba langsung menatap lurus pada Huang Shong. Manik hitam pekatnya seakan menguliti Huang Shong hidup-hidup. Sungguh, hanya dengan tatapan Raja Zhang saja sudah bisa membunuh seseorang.

"Seorang gadis?" Maksud dari Raja Zhang adalah menangani satu gadis saja tidak becus.

Huang Shong membungkuk dalam. "Ampun, Yang Mulia. Hamba sendiri tidak tahu bagaimana kronologi jelasnya. Sesampainya hamba di desa itu, beberapa prajurit mengalami memar dan benjol di kepala. Mereka baru tersadar dari pingsan dan tiga gadis sudah melarikan diri."

"Berdasarkan dari cerita mereka, seorang gadis menyerang para prajurit dengan ketapel. Saat dikejar, gadis itu berlari sangat kencang dan lincah. Namun hamba berhasil menangkap gadis itu. Dan kini gadis itu menjadi salah satu diantara delapan gadis yang dibawa ke istana."

Raja Zhang menutup bukunya dan meletakkan buku tersebut di atas meja. "Pisahkan dia dari gadis lainnya! Pergilah!"

Dalam hati Huang Shong merasa lega karena terbebas dari amukan Raja Zhang. "Baik, Yang Mulia. Kalau begitu hamba permisi."

* * * *

Semua gadis telah selesai didandani. Malam ini mereka akan dikirim ke aula acara khusus di samping istana utama, dan di sanalah mereka akan menghadap Raja Zhang untuk dipilih.

Untuk menghadap Raja Zhang, semua gadis harus mengikuti peraturan. Setiap gadis harus memiliki sopan santun, beretika kerajaan, tersenyum manis, dan berbicara lemah lembut. Dan peraturan terakhir, setiap gadis harus menunjukkan bakat diri. Bakat apapun akan diterima dan dipersilahkan untuk ditunjukkan.

Mengenai etika kerjaan, sejak siang tadi para gadis sudah diajarkan. Walaupun dengan deraian air mata, mereka semua mengikuti kelas etika dengan baik. Hanya Arum lah yang tampak bermalas-malasan sehingga sering dibentak oleh guru etika.

Setelah semua siap, para gadis dikeluarkan dari kamar dan digiring menuju aula utama. Terkecuali Arum yang dibawa paling belakang, dipisahkan dari gadis lain. Mereka semua sudah berpenampilan cantik, terutama Jing Ji yang memang tanpa dirias pun sudah cantik luar biasa. Dan diantara semua gadis, yang paling berbeda adalah Arum.

Disaat gadis lain memiliki kulit yang putih mulus, Arum memiliki kulit kecoklatan dan memiliki beberapa bekas luka akibat sering berpanas-panasan dan juga pecicilan. Di saat yang lain memiliki mata sipit yang cantik dengan ujung yang tajam, Arum memiliki mata bulat besar dengan gadis kelopak mata ganda. Di saat yang lain memiliki hidup mancung, Arum memiliki hidung mungil namun tidak pesek. Selain itu, di saat yang lain memiliki 'depan' 'belakang' yang berisi, Arum tampak seperti anak dibawah umur. Dengan begini, Arum yakin dia tidak akan terpilih.

Sedang di atas benteng istana, pria putih yang mengikuti Arum memperhatikan dari kejauhan. Dia sedang bersembunyi dari para penjaga benteng istana sehingga tidak bisa leluasa mengamati Arum.

"Mengapa dia dibedakan? Jangan-jangan ...." Pria itu menggeleng. "Mungkin belum. Aku harus menyamarkan baunya."

Pria itu menjentikkan jari. Cahaya putih pun segera melesat tanpa terlihat siapapun dan masuk ke dalam tubuh Arum.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya mereka semua sampai di depan pintu aula, semua gadis menghela nafas, terkecuali Arum yang malah sibuk mengagumi ukuran dan ukiran pintu aula. Di saat yang lain sangat penasaran dengan wajah Raja Zhang yang katanya tampan, Arum malah penasaran dengan kemewahan seperti apa yang ada di dalam aula.

"Begitu kalian masuk, ada kain penghalang. Kalian berbaris di sana sebelum nama kalian dipanggil satu persatu," ucap penjaga pintu sebelum membuka pintu.

Para gadis mengangguk. Satu persatu mereka masuk, akan tetapi begitu Arum akan masuk, penjaga pintu menahan Arum.

"Khusus untukmu, berdiri lah di balik kain penutup sutra berwana kuning."

Alis Arum berkerut. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat para gadis berbaris di balik sutra berwarna merah muda. "Mengapa aku dibedakan? Aku suka warna merah muda."

"Jangan banyak protes. Masuk sana!" Penjaga itu mendorong Arum cukup kasar.

Setelah semuanya masuk, pintu utama kembali ditutup dan acara pemilihan pun segera di mulai.

"Gadis pertama, Gu Xi!"

Kira-kira kenapa ya Arum dibedakan oleh Raja Zhang?

Queen Of King Zhang's Heart Where stories live. Discover now